Reaksi ayah-bunda saat mendapati ananda membuat kesalahan atau menerapkan aturan dengan keras apalagi sampai penghukuman kepada ananda yang tak terelakkan dapat mendorong penyembuhan dan perbaikan, atau justru rasa sakit dan kerusakan ekstra. Karenanya kadang kala sebagai pendidik dan guru di sekolah, saya pun harus menimbang dan memilih hukuman dan perlakuan yang tepat saat menghadapi para siswa. Perlu ada tarik ulur kepada mereka dan tidak bisa menerapkan motivasi yang seragam berkaitan dengan karakter siswa. Ada memang siswa yang dapat di motivasi atau diberi arahan dan bahkan peringatan dengan keras untuk memacunya berprestasi lebih atau menghentikan sikap negatifnya terhadap sesuatu.Â
Â
Namun perlakuan yang tidak tepat, bertindak keras terhadap ananda hanya akan menimbulkan luka dan trauma masa kecil yang kurang baik.Â
Â
Kekerasan dan rasa malu hanya menambah pikiran negatif yang mengarah pada kecemasan dan depresi.
Â
Mungkin saat ayah-bunda menyampaikan kritikan dan masukan kepada ananda, ayah-bunda akan menganggap itu sebagai sesuatu yang biasa saja dan itu untuk kebaikan ananda. Ayah-bunda perlu menimbang lebih jauh tentang hal ini dan berhati-hati. Ketika ayah-bunda berlaku keras kepada ananda, apalagi terjadi di hadapan orang lain maka hal ini hanya akan memberikan beban kepada ananda apakah ayah-bunda benar-benar menyayangi mereka. Tentunya ayah-bunda tidak menginginkan ananda meragukan rasa cinta dan kasih sayang kepada ananda kan? Nah, hindari menggunakan kata-kata yang terlalu bias dan memiliki pemahaman sebaliknya kepada ananda. Â
Kritik internal yang keras membentuk ananda menjadi keras pula.
Ketika kata-kata dan nada kasar yang biasa ayah-bunda terapkan pada ananda menjadi bagian biasa dari saat membuat kesalahan, maka pola seumur hidup ini menjadi kritik diri yang keras berisiko terbentuk pada ananda.Â
Â
Merusak hubungan ayah-bunda dan ananda.Â