Mohon tunggu...
Noer Chusnul Chotimah
Noer Chusnul Chotimah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang pengajar yang memiliki hobi membaca dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hilangnya Sebuah Kasih Sayang

23 Juni 2023   06:00 Diperbarui: 23 Juni 2023   06:12 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keluarga adalah sebuah kesatuan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak serta merupakan elemen masyarakat yang memiliki jiwa saling ketergantungan antara satu dan yang lain. Mereka hidup dalam satu atap untuk saling menyayangi, saling mengasihi dan saling memotivasi. Keluarga yang Bahagia adalah yang mampu berada disisi kita dalam keadaan suka maupun duka.

Banyak sekali yang menginginkan untuk mendapatkan keluarga yang utuh. Keluarga yang penuh kasih sayang dan selalu ada dalam keadaan apapun. Tetapi, seiring berjalannya waktu makna dari keluargapun mulai goyah. Kasih saying pun kadang tidak bisa dirasakan didalamnya.

Disaat usia pernikahan memasuki 1 tahun, seorang suami masih sangat perhatian kepada istrinya meskipun sang istri belum dikruniai seorang anak. Mereka hidup berdua dengan tentram. Meski terkadang ada sebuah cekcok didalamnya, tetapi mereka masih mampu untuk menyeleseikan permasalahan tersebut secara baik-baik.

Ditahun ke 2, sang istri telah dikaruniai sebuah anak. Anak laki-laki yang selalu diidam-idamkan oleh sepasang suami istri. Disaat suami kerja, dia akan terburu-buru pulang demi bisa melihat sang anak. Betapa sangat Bahagia keluarga mereka saat itu.

Ditahun ke 4 sang anak sudah berusia 2 tahun, sang suami terlihat jarang sekali mengajaknya bermain. Padahal, disaat itu adalah masa anak memiliki Golden Age yang mana dia harus lebih sering bermain dan belajar. Tetapi sang suami merasa bahwa sang anak sangatlah nakal, hanya bisa berlari kesana kemari, bahkan tidak bisa diperingati sama sekali. Sang istri pun merasa sedih, karena semua ini berbalik dari saat sang anak masih bayi kala itu.

Semakin hari sang suami semakin tidak pernah mengajak anak untuk bermain, bahkan sekedar senyum pun enggan dia lakukan. Setiap pulang kerja sang suami kini tidak langsung pulang kerumah, dia lebih memilih untuk bermain ker tempat teman-temannya terlebih dahulu. Sang istri dirumahpun mulai panik dan kecewa dengan perlakuan sang suami.

“lihat kamu sekarang, seperti orang tua, Bau badanmu tidak pernah harum, bahkan saat suami pulang kerja parasmu sangat jelek, beda dengaan saat pertama kali kita ketemu” bentak suami saat sang istri mulai berani menyampaikan pendapatnya. Bagaikan tersambar petir, sang istri mulai menangis dengan keras. Dia mulai memikirkan jika suatu saat tiba-tiba sang suami meninggalkannya. Sang istripun mulai belajar untuk mencari rizki dengan berjualan secara online di social media dan situs marketing lainnya.

Sang anak kini sudah memasuki usia 5 tahun, sudah saatnya untuk dia masuk di sekolah TK. Jabatan sang ayah kini sudah naik menjadi manager diperusahaanya, sang ibupun kini sudah memiliki toko offline sendiri dirumahnya. Tampak dari luar keluarga mereka sangat Bahagia, bahkan perekonomian meriki sangat baik.

Hari ini adalah hari pertama sang anak masuk sekolah, orangtuanya telah memilih sekolah elit untuk tempat belajar sang anak. Tetapi, dihari pertama sekolah sang anak justru hanya diantarkan oleh seorang sopir rumah mereka. Awalnya sang anak menolak untuk diantarkan oleh sopir, tetapi karena sang ayah ada meeting dan ibu ada acara Bersama teman-temannya dengan berat hati sang anak tetap berangkat sekolah.

Saat memasuki gerbang sekolah sang anak tiba-tiba menangis sejadinya. Bagaimana tidak, semua teman-teman yang bahkan dia belum kenal sama sekali hari pertama masuk sekolah masih bermanja kepada kedua orang tuanya. Bahkan, ada yang kedua orangtuanya ikut masuk ke kelas dihari pertama ini. Sang guru pun sangat khawatir dengan keadaan anak ini. Mereka pun langsung menelfon kedua orang tuanya tetapi, NIHIL. Tidak ada yang merespon, hingga akhirnya sang sopir mencoba untuk menelpon mereka, tetapi mereka bilang sebentar. 1 jam, 2 jam, 3 jam hingga pukul 13.00 WIB sang ayah dan ibu dari anak ini baru datang. Sang guru sangat kecewa dengan perlakuan kedua orang tua ini.

Sang ibu menceritakan semua yang terjadi pada anak mereka. Bagaimana setiap harinya sang anak harus rela bermain sendirian. Bermain di tetangga pun dilarang oleh kedua orangtuanya dengan alasan kotor, tetapi dirumah tidak ada satupun orang yang mau memperdulikan dia. Bagaimana sang orangtua selalu mengabaikan dia dan lebih mementingkan bermain dengan HP nya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun