Sebagai pembuktian bahwa seseorang itu adalah merupakan seorang guru yang baik, salah satunya adalah bagaimana siswa-siswi yang diajarnya bahkan rekan sejawat dilembaganya selalu mengenang dan merindukannya sepanjang masa. Ini adalah Impian semua guru bahkan semua insan didunia bagaimana ia akan dikenang secara baik oleh siswa didiknya sepanjang hayatnya.Â
Namun tidak semua guru bisa menjadi guru yang dikenang dan dirindukan oleh siswa didiknya ataupun rekan sesamanya. Karena berdasarkan pengalaman, ada juga guru yang tidak dirindukan dan dikenang dengan baik oleh siswa didik dan lingkungannya. Mereka ini adalah guru-guru toxic.Â
Tentunya sebagai seorang guru, kita tidak ingin menjadi guru toxic yang sudah barang tentu akan dibenci. Bahkan tidak hanya dibenci, guru toxic juga adalah guru yang tidak diinginkan oleh guru lainnya.
Menjadi guru tidak hanya sekedar mengajar, menerima honor lalu pulang. Ada banyak aspek yang dituntut untuk menjadi seorang guru. Sebuah pendapat juga pernah disampaikan bahwa menjadi seorang guru bukan hanya sekedar bakat ataupun panggilan. Namun bisa menjadi lebih kompleks daripada itu untuk menjadi seorang guru.Â
Karena tugas seorang guru adalah mendidik anak-anak, maka seorang guru dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas, kesabaran yang baik, pengasuhan yang menyejukkan, agar kelak anak didik dapat menerima semua ilmu yang diberikan dengan sempurna dan mengembangkannya menjadi manfaat di masa yang akan datang.
Mungkin semua orang bisa menjadi guru, namun untuk bisa benar-benar menjadi seorang guru yang hebat memerlukan kualitas dan kemampuan komunikasi yang baik, pengembangan diri yang terus menerus, empati, kesabaran dan tekad bulat untuk mendidik generasi bangsa. Pilar Pendidikan yang memberikan pengaruh yang positif, tidak hanya dalam hal pengetahuan akademik, tetapi juga dalam perkembangan karakter dan kepribadian siswa datang dari seorang guru.
Agar kita tidak terjebak menjadi guru yang toxic, maka sebaiknya kita selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk sabar dan telaten agar dapat melahirkan generasi yang cerdas dan berkarakter.Â
Seorang pendidik atau guru yang sabar, telaten dan penuh dedikasi, maka berhak untuk dimuliakan karena pada diri guru terdapat kemuliaan. Namun demikian kita harus juga menghindari sifat atau sikap guru yang toxic (toxic teacher).Â
Guru Toxic (Teacher toxic) adalah guru yang menjadi racun penghancur bagi motivasi yang dimiliki oleh lingkungannya. Guru yang toxic adalah guru yang hanya peduli dengan dirinya sendiri, Tidak konsisten antara ucapan dan tindakan, Selalu memaksakan kehendaknya saja tanpa mau memahami orang lain.Â
Guru toxic juga adalah guru yang selalu iri dan tidak suka melihat guru lain berhasil. Jika siswanya berhasil dalam suatu prestasi ataupun guru lain mendapatkan penghargaan, maka ia susah untuk tersenyum melihat kebahagiaan orang lain. Dan meski ia seorang pemimpin, guru toxic enggan bila dipimpin oleh orang lain, suka menyebarkan gossip dan pencipta drama, senang mengkritik namun tanpa memberikan Solusi, dan jika ia membuat kesalahan, maka ia enggan mengakui kesalahan apalagi untuk meminta maaf.Â
Guru toxic adalah guru yang selalu menolak tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Apabila dalam mengajar, guru toxic adalah guru yang pemalas. Guru toxic hanya menyuruh siswa menjawab soal-soal dan lembar kerja maupun menyalin buku siswa dan presentasi guru ke buku catatan.
Sebagai antitesa dari guru toxic adalah guru belajar. Guru belajar adalah guru yang Rajin membaca buku, mengikuti diklat/ seminar/ webinar dan membaca jurnal ilmiah serta mencoba hal-hal baru untuk meng up grade ilmu.Â
Sebagai  guru sudah seharusnya untuk terus belajar dan mengikuti perkembangan dunia Pendidikan. Agar terus mengalami kemajuan, maka seorang guru belajar terus meningkatkan materi yang diajarkan, metode pengajaran, hingga pendukung proses belajar mengajar.Â
Selain itu, guru belajar selalu memperhatikan dan melihat guru lain mengajar sebagai refleksi diri dan menambah ilmu. Guru belajar juga guru yang senang berorganisasi dan berkomunitas. Guru belajar senang berdiskusi, menyapa dengan warga sekolah, dan mengobrol dengan teman kerja bahkan yang bukan guru.
Setelah menjadi guru  belajar, tahapan selanjutnya yang harus dipupuk adalah menjadi guru hebat. Guru hebat memiliki ciri sebagai berikut:
- Bersikap dan berpenampilan sederhana
- Selalu membuat orang berpikir
- Bersikap rendah hati
- Menghargai pendapat orang lain
- Membaca banyak buku
- Berharap ada orang yang lebih pintar sehingga jauh dari sikap iri dengki.
- Cenderung menyendiri, tetapi tetap bergaul
- Pembagi praktik baik karena tidak pelit ilmu
- Tidak terpancing untuk berdebat yang hanya berujung kepada argumentasi yang keras.
- Pengambil inisiatif
Marilah menentukan ingin menjadi guru dengan sikap dan sifat seperti apa sesuai dengan keinginan kita. Namun hal yang harus diingat adalah : bahwa memberikan yang terbaik tentu akan berbuah kebaikan pula. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H