Tidak semua orang tua memiliki gengsi yang cukup untuk meminta maaf kepada anak. Ada sebagian orang tua yang merasa malu untuk meminta maaf kepada anak meski telah berlaku salah. Kadang kala orang tua hanya melupakan saja permasalahan yang telah terjadi dan berpura-pura bahwa semua akan selesai dan baik-baik saja seiring waktu berlalu.
Kedua orang tua Ayah-bunda hanya pernah sekali meminta maaf kepada Ayah-bunda seingat Ayah-bunda. Dan mereka adalah orang tua yang sangat menjaga wibawa terhadap anak-anaknya. Sehingga selama hidup Ayah-bunda hanya sekali mendengar mereka meminta maaf kepada Ayah-bunda. Padahal meminta maaf kepada anak tidak merusak otoritas potensial ayah-bunda. Kan selalu berlaku bahwa tidak ada manusia yang sempurna yang tidak pernah melakukan kesalahan. Meminta maaf ketika salah justru tidak akan membuat ayah-bunda kurang bertanggung jawab. Justru dengan meminta maaf akan membuat ayah-bunda menjadi pribadi yang utuh, yang bisa saja siapa pun membuat kesalahan dan menunjukkan tanggung jawab untuk itu. Tapi, inilah hal ketika ayah-bunda meminta maaf kepada ananda (atau siapa pun).
Ketika anak-anak kita menuntut hal yang serius dalam pelayanan kasih Ayah-bundang kita, tak jarang emosi ayah-bunda juga akan muncul. Dalam hal-hal tertentu ataupun terdesak tanpa disadari ayah-bunda pasti akan menemui jalan buntu yang memungkinkan ayah-bunda melakukan kesalahan.Â
Berkaitan dengan hal ini maka ada 3(tiga) hal yang harus diingat tentang tantangan perilaku ananda yang harus ayah-bunda hadapi.
1. Bahwa mereka bukan berarti anak yang nakal
Ini artinya mereka sedang dalam tahap / fase yang sulit dan masih belajar bagaimana mengekspresikan diri mereka sendiri dengan lebih baik. Jadi apapun yang ananda lakukan belum tentu seutuhnya dipahami sebagai salah benar yang cukup jelas.
2. Bahwa ayah-bunda bukanlah orang tua yang buruk
Parenting adalah suatu hal yang tidak mudah. Ayah-bunda juga manusia. Jadi santai saja lah. Belum ada sekolah khusus orang tua dimana akan muncul orang tua terbaik yang dapat kita tiru. Segala yang ayah-bunda alami senantiasa kondisional dan tidak sama. Jadi tidak mungkin menciptakan ranking sebagai image orang tua terbaik.
3. Akan selalu ada alasan yang mendasari perilaku mereka.
Pahamilah tentang 'mengapa' dibalik perilaku ananda dan ayah-bunda akan mampu mendukung ananda untuk mencapai keinginan dan kebutuhan mereka dengan cara dan waktu yang tepat.
TAHAN DORONGAN UNTUK MENYALAHKAN
Saat ayah-bunda merasa telah keliru, apa yang seharusnya ayah-bunda lakukan? Ya tentu saja meminta maaf bukan? Nah untuk melakukan ini, ayah bunda perlu mencamkan baik-baik untuk menahan dorongan menyalahkan. Meminta maafnya sih sudah benar ya, namun biasanya diiringi dengan kalimat menyalahkan yang tentu saja tidak mendukung esensi dari memahami kekeliruan. Misalnya seperti : 'Maaf tapi aku marah karena kamu tidak....' , 'Maaf, tetapi jika kamu mendengarkan lain kali...' 'Maaf, tapi kenapa aku harus bertanya berkali-kali?'... bla....blaa.....bla....
Sebaliknya, cobalah untuk meminta maaf atas kepemilikan model, pengaturan emosi, dan keterampilan komunikasi yang efektif. Ayah- bunda bisa memulai dengan kalimat-kalimat seperti ini
- "Ayah-bunda minta maaf atas apa yang terjadi sebelumnya. Ayah-bunda sangat kesal dan kehilangan kendali. Terserah Ayah-bunda menahan diri ketika Ayah-bunda merasa seperti itu. Ini adalah sesuatu yang sedang kita berdua kerjakan. Sekarang, mari kita coba lagi. saatnya untuk membersihkan kamar"
- "Maaf, aku tidak mendengarkan sebelumnya. Aku mendengarkan sekarang dan aku ingin mendengarmu"
- "Mari kita mulai dari awal. Aku tidak suka caraku berbicara denganmu. Ya, aku kesal tapi bukan berarti aku harus berbicara seperti ini".
- "Sebelumnya, ketika Ayah-bunda berteriak (ketika Ayah-bunda berkata...) Itu adalah kesalahan, Ayah-bunda minta maaf"
Saat-saat sulit akan terjadi, tidak peduli siapa ayah-bunda atau seberapa siap ayah-bunda. Kesalahan adalah bagian dari perjalanan. Gunakan kesalahan yang telah dibuat sebagai sebuah kesempatan untuk refleksi, pembelajaran dan pertumbuhan. Ubah itu menjadi peluang untuk mencontohkan apa yang ingin ayah-bunda lihat pada ananda.
Semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H