Â
Karir mengajar saya dimulai sejak masih kuliah sebagai seorang guru bimbingan belajar di rumah. Ketertarikan kepada anak-anak usia dini berawal dari seringnya melihat sekolah Taman Kanak-Kanak yang unik, yang tidak pernah saya rasakan.
Kesempatan untuk mengajar di sebuah sekolah formal akhirnya muncul setelah melamar pada sebuah sekolah yang berafiliasi dengan kurikulum Singapura, MegaForte. Saya merasa dunia anak-anak usia dini begitu unik. Dengan wadah makan mungilnya, baju seragam yang mini, dan tas warna-warni yang lucu.
Ternyata mengajar anak usia dini tidak semudah tampilan dan mengagumi kelucuan ataupun kepolosan anak-anak. Mereka juga berkeringat di siang hari, namun harum saat pagi hari.Â
Mereka juga sering bertanya akan hal yang sama yang membutuhkan kesabaran untuk menjawab. Sikap dan sifatnya mudah berubah hanya dalam hitungan menit bahkan detik.
Sebagai seorang pendidik yang memiliki ilmu yang sedikit, training demi training rasanya belum cukup untuk selalu tetap belajar menghadapi anak-anak usia dini. Tidak hanya kesabaran, focus yang tinggi juga diperlukan saat menghadapi anak-anak usia dini.
Beberapa hal yang saya ingat saat mulai mengajar di sekolah untuk anak usia dini atau taman kanak-kanak berikut refleksinya adalah:
Dulu saya adalah seorang guru yang mempermalukan anak-anak karena mengupil pada saat circle time. Sekarang saya memberi mereka ruang yang aman untuk melakukannya.
Dulu saya adalah seorang guru yang membuat anak-anak duduk berselang-seling saat circle time. Sekarang saya membiarkan mereka duduk dengan posisi yang membuat mereka nyaman.
Dulu saya adalah guru yang memanipulasi anak-anak untuk berperilaku sesuai yang saya inginkan dengan mempermalukan mereka di depan umum melalui penggunaan bagan perilaku yang sangat saya banggakan. Sekarang saya memperhatikan kebutuhan dasar, kebutuhan bermain, dan kebutuhan sensorik mereka.
Dulu saya adalah guru yang menugaskan anak-anak ke sentra-sentra dan menyuruh mereka melakukan setiap sentra selama 10 menit sebelum mereka berganti ke sentra berikutnya. Sekarang saya adalah guru yang membiarkan anak-anak bermain.
Dulu saya adalah guru yang tidak mau mengajak anak-anak ke luar ruangan jika cuaca terlalu berangin, terlalu dingin, atau perosotan basah. Sekarang saya mempersiapkan anak-anak (dan diri saya sendiri) untuk menghadapi cuaca.
Saya memutuskan untuk merasa tidak nyaman beberapa tahun yang lalu. Melalui ketidaknyamanan dan refleksi itulah akhirnya saya bisa bertumbuh dan menjadi lebih baik.Â
Mungkin pembaca akan berpikir bahwa seseorang di media sosiallah yang telah menganjurkan untuk mengimplementasikan Teknik bermain yang akan selalu memiliki semuanya. Tapi sebenarnya saya pribadi yang berinisiatif dan bersedia merasa tidak nyaman untuk melakukan yang lebih baik untuk anak-anak di dunia Pendidikan.
Ya melalui berbagai pelatihan yang saya ikuti, akhirnya banyak menyadarkan saya bagaimana menjadi guru yang professional.Â
Metode Conceptual Playworld juga telah mengajak saya untuk lebih jauh berjalan meninggalkan metode-metode konvensional yang sudah cukup tertinggal. Dalam Metode Conceptual Playworld, bermain adalah pengajaran dan pembelajaran. Karena hasilnya ada di dalam diri anak itu sendiri sesuai dengan bakat dan keinginan mereka sendiri.
Tidak ada yang namanya permainan yang bermakna atau memiliki tujuan. Semua permainan itu bermakna dan penuh dengan tujuan. Bermain tidak dipahami dengan baik oleh orang dewasa.Â
Bermain umumnya dipandang sebagai kesenangan setelah pengajaran selesai. Atau disalah pahami sebagai kegiatan yang diarahkan oleh guru yang 'menyenangkan' yang harus diselesaikan oleh anak-anak. Orang dewasa yang tidak memahami bermain secara penuh, tidak akan meluangkan waktu untuk mengamati anak-anak secara penuh.
Saat bermain, guru merasa bahwa mereka perlu menjaga agar bermain menjadi bermakna atau memiliki tujuan sehingga bermain terdengar seperti menghasilkan pembelajaran. Padahal sebaliknya, Biarkan anak-anak bermain karena mereka sesungguhnya sedang belajar sesuai dengan konsep Merdeka Belajar, Merdeka Bermain.
Semoga Bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H