Saya memiliki orangtua siswa yang cenderung mengantar anaknya pergi sekolah lebih awal dari waktunya. Jika sekolah mulai belajar pada pukul 7.30, maka mereka akan sudah di sekolah satu jam sebelumnya.Â
Hal ini bertujuan untuk menghindari rasa stres sepanjang perjalanan apabila macet dan juga agar anaknya lebih siap melihat sekolah, ruangan kelasnya, dan pelajaran yang akan diterimanya. Dan ini berhasil.Â
Saya juga memiliki orangtua siswa yang selalu mengantar anaknya di waktu yang tepat saat guru dan teman-teman sekelasnya dipastikan sudah berada di sekolah.Â
Hal ini bertujuan untuk meyakinkan anaknya bahwa kehadirannya disambut baik bersama teman-teman dan gurunya. Namun yang lebih utama adalah bahwa anak-anak siap berada di sekolah dan mengikuti setiap kegiatan dengan baik sampai dengan selesai harus senantiasa diberikan penguatan oleh kedua orangtuanya.
2. Waktu untuk transisi/prosesÂ
Saya memiliki area di mana anak-anak dapat masuk dan duduk tanpa perlu menuntut sampai mereka siap. Ini adalah salah satu bentuk usaha untuk memberikan kenyamanan pada anak di sekolah.Â
Pendidik/guru dapat mencobanya agar bisa menciptakan situasi yang kondusif untuk anak saat belajar. Pojok baca atau ruang kecil yang nyaman bisa menjadi tempat anak-anak menikmatinya.Â
3. Pengaturan untuk waktu istirahat dan ruang gerak, tempat duduk yang bervariasi, pelindung telinga/loop untuk kenyamanan, kertas kerja/ berwarna atau pelapis yang berbeda, mainan pencet-pencet untuk meredakan kecemasan, ruang masuk dan penenangan, ruang aman untuk mencoret-coret, dll.Â
Mungkin guru juga bisa menciptakan yel-yel sebelum masuk kelas untuk memberi semangat. Yel-yel ini bisa disesuaikan dengan apa yang mereka suka untuk lakukan. Bisa bentuk hati menggunakan jari, tos tangan dan kaki atau gerakan variatif lainnya yang banyak bisa ditiru di media sosial.
Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk membantu, namun yang terpenting adalah mendengarkan suara anak dan memahami penyebab kecemasannya. Ketika kita memahami alasannya, kita kemudian dapat meredakan emosi yang mendasarinya dan tidak hanya mengendalikan gejalanya.Â
Anak yang bahagia, dipahami, diterima, dan dirayakan akan mampu belajar lebih banyak daripada anak yang cemas untuk masuk sekolah. Semoga bermanfaat.Â