INI TIDAK BAIK! PIKIRKAN APA YANG TELAH ANANDA LAKUKAN! Minta ananda menguasai diri ananda sendiri. Agar lebih mudah mengenali emosi ananda sendiri.
Mungkin ananda akan pergi ke kamarnya. Tapi alih-alih memikirkan tentang apa yang telah dia lakukan, dia akan berpikir tentang betapa buruknya dia sebagai anak.Â
Ananda tidak tahu mengapa dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Dan ketika ananda berhenti memukul, berteriak, dan mengamuk, dan orang tuanya mengira disiplin ananda berhasil! Tapi secara internal, ananda pasti sedang berjuang. Berjuang bagaimana menguasai diri ananda sendiri.
Ananda bergumul dengan perasaan marah, tetapi tidak bisa menceritakannya kepada orang tuanya. Tiap kali ananda marah, sebenarnya ananda merasa malu. Tentu ananda pun berharap bisa seperti saudara-saudaranya.Â
Mungkin saat itu ananda mulai mengendalikan diri dengan menghabiskan sebagian besar waktunya bermain video game dan menyendiri. Dia percaya sendirian dengan amarah lebih baik karena dia tidak bisa menyakiti siapa pun.Â
Namun ini akan berlangsung terus tanpa penanganan yang baik bahwa marahpun ada manfaatnya bagi ananda. Atau bisa jadi ananda akan mencari pelarian lain saat marah dengan pergi kapan saja saat dia merasa marah atau kesal.Â
Ananda tidak pernah tahu bagaimana mengungkapkan kemarahannya dengan cara yang sehat. Setiap kali ada pertengkaran kemudian pergi ke ruangan lain, mundur, tentunya hal ini butuh dukungan untuk diperhatikan. Bukan selesai dengan begitu saja.
Hal yang perlu dipahami adalah bahwa kemarahan bukanlah hal yang salah. Dengan marah bukan berarti menjadi anak nakal.Â
Jika Ananda hanyalah anak yang sangat sensitif tanpa alat yang dia butuhkah untuk melepaskan perasaannya dengan cara yang sehat. Ayah-bunda perlu mengubah pandangan ini.Â
Lalu bagaimana mengajari ananda untuk mengatur emosi mereka?
Untuk mengajari ananda bagaimana mengatur emosinya bukan dengan melakukan diskusi panjang tentang perasaan.