Premier League, liga sepak bola yang sering dianggap sebagai yang terbaik di dunia, telah menjadi sorotan berkat penggunaan VAR (Video Assistant Referee) yang kontroversial.Â
Kontroversi-kontroversi terus menghantui penggunaan VAR di liga ini, dan yang terbaru melibatkan Liverpool dalam pertandingan melawan Tottenham pada Sabtu (30/9/2023).
Dalam pertandingan tersebut, wasit Simon Hooper tampil sangat kontroversial. Keputusan-keputusannya merugikan Liverpool, dengan 6 kartu kuning dan 2 kartu merah dikeluarkan untuk tim asuhan Jurgen Klopp. Kehilangan dua pemain sangatlah sulit bagi tim manapun, bahkan yang sehebat Liverpool.
Meskipun kehilangan pemain, Liverpool berhasil mencetak gol pada menit ke-34 melalui Luis Diaz. Sayangnya, gol ini dianulir setelah VAR menentukan bahwa Diaz berada dalam posisi offside yang kontroversial.
Namun, kontroversi tidak berhenti di situ. Liverpool yang bertahan dengan sembilan pemain harus menerima kekalahan menyakitkan pada menit ke-90+6.Â
Pertanyaan pun muncul, mengapa Premier League, yang sering disebut sebagai liga terbaik di dunia, masih bermasalah dengan VAR?
Penting untuk diingat bahwa Premier League agak lambat dalam mengadopsi VAR. Mereka memutuskan untuk menggunakannya pada musim 2019/2020, sementara liga-liga lain seperti Serie A Italia dan La Liga Spanyol telah menggunakannya sebelumnya. Bahkan Liga Prancis dan Liga Portugal juga lebih cepat dalam mengadopsi teknologi VAR.
Selain itu, Premier League menerapkan aturan-aturan aneh terkait VAR yang berbeda dari liga-liga lainnya. Salah satu aturan aneh adalah bahwa wasit utama di lapangan awalnya dilarang melihat monitor VAR secara langsung.Â
Mereka hanya bisa mendengarkan saran dari wasit VAR. Aturan ini sangat berbeda dari liga-liga lain yang memperbolehkan wasit utama untuk melihat monitor secara langsung jika wasit VAR tidak memberikan rekomendasi yang pasti.
Baru-baru ini, wasit utama di Premier League mulai aktif melihat monitor VAR secara langsung, tetapi faktor kualitas wasit juga menjadi permasalahan.Â
Wasit-wasit Premier League terkesan ketinggalan zaman dan kurang terbuka terhadap teknologi. Mereka lebih memprioritaskan metode lama dan merasa bangga dalam memimpin pertandingan. Teknologi, seperti VAR, terkadang dianggap sebagai gangguan oleh mereka.
VAR adalah terobosan besar dalam sepak bola modern, dan setiap wasit harus beradaptasi. Di sinilah permasalahannya, karena wasit Premier League tampaknya lebih enggan untuk beradaptasi.Â
Kebijakan perubahan aturan VAR, seperti larangan wasit utama melihat monitor secara langsung, hanya memperumit situasi dan menambah kontroversi.
Kesimpulannya, Premier League sebagai liga yang dianggap terbaik di dunia harus lebih cepat beradaptasi dengan teknologi VAR dan mengevaluasi kualitas wasit mereka.Â
Kontroversi VAR yang terus-menerus muncul tidak hanya merugikan tim-tim di liga premier, tetapi juga merusak citra liga yang seharusnya menjadi yang terdepan dalam inovasi teknologi dalam sepak bola.Â
Itu adalah tanggung jawab Premier League untuk memastikan bahwa VAR digunakan secara adil dan efektif untuk menjaga integritas kompetisi Premier League.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H