Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Akankah Generasi Z Menjadi Generasi yang Paling Tertindas dalam Dunia Kerja?

7 Februari 2024   08:07 Diperbarui: 10 Februari 2024   14:10 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Generasi Z (Gen Z). (Sumber Gambar: pexels.com/Polina Tankilevitch)

Dunia kerja selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Generasi baru memasuki dunia kerja dengan membawa ide-ide segar dan cara kerja yang berbeda. Generasi Z, yang lahir pada tahun 1997 sampai 2012, kini mulai memasuki dunia kerja dan membawa perubahan signifikan.

Namun, muncul pertanyaan apakah Generasi Z akan menjadi generasi yang paling tertindas dalam dunia kerja?

Artikel ini akan membahas topik ini dengan melihat beberapa faktor, seperti:

Pertama, etos kerja Generasi Z. Generasi Z dikenal dengan etos kerja yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka lebih fleksibel, ingin bekerja dengan tujuan yang jelas, dan menghargai keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.

Kedua, sistem kerja yang ada. Sistem kerja tradisional mungkin tidak cocok dengan etos kerja Generasi Z. Sistem kerja yang kaku dan hierarkis mungkin membuat Generasi Z merasa tidak nyaman dan terhambat.

Ketiga, tantangan yang dihadapi Generasi Z. Generasi Z menghadapi beberapa tantangan di dunia kerja, seperti gaji yang rendah, peluang kerja yang terbatas, dan mungkin diskriminasi.

Generasi Z adalah generasi yang lahir setelah Generasi Milenial. Mereka umumnya didefinisikan sebagai orang yang lahir pada tahun 1997 sampai 2012. Generasi Z tumbuh dengan teknologi digital dan internet, dan mereka memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

Karakteristik Generasi Z:

Memahami Teknologi 

Generasi Z sangat mahir menggunakan teknologi dan media sosial. Mereka terbiasa dengan berbagai platform digital dan menggunakannya untuk berkomunikasi, belajar, dan mencari hiburan.

Peduli Terhadap Sosial

Generasi Z peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Mereka ingin bekerja di perusahaan yang memiliki nilai-nilai yang sama dengan mereka dan ingin membuat perubahan positif di lingkungan sekitar mereka.

Ingin Bekerja dengan Tujuan 

Generasi Z ingin bekerja di perusahaan yang memiliki tujuan yang jelas dan memberikan dampak positif bagi dunia kerja mereka. Mereka tidak hanya ingin bekerja untuk mendapatkan uang, tetapi juga ingin membuat perbedaan.

Lebih Fleksibel 

Generasi Z lebih menghargai fleksibilitas dalam pekerjaan. Mereka ingin dapat bekerja dari jarak jauh dan mengatur jam kerja mereka sendiri.

Lebih Mandiri

Generasi Z lebih mandiri dan percaya diri dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka lebih suka mencari informasi dan menyelesaikan masalah sendiri.

Lebih Kreatif

Generasi Z lebih kreatif dan inovatif. Mereka terbiasa dengan dunia digital yang penuh dengan kemungkinan dan mereka tidak takut untuk mencoba hal-hal baru.

Generasi Z merupakan generasi yang besar dan akan menjadi bagian penting dari angkatan kerja di masa depan. Memahami karakteristik mereka akan membantu perusahaan dan organisasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan menarik bagi Generasi Z.

Menurut sumber dari go-work.com dan karirlab.co, ada beberapa karakteristik umum Generasi Z, terutama yang berkaitan dengan etos kerja mereka:

Pertama, fleksibilitas kerja. Generasi Z menghargai fleksibilitas dalam pekerjaan. Mereka menghargai kesempatan untuk bekerja dari rumah atau tempat lain yang nyaman.

Kedua, value driven. Generasi Z mencari pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk membentuk budaya dan memiliki dampak sosial. Mereka ingin melakukan sesuatu yang selaras, baik dalam nilai dan tindakan.

Ketiga, mengikuti teknologi terkini. Generasi Z tumbuh dengan teknologi, oleh sebab itu, mereka menginginkan akses ke peralatan dan aplikasi terkini di tempat kerja.

Keempat, validasi di tempat kerja. Bagi Gen Z, pengakuan atas kerja keras mereka sangat penting. Mereka menginginkan umpan balik yang konstruktif dan apresiasi dari atasan dan rekan kerja.

Kelima, kesempatan untuk belajar dan berkembang. Gen Z adalah pembelajar seumur hidup yang gemar mencari pengetahuan baru. Mereka menginginkan kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan mereka di tempat kerja.

Keenam, menghargai keberagaman. Keberagaman menjadi sebuah tolak ukur Gen z dalam memilih tempat kerja.

Ketujuh, komunikasi langsung. Meskipun Gen-Z lebih terbiasa berkomunikasi melalui pesan instan dan berkirim pesan teks, mereka lebih memilih untuk berkomunikasi secara tatap muka langsung atau face-to-face.

Menurut Informasi yang penulis peroleh dari kumparan.com, kompasiana.com/Muzamil Misbah, beritasatu.com dan rencanamu.id ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z dalam dunia kerja:

  • Fleksibilitas vs Keterikatan: Generasi Z menginginkan fleksibilitas dalam jam kerja dan lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Namun, hal ini dapat menyulitkan dalam membangun keterikatan yang kuat terhadap perusahaan.

  • Kesehatan Mental: Meningkatnya tingkat stres akademis, kecemasan, dan depresi dalam kalangan Gen Z menjadi perhatian utama.

  • Isu Lingkungan: Generasi Z tumbuh di tengah-tengah kekhawatiran yang meningkat tentang perubahan iklim dan dampaknya.

  • Isu Kesenjangan Sosial: Kesenjangan ekonomi dan sosial menjadi perhatian serius bagi Generasi Z.

  • Teknologi dan Privasi Data: Generasi Z semakin sadar akan pentingnya privasi data dalam dunia digital.

  • Isu Kesejahteraan Sosial dan Kesetaraan: Generasi Z juga semakin aktif dalam memperjuangkan kesejahteraan sosial dan kesetaraan.

  • Kepuasan Instan: Kemudahan akses terhadap beragam pilihan hidup membuat Generasi Z cenderung mencari kepuasan instan.

  • Krisis Talenta dan Skill Gap: Krisis talenta dan skill gap menjadi masalah utama, mengancam perekonomian dan perkembangan bangsa.

  • Kurang Pengalaman Bekerja: Banyak dari para Gen Z yang masih memiliki kekurangan yaitu dalam segi pengalaman kerja.

  • Lapangan Pekerjaan yang Cenderung Sedikit: Ketika melamar pekerjaan, Gen Z akan bersaing dengan generasi-generasi sebelumnya.

  • Terlalu Picky Mencari Pekerjaan: Gen Z cenderung selektif dalam memilih pekerjaan.

  • Skill yang Berganti dan Kurang Dikuasai: Gen Z seringkali menghadapi tantangan dalam menguasai skill yang selalu berubah.

Lalu, apa yang bisa membuat suatu generasi merasa tertindas di tempat kerja, khususnya Gen Z?

Menurut sumber dari kompasiana.com/Suko Waspodo, health.kompas.com dan id.chalized.com, ada beberapa faktor yang bisa membuat suatu generasi merasa tertindas di tempat kerja:

Perilaku Berulang dan Agresif 

Penindasan di tempat kerja mengacu pada perilaku berulang, berbahaya, dan agresif yang ditujukan terhadap seorang karyawan atau sekelompok karyawan oleh satu atau lebih individu. Bentuknya bisa bermacam-macam, termasuk pelecehan verbal, intimidasi, penghinaan, pengucilan, atau bahkan ancaman fisik.

Kegagalan dalam Mencegah Bahaya

Jika suatu organisasi tidak memiliki kebijakan dan prosedur yang jelas untuk mencegah intimidasi di tempat kerja atau jika organisasi tersebut menutup mata terhadap perilaku tersebut, maka organisasi tersebut gagal dalam tugasnya untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan penuh rasa hormat bagi karyawannya.

Kurangnya Dukungan 

Ketika karyawan melaporkan insiden penindasan dan organisasi tidak mengambil tindakan yang tepat untuk mendukung korban atau mengatasi masalah tersebut, hal ini dapat dianggap sebagai pengkhianatan terhadap kepercayaan.

Membenarkan Perilaku 

Dalam beberapa kasus, budaya organisasi dan kepemimpinan mungkin secara implisit atau eksplisit memaafkan perilaku intimidasi, sehingga menciptakan lingkungan di mana pelaku intimidasi dapat berkembang.

Faktor Individu dan Organisasi 

Penyebab bullying di tempat kerja mungkin melibatkan faktor individu dan organisasi, seperti kepemimpinan yang toxic, narsisme, rasa insecure, kurangnya kontrol emosional, desain pekerjaan yang bermasalah (misalnya, konflik peran), dan masalah yang berkaitan dengan budaya dan politik organisasi.

Diskriminasi 

Diskriminasi berdasarkan usia, ras, jenis kelamin, agama, negara asal, cacat fisik, dan kehamilan juga bisa menjadi faktor penindasan di tempat kerja.

Semua faktor ini dapat menimbulkan dampak emosional, psikologis, dan fisik yang parah pada individu yang menjadi sasarannya, sehingga menyebabkan penurunan kepuasan kerja, produktivitas, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang dapat membuat Generasi merasa tertindas di tempat kerja. Berikut analisis apakah faktor-faktor tersebut berlaku untuk Generasi Z:

  • Etos Kerja yang Berbeda. Generasi Z memiliki etos kerja yang lebih fleksibel dan menghargai keseimbangan kehidupan kerja. Hal ini dapat membuat mereka bentrok dengan budaya kerja tradisional yang kaku dan hierarkis.
  • Diskriminasi. Generasi Z mungkin mengalami diskriminasi berdasarkan usia, jenis kelamin, etnis, orientasi seksual, atau identitas gender. Hal ini dapat membuat mereka merasa dikucilkan dan tidak memiliki kesempatan yang sama.
  • Gaji Rendah dan Ketidakstabilan. Generasi Z menghadapi tantangan finansial dengan gaji yang stagnan dan kontrak kerja jangka pendek. Hal ini dapat membuat mereka merasa tidak aman dan cemas tentang karir mereka.
  • Pelecehan dan Bullying. Generasi Z mungkin mengalami pelecehan dan bullying di tempat kerja. Hal ini dapat membuat mereka merasa tidak dihargai, diintimidasi, dan tidak aman.
  • Kurangnya Kesempatan untuk Berkembang. Generasi Z ingin terus belajar dan berkembang dalam karir mereka. Kurangnya kesempatan untuk belajar dan mengembangkan keterampilan baru dapat membuat mereka merasa frustrasi dan stagnan.
  • Beban Kerja Berlebihan. Generasi Z mungkin merasakan beban kerja yang berlebihan dan stres karena tuntutan pekerjaan yang tinggi dan jam kerja yang panjang. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik mereka.
  • Kurangnya Dukungan. Generasi Z mungkin merasa tidak mendapatkan cukup dukungan dari atasan, mentor, atau rekan kerja. Hal ini dapat membuat mereka merasa terisolasi dan kesulitan untuk mengatasi tantangan di tempat kerja.
  • Kesenjangan Generasi. Generasi Z memiliki nilai-nilai dan ekspektasi yang berbeda dari generasi sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan kesenjangan dan konflik dengan atasan atau rekan kerja yang lebih tua.
  • Ketidakpastian Masa Depan. Generasi Z dihadapkan dengan masa depan yang tidak pasti. Hal ini dapat membuat mereka merasa cemas dan tidak yakin tentang karir mereka.
  • Kurangnya Representasi. Generasi Z mungkin merasa kurang terwakili dalam kepemimpinan dan pengambilan keputusan di tempat kerja. Hal ini dapat membuat mereka merasa tidak didengarkan dan tidak memiliki suara dalam organisasi.

Menurut Survei McKinsey yang di kutip dari detik.com Survei McKinsey terhadap 5.000 karyawan di seluruh dunia menemukan bahwa 67% Generasi Z merasa stres di tempat kerja, dan 56% merasa tidak dihargai oleh atasan mereka.

Terakhir, berdasarkan analisis dalam artikel ini, tampaknya Generasi Z memang menghadapi tantangan yang signifikan di dunia kerja. Namun, apakah mereka menjadi generasi yang paling tertindas masih menjadi pertanyaan yang sulit dijawab. Faktor-faktor seperti etos kerja, sistem kerja yang ada, dan tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z semuanya berkontribusi terhadap pengalaman mereka di tempat kerja.

Namun, penting untuk diingat bahwa setiap generasi memiliki tantangan dan keuntungan mereka sendiri. Generasi Z, dengan pemahaman teknologi mereka yang kuat, fleksibilitas, dan keinginan untuk bekerja dengan tujuan, memiliki potensi untuk mengubah dunia kerja dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung.

Untuk Generasi Z, ada beberapa saran yang bisa Anda coba untuk mengatasi tantangan di tempat kerja:

Pertama, mengembangkan keterampilan komunikasi. Komunikasi yang efektif dapat membantu dalam menegosiasikan gaji, meminta umpan balik  (feed back), dan menyelesaikan konflik di tempat kerja.

Kedua, mencari dukungan. Jangan ragu untuk mencari bantuan dari mentor, rekan kerja, atau profesional kesehatan mental jika merasa tertekan atau tertindas.

Ketiga, menetapkan batasan. Penting untuk menetapkan batasan antara kehidupan kerja dan pribadi untuk menjaga keseimbangan dan mencegah burnout.

Keempat, terus belajar dan berkembang. Dunia kerja terus berubah, jadi penting untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan baru.

Kelima, berani berbicara (speek up). Jika merasa tidak adil atau tertindas, berani untuk berbicara dan melaporkannya kepada orang yang tepat.

Dengan demikian, meskipun Generasi Z mungkin menghadapi tantangan tertentu, mereka juga memiliki peluang untuk membentuk dan mempengaruhi dunia kerja di masa depan. Selamat bekerja untuk teman-teman Gen Z.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun