Sang guru menceritakan semua yang diceritakan oleh sang anak hingga dia tertidur. Bahkan ketika orangtuanya datang, sang anak belum juga bangun. Sang ayah berinisiatif untuk mengendong sang anak tetapi dia terbangun sendiri.
“terimakasih bunda sudah mau ngedongengin aku” ucapnya waktu itu sambal memeluk sang guru. “ayo pulang nak” ajak orangtuanya. Tetapi dia menolak ajakan orangtuanya untuk pulang. Dia lebih suka berada disekolah. Bermain dengan teman-teman, bercanda tawa, bercerita kepada guru-gurunya. Hal-hal yang selama ini tidak pernah dia lakukan selama dirumah kini telah dia dapatklan selama di sekolah.
Sang ibu sangat menangis histeris. Diapun merasa menjadi ibu yang gagal dalam melindungi anaknya. Bagaimana tidak, dalam kesehariannya dia hanya memikirkan untuk mendapatkan untung, dan keuntungan tersebut untuk anaknya. Tetapi dia salah. Anak tidak membutuhkan materinya, tetapi yang anak butuhkan adalah kasih sayangnya.
Sang ayahpun sangat menyesal dengan perlakuannya kepada anak selama ini. Menurutnya sang anak adalah sosok yang sangat mengganggu kehidupannya. Hanya karena sang anak selalu mengajaknya bermain saat dia harus mengerjakan tugas kantor selama dirumah. Ternyata sang anak hanya inging kasih sayang dan perhatiannya, bukan mengganggunya.
Dari sebuah keluarga tersebut kini kita tahu, bahwa anak adalah anugrah terindah yang diberikan oleh Allah SWT untuk melengkapi kehidupan kita. Bagaimanapun juga mari lindungi anak kita dengan kasih saying yang cukup, bukan dengan materi yang berlebihan tetapi kita mengabaikannya. Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H