Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ketika Ananda Bertengkar Sesama Saudara di Rumah

8 Juli 2023   12:54 Diperbarui: 8 Juli 2023   13:06 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pusing ya ayah-bunda menghadapi ananda ketika mereka sedang bertengkar dan saling ingin menang sendiri?. Apalagi jika mereka sampai harus saling berteriak dan bahkan saling melempar barang misalnya. Berebut mainan saat bermain bersama, berebut remote control saat menonton kartun di TV, atau bahkan makanan yang sedang di makan.  Sungguh akan membuat khawatir bagaimana jika ayah-bunda sedang tidak ada di rumah dan tinggal mereka bersama. Ketika menemui kejadian seperti ini apakah ayah-bunda akan mendiamkan saja? Atau ayah-bunda akan ikut berteriak agar ananda menghentikan pertengkarannya? Atau melerai agar mereka saling melupakan kesalahan segera?

Dahulu saat masih kecil, kedua orang tua saya selalu memberi barang, entah itu mainan, makanan maupun pakaian dengan jumlah dan ukuran yang seragam untuk memperkecil terjadinya rebutan saat menggunakannya. Dan jika memiliki kesamaan warna dan corak maka ibu akan memberi nama pada masing-masing barang sebagai identitas pengenalnya. Maka jadilah kami seperti anak kembar yang selalu seragam. Jika sedang makan maka kami diberikan porsi dan jumlah yang sama pula. Dan saat makan kami akan makan bersama. Namun hal ini tidak mengurangi timbulnya pertengkaran di antara sesama saudara. Ada saja pemicu yang menjadikan ananda saling bertengkar ya?. Nah jika sudah begini apa yang ayah -- bunda akan lakukan?

Saat ananda saling bertengkar dan berebut sesuatu, tahan keinginan ayah-bunda untuk berargumentasi agar ananda menghentikan pertengkaran dengan seketika. Ketika ego ananda masih berada di atas, menambahkan argumentasi dan pelarangan ke argumen mereka, sama saja menambahkan bahan bakar ke dalam api. Lakukan jeda terlebih dahulu untuk melihat dengan jernih apa yang ayah-bunda bisa lakukan untuk melerai mereka (kecuali jika ananda saling bertarung fisik. Ayah -- bunda dapat memisahkan mereka terlebih dahulu untuk keamanan. Mengucapkan kata-kata doa sebagai peringatan seperti dzikir juga dapat meredam emosi ayah-bunda dan ananda.

Ada dua hal yang harus ayah-bunda ingat dalam hal ini:

  • Ayah-bunda memiliki dua (atau lebih) anak yang sedang mengalami tidak teraturan sehingga TUJUAN AWAL UTAMA ADALAH KOREGULASI DAN BUKAN MENYELESAIKAN MASALAH.
  • Untuk mengatur ananda yang sedang bertengkar, Ayah-bunda perlu mengatur diri ayah-bunda terlebih dahulu agar siap untuk melerai dan menengahi mereka dengan adil.

 

KETIKA SESAMA ANANDA BERTENGKAR

 

Saat anak-anak kita bertengkar (tetapi belum secara fisik), tujuan kita adalah memperlambat eskalasi dan mencegah ke tidak teraturan yang lebih parah. Caranya adalah dengan :

Berada di tengah - tengah mereka untuk kemudian menengahi mereka dengan lugas namun penuh canda agar perasaan emosi menurun. Ayah-bunda bisa menyentil dengan kata-kata seperti "Wow, banyak emosi besar di sini" atau "Wah, banyak ide yang berbeda di sini". 

BERHENTI SEBENTAR lalu katakan "Oke, ayah/ bunda perlu menarik napas dalam-dalam, tunggu sebentar ya" (model menarik napas dalam-dalam). Lalu : "Oke mari cari tahu apa yang sedang terjadi"

Cara tersebut dapat kita sebut sebagai Regulasi pemodelan. Regulasi pemodelan selalu lebih efektif daripada memaksa dengan berkata "Semuanya TENANG"

 

JADILAH KOMENTATOR BUKAN WASIT

Alih-alih menengahi ananda yang sedang bertengkar dan mencoba mencari tahu siapa yang 'benar' atau 'salah' dan memaksakan solusi dari ayah-bunda, akan lebih efektif untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi. Alih-alih berkata: "Berhenti berkelahi, ayo kakak berikan game nya sama adik ya, itu miliknya". COBALAH BERKATA dengan santai : "Wow guys- apa yang terjadi, Sepertinya kalian berdua harus bergantian dalam bermain game loh. 

 

MENAHAN DIRI DAN MEARIK NAFAS SEJENAK. 

Katakan kepada mereka dalam nada canda "ohh.. Jadi ayah/ bunda punya dua anak yang menginginkan satu hal". Lalu kemudian beralih ke mode pemecahan masalah.

 

PENYELESAIAN MASALAH

Tentunya ayah dan bunda mengharapkan untuk memiliki ananda yang secara baik mampu memecahkan masalah dalam situasi seperti ini, serta tidak bergantung pada ayah-bunda sebagai penengah atau wasit. Anak-anak yang cakap dalam mengambil sikap tentunya menjadi harapan bagi semua. Sehingga kelak ayah-bunda dapat meninggalkan mereka dengan penuh kepercayaan untuk saling asah, asih dan asuh bukan? 

Caranya bagaimana?

1. Dorong setiap anak untuk menceritakan versi cerita mereka dan dengarkan, tanpa mengoreksi.

2. Memetakan permasalahan dengan memberikan gambaran yang jelas kepada mereka melalui kalimat-kalimat sebagai penegasannya agar mereka juga dapat menarik kesimpulan dari penjabaran yang kita berikan berdasarkan cerita ananda : 'Hmmm, Ok, dua anak dan satu TV; apa yang akan kita lakukan tentang yang satu ini? Ada ide?"

3. Jika ananda tidak menemukan solusi yang masuk akal, maka sarankanlah solusi tersebut.

4. Jika resolusi tidak datang, ingatkan mereka dengan mengatakan "oh baiklah ini bisa menjadi salah satu saat ketika saklar disingkirkan karena ayah/bunda tidak dapat menemukan solusi". Perhatikan bagaimana ada sedikit menyalahkan/mempermalukan dalam pernyataan di atas.

 

KETIKA PERTENGKARAN BERUJUNG PADA ADU FISIK

Sering kali, pertengkaran bergerak ke fisik dengan cukup cepat, dan ayah-bunda mungkin memiliki dua anak yang tidak terkendali. Peran ayah-bunda adalah untuk menegaskan bahwa ayah-bundalah yang memegang kendali.

Tegaskan kontrol dan batasan yang tegas dengan berkata seperti :"Ayah/ bunda tidak akan membiarkan kalian menekan/menggunakan kata-kata yang menyakitkan kepada yang lainnya loh"

Jika ananda saling memukul, Ayah-bunda mungkin perlu melangkah di antara mereka. Jika mereka berjuang untuk berhenti memukul satu sama lain, maka ayah-bunda harus memisahkan mereka (keselamatan selalu yang utama). "ayah/ bunda ingin kamu pergi ke kamar yang berbeda. Tugas ayah dan bunda adalah menjaga keamanan semua orang. Ayah / bunda ingin kamu terpisah agar kita semua bisa menenangkan diri". Ketika ananda berdua menuruti perintah ayah dan bunda maka jangan lupa untuk mengatakan : " kalian berdua butuh bantuan dan aku akan mendatangi kalian berdua nanti"

Penting untuk terhubung dengan kedua ananda setelah episode fisik. Ingatlah bahwa ananda yang dipukul membutuhkan bantuan yang sama besarnya dengan ananda yang dipukul. Kepada anak yang dipukul : misalnya, "Ayah/ bunda tahu ini sangat buruk bagi kamu. Tidak baik memukul. Ini bukan tentang kamu atau kesalahanmu. Adikmu pastinya sedang sedih juga dan benar-benar bergumul dengan perasaan yang besar saat ini, jadi ayah/ bunda akan pergi ke dapur untuk membantunya merasa tenang kembali".

Untuk anak yang memukul. misalnya "Aku tahu kamu pasti sangat marah dan perasaan itu muncul di acara-acara seperti itu memang. Tapi tetap ayah/ bunda katakan bahwa Memukul itu tidak baik. Ini air minum. Nanti, mari kita cari cara lain agar kita bisa mengeluarkan perasaan itu agar kita tidak menyakiti siapa pun, Ok"

 

Nah, semoga bermanfaat yaa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun