Ayah-bunda pasti sering merasa dilema dengan menggunakan waktu layar kepada ananda di rumah sebagai alat tawar-menawar (baik itu memberikannya sebagai hadiah untuk perilaku yang baik atau menghilangkannya sebagai hukuman).Â
Perasaan dilema adalah bahwa karena ayah-bunda sebenarnya memberi waktu layar lebih banyak sebagai kekuatan karena ayah-bunda ingin terbebas dari kerewelan ananda karena sesuatu.Â
Tentu saja karena sesuatu yang telah dimulai dikenalkan kepada ananda menjadi bumerang saat waktu yang kurang tepat. Betul ya ayah-bunda?
Memberikan kesempatan bermain gadget kepada ananda membuatnya lebih diinginkan (ini bisa diibaratkan seperti menggantung 'wortel' di depan ananda). Sangat menjanjikan sekali sebuah kebahagiaan bagi mereka saat memiliki kesempatan ini.Â
Menjadikannya hadiah yang bisa diambil kapan saja. Namun Ayah-bunda tentu juga harus dapat dan harus bisa menetapkan batasan pada layar atau penggunaan bermain gadget (hand phone/ tablet). Tetapi batasan dan tawar-menawar tidaklah sama.Â
Respon tawar menawar memiliki perbedaan. Ini perbedaan ketika ayah-bunda mengatakan kepada ananda antara kalimat "kalau kamu tidak menyelesaikan pekerjaan rumah (PR), maka tidak ada kesempatan bermain HP/ waktu layar".Â
Dan... "ya, kamu bisa  memiliki waktu layar dan bermain HP/ gadget hari ini dan itu akan menjadi waktu kamu jika menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) ".
Perlu diketahui, bermain HP bagi ananda/ waktu layar memang tidak dapat dihindari, karena memang dan tentu saja tidak semuanya buruk.Â
Apalagi jika ayah-bunda telah memperkenalkan kepada ananda sejak dini ya. Namun hal yang perlu ayah-bunda ingat adalah bahwa penggunaan mereka sebagai alat: untuk belajar, bersenang-senang, santai, waktu senggang, atau justru waktu keluarga.Â
Namun ketahuilah bahwa membiarkan ananda bermain HP sebagai alat tidak sama dengan menggunakannya sebagai alat tawar-menawar utama loh ayah-bunda. Mengapa?Â