Usia prasekolah adalah usia ketika anak-anak menjadikan kegiatan bermain sebagai dunianya yang tidak bisa lepas dan senantiasa dilakukan dihampir setiap harinya bahkan setiap saat.Â
Melalui bermainlah anak-anak usia dini dapat belajar banyak hal melalui keterlibatan aktif dan eksplorasi dalam kegiatan yang bermakna dan menyenangkan. Ada banyak imajinasi, pengambilan risiko, dan belajar memecahkan masalah dalam mendukung perkembangan anak usia dini.
Tentu setiap orangtua akan mempersiapkan anaknya untuk masuk taman kanak-kanak dengan memasukkannya terlebih dahulu ke sekolah prasekolah atau kelompok bermain lainnya. Dengan harapan anak akan siap mengikuti pembelajaran pada jenjang sekolah berikutnya.Â
Ungkapan "bersiap-siap masuk taman kanak-kanak" mengandung ekspektasi akan waktu belajar-menghafal, lembar kerja, membuat prakarya-lingkaran, dengan instruksi yang diarahkan oleh guru. Meski demikian, tanak kanak-kanak juga merupakan prasekolah yang tetap harus mempertimbangkan bermain sebagai media pembelajaran juga.
Seharusnya anak usia dini yang berada di prasekolah lebih difokuskan untuk dapat mengoptimalkan waktu bermain mereka dengan lebih baik dan terstruktur. Karena melalui bermainlah anak-anak dapat terlibat dalam pemecahan masalah, berpikir kritis, dan mengambil keputusan sambil dapat terus bersenang-senang dan membangun landasan yang kuat untuk kesuksesan akademisnya.
Apa yang diketahui oleh para pendidik anak usia dini tentang kurikulum berbasis permainan adalah bahwa jenis instruksi ini adalah kebalikan dari pembelajaran dengan pemahaman yang sebenarnya. Pembelajaran berbasis bermain diprakarsai oleh anak dan didukung oleh guru.Â
Neuro science telah membuktikan hal ini. Peran guru adalah memotivasi dan mendorong anak untuk belajar melalui interaksi yang akan memperluas kemampuannya dalam menyesuaikan diri termasuk pola pikirnya.
Agar anak usia dini dapat memperoleh manfaat dari kurikulum berbasis bermain, sebaiknya pendidik dapat membiarkan anak usia dini dapat menentukan cara bermain, kapan dan berapa lama.Â
Biarkan anak-anak mengepakkan sayap setinggi mungkin, melompat dari batang kayu yang tinggi, menggulung play dough dengan jari-jari mereka, menggunting benang karena mereka ingin, bernyanyi dengan lantang, menyendok kacang, dan menuangkannya ke mana-mana.Â
Selama hal itu berlangsung pendidik dapat menyarankan beberapa permainan, namun terserah kepada anak apakah mereka ingin mengambil arahan tersebut atau tidak.