Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bagaimana Membuat Ananda Meninggalkan Tempat Umum Tanpa Amukan?

23 Mei 2023   20:42 Diperbarui: 23 Mei 2023   20:45 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghadapi ananda yang tidak mau berhenti bermain, tidak mau mengalah dengan teman bermain atau berebut mainan saat sedang di rumah adalah suatu hal yang berbeda ketika itu terjadi di tempat umum ya ayah-bunda. Pemandangan seperti ini sering kali ditemukan bagaimana orang tua harus bernegosiasi dengan anak mulai dari negosiasi ringan sampai yang paling keras sekalipun. 

Tulisan ini mencoba untuk membahas bagaimana mengurangi amukan dan pembangkangan ananda saat tiba waktunya untuk meninggalkan taman di tempat umum, mal, pasar ataupun tempat lainnya. Pengalaman ini saya dapatkan justru dari almarhum ibu saya yang sebenarnya justru tidak berpendidikan tinggi dan hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Seperti apa sih seharusnya dan solusi untuk mengajak ananda pulang selepas bermain di tempat publik supaya mereka bisa pulang dengan kerelaan dan bukan dengan kerewelan panjang yang membuat repot ayah dan bunda.

LANGKAH PERTAMA : BERIKAN EKSPEKTASI YANG JELAS SEBELUMNYA.

Cara terbaik untuk melihat perilaku yang lebih baik adalah dengan mempersiapkan mental ananda sebelum ananda masuk ke tempat umum yang akan dituju (terutama jika memang ananda terlihat sering kali susah untuk diajak pulang dan bernegosiasi dengan halus). Dahulu saat masih kecil, jika ingin ke pasar misalnya dan saya ingin ikut atau almarhum ibu saya akan menyertakan saya untuk ke pasar biasanya almarhum ibu saya akan memberikan gambaran terlebih dahulu hal-hal yang akan ia lakukan. Misalnya jika ingin membeli sesuatu maka ia akan sebutkan barang dan tempatnya akan seperti apa. Jika saya setuju maka ia akan lebih lanjut bertanya apa yang saya inginkan saat di sana dan ia akan mewanti-wanti apa yang saya inginkan dan tidak boleh mengubah keputusan saat di sana. Jika tidak konsisten pun maka akan ada konsekuensi yang saya terima. Jadi ayah-bunda juga perlu melakukan langkah ini dengan jelas misalnya :

  • Menanyakan dan menjelaskan dengan cukup detail apa yang dapat ananda harapkan untuk dilihat / dilakukan saat berada di sana.
  • Harapan apa yang ayah-bunda ingin ananda lakukan dan mengapa / mengandung pemecahan masalah. Misalnya tidak boleh memegang barang-barang karena jika memecahkan berarti harus mengganti. Dan mengganti barang untuk bertanggung jawab pasti akan ada konsekuensi lainnya
  • Menjawab setiap pertanyaan ananda. Dan mungkin akan terdengar seperti "Kita akan melakukan perjalanan ke pasar/ mal/ taman bermain yang tempatnya tentu saja ramai dan banyak orang. Ayah/ bunda berharap kamu tetap berada di dekat ayah/ bunda atau di mana saja yang ayah/ bunda tetap bisa melihat kamu (tidak berlari jauh) supaya kita semua bisa tetap aman. Nanti jika sudah tiba waktunya untuk pulang, ayah/ bunda berharap kita semua bisa pulang dengan sikap yang baik (mungkin bisa dengan lebih mendeskripsikan secara lebih detail jika diperlukan). Bisa ya kita bekerja sama sebagai tim sehingga kita bisa meninggalkan taman/ pasar/ mal dengan semangat yang baik?"

LANGKAH KEDUA : MEMBERITAHU ANANDA AKAN KONSEKUENSI SEBELUMNYA.

Ini merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Kapan pun memungkinkan, ayah / bunda ingin ananda mengetahui konsekuensinya sebelumnya. Ayah/ bunda dapat mengatakan sesuatu sebagai penekanan seperti "Ayah-bunda ingin ananda bisa mendengarkan ayah-bunda dengan lebih baik dan bekerja sama seperti sebuah tim sehingga kita semua bisa jalan -- jalan dengan baik. Jika ananda mulai berteriak, tidak mau mendengarkan ayah-bunda atau berlarian hingga ayah-bunda  harus mengejar-ngejar ananda, ayah-bunda berjanji tidak akan mengajak ke taman lagi karena hal yang seperti itu mengkhawatirkan ayah-bunda. Apakah kamu bisa menerima?"

LANGKAH KETIGA : BERMAIN PERAN BAGAIMANA MENINGGALKAN TEMPAT PUBLIK DENGAN SIKAP YANG BAIK.

Hal ini juga merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan kepada ananda sebelum mengajaknya ke tempat-tempat umum/ publik agar ananda lebih memahami sikapnya dengan baik. Mungkin ini terdengar seperti berlebihan ya ayah-bunda, tapi percayalah merekayasa kejadian sebelum terjadi dengan bermain peran tentang sebuah kondisi yang kita harapkan terjadi akan menjadi lebih baik dan menghindari ananda bersikap berlebihan atau bahkan tantrum di tempat umum loh. Ayah-bunda akan sangat senang telah meluangkan beberapa menit ekstra untuk mempersiapkan ananda sebelum mengunjungi tempat umum. Ayah-bunda tentu ingin benar-benar spesifik tentang harapan sebagai orang tua sehingga ananda dapat berhasil memenuhi harapan ini semua. Saya juga ingat ada salah satu orang tua siswa saya yang memberi wejangan kepada anandanya sebelum anandanya berangkat ke sekolah. Dan beliau juga menyetujui langkah ini sambil berseloroh bahwa sebagai orang tua kita harus lebai dan seperti kaset rusak dengan pesan yang diulang-ulang terus menerus tanpa bosan untuk mendapatkan perilaku ananda yang lebih terarah.

LANGKAH 4 : MEMBERIKAN ARAHAN

Berilah ananda peringatan waktu agar ananda mengetahui transisi yang akan dilaluinya (misalnya dengan mengatakan "kita akan berangkat dalam waktu 5 menit ke depan) atau alternatif lainnya (terutama untuk ananda yang masih kecil) adalah membuat mereka menyelesaikan apa yang mereka lakukan dengan mengatakan seperti :

"5 kali lagi ya untuk turun dari perosotnya terus kita akan pulang"

"Yuk diselesaikan membuat istana pasirnya setelah itu kita akan pulang"

LANGKAH 5: BERI MEREKA 2 BUAH PILIHAN DIMANA YANG SATU ADALAH HAL YANG TIDAK MUNGKIN ANANDA MAU LAKUKAN DAN YANG LAINNYA ADALAH HAL YANG KITA INGIN ANANDA LAKUKAN.

Ketika saatnya untuk pulang (dan langkah ini sangat penting ya), maka ayah-bunda jangan bersikap bertele-tele. Kurangilah berbicara panjang lebar kepada ananda tetapi cukup fokus saja dengan apa yang ingin ananda lakukan atau ayah/bunda minta kepada ananda untuk lakukan. Berikanlah 2 pilihan dan kemudian ambil tindakan. Misalnya ayah/bunda dapat mengatakan :"OK, saatnya pulang ya. Pilih deh kamu ingin berjalan ke mobil dengan ayah-bunda atau ayah/ bunda menggendong kamu ke mobil untuk pulang. Ayo pilih". (asumsi bahwa ananda sudah tidak menyukai untuk digendong). Dan kemudian ambil tindakan, terapkan konsekuensinya, jika mereka menolak untuk mendengarkan dan mengamuk.

LANGKAH KE ENAM : TANYA JAWAB SETELAHNYA

Jika Ayah-bunda  mengalami saat yang sulit, ayah-bunda ingin meluangkan waktu ketika semua orang tenang, makan, istirahat, untuk berdiskusi tentang apa yang terjadi dan bagaimana merencanakan masa yang datang. Sebagai orang tua, tentu ayah-bunda juga ingin meluangkan waktu untuk merenungkan bagaimana melakukan berbagai hal secara berbeda seperti :

  • Apakah saat itu waktu yang salah? Apakah mungkin saat itu ananda juga terlalu lelah dan atau terlalu lapar.
  • Apakah pengaturan yang dibuat terlalu banyak untuk ananda? Terlalu bersemangat misalnya.
  • Bagaimana pendekatan ayah-bunda tadi saat di depan umum? Apakah ayah-bunda sudah melibatkan diri dengan baik atau justru menunjukkan rasa malas saat sudah waktunya tiba untuk pulang.

Ayah-bunda juga bisa berbicara dari hati-ke hati kepada ananda untuk membahas bagaimana kejadian yang telah terlewati dan jangan lupa mengapresiasi hal-hal baik yang sudah dilakukan ananda dan mengingatkan apa yang tidak baik sebagai pelajaran.

Semoga bermanfaat yaa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun