Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

3 Trik Melatih Disiplin untuk Anak Usia Dini yang Perlu Diketahui

14 Januari 2024   18:46 Diperbarui: 18 Januari 2024   07:55 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendampingi anak dalam melatih disiplin bisa melakukan 3 hal ini (dok. Kumon via KOMPAS.com)

Menerapkan pola disiplin pada anak yang memberikan dampak jangka panjang bagi perkembangan anak usia dini sangat penting untuk dilakukan.

Kita mengenal istilah disiplin positif yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan anak mandiri dalam melakukan segala sesuatu dengan insiatif mereka sendiri tanpa iming-iming hukuman, sogokan, ancaman, maupun hadiah.

Penerapan disiplin sejak dini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif. Anak dapat belajar dengan berkaca dari kesalahan yang telah mereka perbuat dan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih bertanggung jawab dan berempati.

Dengan mengajarkan disiplin pada anak usia dini juga mengajarkan anak dalam bertanggung jawab, tertib, serta rasa hormat dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Berikut adalah 3 trik disiplin yang perlu orang tua dan juga guru ketahui.

1. Waktu.

Hubungan yang baik haruslah dimulai dari komunikasi yang efektif. Ketika anak-anak sedang menunjukkan emosinya, jauhkan mereka dari situasi di mana emosi yang sedang memuncak yang menyebabkan mereka marah atau mereka bertingkah untuk memancing perhatian kita. Berikan kesempatan kepada ananda untuk berbicara dan mengekspresikan pikiran serta perasaannya. Pergilah ke tempat yang tenang.

Dengan menjadi pendengar yang baik, itu akan membuat mereka merasa pendapat dan perasaannya dihargai dan didengar denfan baik.

Validasi emosi mereka dengan membantunya mengenali apa yang mereka rasakan dengan bertanya, misalnya "Kamu sangat marah padaku sekarang", dan biarkan ananda mengeluarkan perasaan mereka.

Sikap mendengarkan ini juga akan menciptakan rasa saling mengerti dan percaya sekaligus mengajarkan kepada mereka pentingnya saling mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain. Jangan banyak bicara, karena otak logis dan pusat pemrosesan bahasa mereka sedang tidak aktif, dan tetaplah berada di dekatnya. Jika ananda disekolah, sebagai guru maka ananda bisa diajak keruang guru atau ruang lain di dalam jika memungkinkan.

Namun jika ayah bunda atau guru mendapat kasus terburuk, tantrum dan mengamuk, mintalah ananda duduk di sisi lain pintu. Usahakan untuk selalu tetap tenang, tarik napas secara teratur, dan tunggu sampai badai berlalu. Setelah perasaan mereda, barulah bicarakan apa yang terjadi. Jika hal ini rutin dilakukan, pada akhirnya hubungan komunikasi yang sehat akan terbentuk.

2. Memperbaiki keadaan.

Setiap keluarga pastilah memiliki aturan dan batasan yang jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan untuk kepentingan bersama. Buatlah aturan yang singkat dan mudah dimengerti serta diingat oleh semua anggota keluarga atau anggota kelas.

Jadi ketika anak-anak melakukan kesalahan, ayah bunda dan guru dapat mengacu pada aturan ini dengan tak lupa untuk memvalidasi perasaan mereka yang mengarah pada insiden tersebut. Laksanakan kesepakatan secara terus menerus sesuai aturan yang ada. Tetapkan konsekuensi yang tepat saat ada pelanggaran.

Namun yang perlu diingat bahwa memberikan konsekuensi haruslah terarah dan masuk akal, dan bukan dengan kekerasan. Alih-alih memberikan konsekuensi, arahkan perhatian ananda juga pada pihak yang ter sakiti dan jelaskan dampak dari tindakan mereka. Beri semua orang waktu untuk menenangkan diri dan mengatur emosi mereka.

Kembalilah dan tanyakan pada ananda dengan menanyakan dan menekankan bahwa ananda melakukan kesalahan. Lalu tanyakan juga bagaimana mereka akan memperbaikinya.

Ini bisa berarti membayar untuk memperbaiki barang yang mereka rusak misalnya, meminta maaf kepada saudara mereka, atau membersihkan kekacauan yang mereka buat. Beri juga ananda waktu untuk memperbaiki (dan berikan bantuan jika mereka benar-benar kesulitan).

3. Pengaturan batas.

Berikan penjelasan dan alasan yang tepat mengenai konsekuensi yang diterima ananda apabila melanggar aturan, agar mereka belajar memahami sebab akibat dan belajar tentang tanggung jawab. Namun jangan lupa pula untuk memberikan kesempatan kepada ananda untuk belajar dari kesalahan.

Misalnya ketika mereka menemukan mainan mereka dirusak oleh temannya dikelas atau oleh saudaranya lalu dengan spontan ia merasa marah dan memukul temannya/ saudaranya.

Lakukan 3 langkah ini agar ananda dapat mengenali pengaturan batasan dan kesepakatan bersama.

NOENKY PRIBADI
NOENKY PRIBADI

A: Akui perasaannya.

Ayah-bunda dan guru dapat mengajarkan ananda tentang pentingnya nilai-nilai seperti rasa hormat, keramahan, kejujuran, kebaikan, dan toleransi.

Salah satu cara melakukannya adalah dengan pembiasaan untuk selalu mengucapkan terima kasih, minta maaf dan tolong serta memberikan pujian positif ketika melakukan sesuatu yang baik.

Ketika ananda begitu marah dengan temannya / saudaranya karena mainannya yang dirusak, ayah -- bunda dan guru dapat membujuknya dan menegaskan perasaannya misalnya "kamu sangat marah pada saudaramu ya?".

Hal ini dapat diarahkan agar ananda menghayati nilai-nilai yang kita tanamkan di atas agar tidak dengan mudahnya mengumbar kemarahan untuk hal-hal yang dapat dikomunikasikan dan menjadi pemaaf.

K: Komunikasikan batasannya.

Sebagai orang tua dan guru disekolah, tentunya perlu kiranya untuk selalu memberikan perhatian sepenuhnya kepada anak-anak. anak adalah peniru ulung yang akan menjadi peniru dari sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh orang tuanya.

Karenanya penting bagi ayah-bunda dan guru untuk selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang positif. Sehingga ketika ada hal-hal yang tidak sesuai berlaku dalam keluarga atau lingkungan sekolah ayah-bunda dan guru dapat mengingatkan dengan menegaskan misalnya dengan mengatakan "...tapi dalam keluarga/ sekolah kita tidak menggunakan kata-kata itu".

T: Targetkan alternatif.

Kesepakatan bersama yang dipraktikkan akan mendorong anak melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik dan teratur yang dapat menjadi modal penting dalam menumbuhkan sikap disiplin.

Semakin sering anak diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, maka ke depannya mereka akan mampu menata diri mereka sendiri untuk berperilaku lebih baik di waktu mendatang. Ayah- bunda dan guru dapat memberikan alternatif yang positif yang keduanya bisa dilaksanakan dan memberikan jalan keluar.

Misalnya dengan mengatakan "Kamu bisa mengatakan pada kakakmu bahwa kamu marah atau kamu bisa datang ke rumah dan kita bisa memikirkannya bersama".

Semoga trik disiplin ini dapat membantu. Semangat mendidik ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun