Setiap keluarga pastilah memiliki aturan dan batasan yang jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan untuk kepentingan bersama. Buatlah aturan yang singkat dan mudah dimengerti serta diingat oleh semua anggota keluarga atau anggota kelas.
Jadi ketika anak-anak melakukan kesalahan, ayah bunda dan guru dapat mengacu pada aturan ini dengan tak lupa untuk memvalidasi perasaan mereka yang mengarah pada insiden tersebut. Laksanakan kesepakatan secara terus menerus sesuai aturan yang ada. Tetapkan konsekuensi yang tepat saat ada pelanggaran.
Namun yang perlu diingat bahwa memberikan konsekuensi haruslah terarah dan masuk akal, dan bukan dengan kekerasan. Alih-alih memberikan konsekuensi, arahkan perhatian ananda juga pada pihak yang ter sakiti dan jelaskan dampak dari tindakan mereka. Beri semua orang waktu untuk menenangkan diri dan mengatur emosi mereka.
Kembalilah dan tanyakan pada ananda dengan menanyakan dan menekankan bahwa ananda melakukan kesalahan. Lalu tanyakan juga bagaimana mereka akan memperbaikinya.
Ini bisa berarti membayar untuk memperbaiki barang yang mereka rusak misalnya, meminta maaf kepada saudara mereka, atau membersihkan kekacauan yang mereka buat. Beri juga ananda waktu untuk memperbaiki (dan berikan bantuan jika mereka benar-benar kesulitan).
3. Pengaturan batas.
Berikan penjelasan dan alasan yang tepat mengenai konsekuensi yang diterima ananda apabila melanggar aturan, agar mereka belajar memahami sebab akibat dan belajar tentang tanggung jawab. Namun jangan lupa pula untuk memberikan kesempatan kepada ananda untuk belajar dari kesalahan.
Misalnya ketika mereka menemukan mainan mereka dirusak oleh temannya dikelas atau oleh saudaranya lalu dengan spontan ia merasa marah dan memukul temannya/ saudaranya.
Lakukan 3 langkah ini agar ananda dapat mengenali pengaturan batasan dan kesepakatan bersama.
A: Akui perasaannya.
Ayah-bunda dan guru dapat mengajarkan ananda tentang pentingnya nilai-nilai seperti rasa hormat, keramahan, kejujuran, kebaikan, dan toleransi.