Lirik ini menggambarkan perasaan kerinduan, penyesalan, dan kenangan tentang sebuah hubungan yang berakhir.
Terdapat perasaan cinta yang tak sempat dijalankan dan diiringi rasa kehilangan.
Pada awal lirik, "Udara dekat pantai, dan karat di pintumu," melambangkan suasana cinta dan perjalanan.Â
Namun, "Kau bukanlah milikku" menunjukkan bahwa hubungan ini terlarang.Â
Lalu, "Aku bisa melihat kita hanyut dalam kenangan" merujuk pada kenangan yang tak terlupakan meski hubungan ini berakhir.
"Agustus berlalu begitu saja" menggambarkan waktu berlalu dengan cepat, sementara "Karena itu tak pernah jadi milikku" menunjukkan bahwa hubungan ini tidak akan pernah terwujud.
"Dan aku bisa melihat kita menggeliat dalam sprei" menggambarkan momen tak terlupakan yang hanya bisa dikenang.
Bagian berikutnya, "Apa kau ingat? Ingat saat aku menepi dan bilang 'Masuklah ke dalam mobil'Â merujuk pada kenangan indah saat penulis merasa terikat pada harapan untuk hubungan yang lebih.
Namun, "Kembali saat aku hidup demi harapan itu semua"Â menggambarkan kerinduan yang menyakitkan.
Pada akhirnya, lirik ini menyampaikan perasaan harapan dan penyesalan terhadap apa yang tak pernah terjadi dalam hubungan itu, seolah-olah terjebak dalam ingatan dan kenangan indah yang tidak akan pernah bisa terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H