Perlu di garis bawahi bahwa persepsi ini bukanlah realitas objektif, tetapi lebih merupakan interpretasi subjektif dari realitas. Maka dari itu, penting untuk menghargai semua prestasi, tidak peduli seberapa besar atau kecilnya.
Sebagai contoh, kita bisa melihat ke pertandingan final Piala Dunia antara Argentina dan Perancis. Meskipun Perancis bermain dengan baik dan berhasil mencetak beberapa gol, mereka akhirnya kalah dari Argentina dalam babak adu penalti.
Pada pertandingan tersebut, Argentina dan Perancis bermain imbang 3-3 hingga waktu normal dan perpanjangan waktu selesai. Argentina berhasil memenangkan pertandingan setelah menang 4-2 dalam babak adu penalti.
Meskipun Perancis telah berjuang keras dan memberikan performa yang luar biasa, mereka harus puas dengan posisi kedua. Ini bisa menjadi sumber kekecewaan bagi para pemain dan fans, terutama mengingat betapa dekatnya mereka dengan kemenangan.
Situasi seperti ini sering kali menimbulkan perasaan sedih atau kecewa. Meskipun menjadi juara kedua di sebuah turnamen sebesar Piala Dunia adalah prestasi yang luar biasa, namun sering kali perasaan kehilangan gelar juara bisa sangat mendominasi.
Ini adalah contoh bagaimana posisi kedua bisa terasa menyedihkan, meskipun sebenarnya merupakan prestasi yang sangat besar. Ini juga menunjukkan betapa pentingnya mental dan psikologi dalam olahraga dan kompetisi.
Mengapa posisi 2 sering terasa menyedihkan dari sudut pandang psikologis?
Menurut sumber dari dosenpsikologi.com. Perasaan sedih saat menjadi juara 2 atau runner-up sering kali berakar pada beberapa faktor psikologis:
Harapan dan EkspektasiÂ
Dalam banyak kompetisi, tujuan utama adalah untuk menang atau menjadi yang terbaik. Maka dari itu, ketika seseorang atau tim berakhir di posisi kedua, mereka mungkin merasa kecewa karena tidak memenuhi harapan atau ekspektasi mereka sendiri atau orang lain.
Perbandingan SosialÂ
Manusia cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain. Dalam konteks kompetisi, perbandingan ini biasanya dilakukan dengan pemenang atau juara 1. Menjadi juara 2 bisa membuat seseorang merasa inferior atau kurang sukses dibandingkan dengan juara.
Penghargaan dan PengakuanÂ
Juara 1 sering kali menerima lebih banyak penghargaan dan pengakuan, baik dalam bentuk materi (seperti hadiah uang atau trofi) maupun immateri (seperti pujian atau pengakuan publik). Maka dari itu, menjadi juara 2 bisa dirasakan sebagai kehilangan kesempatan untuk mendapatkan penghargaan dan pengakuan tersebut.