Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Menjadi Guru Toxic, Jadilah Guru Belajar dan Hebat

21 Juli 2024   23:14 Diperbarui: 21 Juli 2024   23:31 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pembuktian bahwa seseorang itu adalah merupakan seorang guru yang baik, salah satunya adalah bagaimana siswa-siswi yang diajarnya bahkan rekan sejawat dilembaganya selalu mengenang dan merindukannya sepanjang masa. Ini adalah Impian semua guru bahkan semua insan didunia bagaimana ia akan dikenang secara baik oleh siswa didiknya sepanjang hayatnya. 

Namun tidak semua guru bisa menjadi guru yang dikenang dan dirindukan oleh siswa didiknya ataupun rekan sesamanya. Karena berdasarkan pengalaman, ada juga guru yang tidak dirindukan dan dikenang dengan baik oleh siswa didik dan lingkungannya. Mereka ini adalah guru-guru toxic. 

Tentunya sebagai seorang guru, kita tidak ingin menjadi guru toxic yang sudah barang tentu akan dibenci. Bahkan tidak hanya dibenci, guru toxic juga adalah guru yang tidak diinginkan oleh guru lainnya.

Menjadi guru tidak hanya sekedar mengajar, menerima honor lalu pulang. Ada banyak aspek yang dituntut untuk menjadi seorang guru. Sebuah pendapat juga pernah disampaikan bahwa menjadi seorang guru bukan hanya sekedar bakat ataupun panggilan. Namun bisa menjadi lebih kompleks daripada itu untuk menjadi seorang guru. 

Karena tugas seorang guru adalah mendidik anak-anak, maka seorang guru dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas, kesabaran yang baik, pengasuhan yang menyejukkan, agar kelak anak didik dapat menerima semua ilmu yang diberikan dengan sempurna dan mengembangkannya menjadi manfaat di masa yang akan datang.

Mungkin semua orang bisa menjadi guru, namun untuk bisa benar-benar menjadi seorang guru yang hebat memerlukan kualitas dan kemampuan komunikasi yang baik, pengembangan diri yang terus menerus, empati, kesabaran dan tekad bulat untuk mendidik generasi bangsa. Pilar Pendidikan yang memberikan pengaruh yang positif, tidak hanya dalam hal pengetahuan akademik, tetapi juga dalam perkembangan karakter dan kepribadian siswa datang dari seorang guru.

Agar kita tidak terjebak menjadi guru yang toxic, maka sebaiknya kita selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk sabar dan telaten agar dapat melahirkan generasi yang cerdas dan berkarakter. 

Seorang pendidik atau guru yang sabar, telaten dan penuh dedikasi, maka berhak untuk dimuliakan karena pada diri guru terdapat kemuliaan. Namun demikian kita harus juga menghindari sifat atau sikap guru yang toxic (toxic teacher). 

Guru Toxic (Teacher toxic) adalah guru yang menjadi racun penghancur bagi motivasi yang dimiliki oleh lingkungannya. Guru yang toxic adalah guru yang hanya peduli dengan dirinya sendiri, Tidak konsisten antara ucapan dan tindakan, Selalu memaksakan kehendaknya saja tanpa mau memahami orang lain. 

Guru toxic juga adalah guru yang selalu iri dan tidak suka melihat guru lain berhasil. Jika siswanya berhasil dalam suatu prestasi ataupun guru lain mendapatkan penghargaan, maka ia susah untuk tersenyum melihat kebahagiaan orang lain. Dan meski ia seorang pemimpin, guru toxic enggan bila dipimpin oleh orang lain, suka menyebarkan gossip dan pencipta drama, senang mengkritik namun tanpa memberikan Solusi, dan jika ia membuat kesalahan, maka ia enggan mengakui kesalahan apalagi untuk meminta maaf. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun