Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Kesalahan Orang Tua saat Menerapkan Aturan dan Batasan pada Anak

14 September 2023   10:10 Diperbarui: 14 September 2023   10:14 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sering kali dalam setiap konsultasi bersama orang tua siswa, diskusi tentang apa yang sebaiknya dilakukan dan sering dilakukan oleh orang tua namun sebenarnya tidak memberikan dampak disiplin yang baik muncul. Dalam menanggapi hal ini, orang tua atau ayah-bunda kadang kala belum bisa memberikan batasan yang jelas bagaimana menghadapi anak-anak di rumah.

Menggerutu dan omelan panjang kepada anak-anak di rumah atau ananda bukanlah hal yang efektif untuk memberikan batasan kepada mereka. Namun ini yang sering kali dilakukan oleh ayah-bunda. Anak-anak tidak akan mendengarkan kalimat panjang yang kita sampaikan kepadanya. Apalagi saat mereka pun berharap untuk didengar dan dikabulkan keinginannya. Hal inilah yang seharusnya dipahami oleh ayah-bunda.

Menerapkan apa yang harus dan tidak harus atau batasan kepada anak memang tidaklah mudah terutama ketika kita mencoba mengatur segala sesuatunya dan secara bersamaan anak-anak sedang kehilangan kendali. Saat itu justru yang terjadi adalah keinginan untuk saling dipenuhi apa yang menjadi tuntutan baik ayah-bunda maupun ananda yang berujung pada saling bersahutan dalam nada yang semakin meninggi.

Berikut adalah pengingat singkat tentang kesalahan yang dapat di lakukan oleh ayah-bunda dengan mudah di saat yang panas. Ayah -bunda dapat mencoba menelaah uraian berikut ini yang sering ayah-bunda lakukan untuk tidak dilakukan lagi nantinya.

1. Menanyakan apakah ananda menginginkan hukuman vs. Menerapkan batasan

Tampaknya ayah-bunda masih menganggap bahwa memberikan pilihan kepada ananda adalah jalan penyelesaian masalah. Alih-alih memberikan batasan agar ananda mengikuti apa yang ingin ananda lakukan untuk ayah-bunda, malah ayah-bunda memberikan ultimatum kepada ananda. Hal ini wajar saja ayah-bunda lakukan, karena dipicu ketika ayah-bunda merasa ananda tidak mau bekerja sama atau melanggar batasan yang telah ayah-bunda buat. Tapi bertanya, "Apakah kamu ingin waktu istirahat? Apakah mau kehilangan waktu menonton TV hari ini?"

Kalimat yang cenderung seperti mengecam dan mengancam ananda di atas (mungkin bahasanya akan lebih informal lagi pada kalimat di atas) tidaklah memberi perubahan agar ananda memahami batasan yang ingin ayah-bunda harapkan kepada ananda untuk dilakukan. Alih-alih dapat menerapkan batasan kepada ananda, sekali lagi ayah-bunda hanya akan membuat ananda tidak memahami apa yang seharusnya dilakukan sesuai harapan ayah-bunda dan justru mendorong kita mundur. Sebaliknya, fokuslah pada apa yang Anda ingin ananda LAKUKAN atau beri mereka pilihan yang jelas tentang apa yang BISA mereka lakukan. Saya pribadi lebih sering mengajukan 2 pilihan kepada ananda di mana satu pilihan adalah hal yang (mungkin) tidak akan ananda lakukan dan yang satunya merupakan hal yang ingin ananda lakukan sesuai harapan.

Untuk hal ini ada 3 hal yang mungkin ayah-bunda bisa jadikan acuan mengenai pilihan / opsi yang jelas terdengar untuk ananda seperti:

a. Ketika memerlukan perhatian : "Ayah/ bunda tidak bisa bermain sekarang. kamu bisa menemani ayah/ bunda mencuci (piring) atau menunggu sampai ayah/ bunda selesai".

b. ketika ananda tidak bisa diam dan berlarian di dalam rumah : "Kakak/ adik terlalu berisik loh kalau lari-lari begitu kan adek bayi sedang tidur. Kakak/ adik bisa main game di luar saja ya atau main yang lain".

c. Ketika ananda banyak merengek untuk ngemil sebelum makan malam misalnya: "Ayah/ bunda tahu kamu lapar dan makanan ini wanginya enak. Boleh koq sekedar bisa mencicipi apa yang ayah/ bunda potong ya. Tapi sebaiknya menunggu sampai makan malam siap, Ok".

Hal di atas tidak harus menjadi batasan untuk ayah-bunda. Intinya adalah untuk mengilustrasikan dua pilihan yang jelas kepada ananda.

2. Berusaha meyakinkan mereka untuk tidak merasa kesal dengan batasan-batasan tersebut.

Sering kali bermanfaat untuk mengingat apa yang kita lakukan dan tidak kendalikan sebagai orang tua. Dalam hal ini, sebagai orang tua sudah seharusnya ayah-bunda memiliki kendali atas batasan yang ayah-bunda tetapkan dan keseluruhan bahasa serta pendekatan yang dibuat di ambil saat menetapkan batasan. Tentu anak-anak akan mengendalikan reaksi emosional mereka terhadap batasan yang ayah-bunda buat tersebut. Mencoba mengendalikan reaksi anak kita terhadap batasan justru akan berujung pada semakin meruncingnya perselisihan antara ayah dan bunda. Tetaplah bersikap tenang namun tunjukkan bahwa ayah-bunda berkuasa penuh terhadap hal-hal yang ayah-bunda ingin lakukan.

3. Bolak-balik dalam menerapkan batasan / inkonsisten.

Meskipun ananda berusaha meyakinkan kita, sebaliknya anak-anak ingin kita yang memimpin dan menentukan apa yang harus mereka lakukan loh ayah-bunda. Yakinlah tentang hal ini. Karena bagi anak-anak sebenarnya justru sesuatu yang menakutkan bagi seorang anak untuk merasa seperti mereka yang menjalankan pertunjukan. Tentu saja selalu ada ruang untuk mengubah pikiran kita dan bersikap fleksibel, tetapi jika ayah-bunda terus-menerus berubah-ubah dengan keputusan dan aturan dalam hal ini, tentu ini dapat menunjukkan kepada anak-anak bahwa sebagai orang tua kita bingung dan tidak yakin pada diri kita sendiri. Memang tidak ada orang tua yang tidak akan sempurna dalam hal ini, tetapi ketika ayah-bunda melihat suatu pola, luangkan waktu untuk mundur dan pertimbangkan dengan cermat batasan yang ayah-bunda bisa buat sehingga ayah-bunda dapat menyampaikannya dengan jelas kepada ananda bahkan di saat yang krusial dan genting sekalipun.

Semoga bermanfaat ya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun