Ada hari-hari ketika ayah-bunda masih tidak yakin seperti apa ini, jadi ayah-bunda malah percaya bahwa tubuh dan sistem ananda dari ayah-bunda melakukan apa yang perlu mereka lakukan untuk melepaskan amarah mereka dan membiarkan mereka menjadi guru dari ayah-bunda.
8. Kadang-kadang ayah-bunda khawatir orang akan menganggap ayah-bunda permisif ketika mereka melihat ayah-bunda menyimpan ruang untuk kemarahan anak-anak. Ayah-bunda bisa merasakan diri ayah-bunda terbakar dan merasakan tekanan untuk merespons dengan "cara yang benar".Â
Pada saat-saat ini ayah-bunda diingatkan bahwa sistem kepercayaan orang lain berbeda dengan ayah-bunda dan ayah-bunda di sini bukan untuk membuktikan apa pun. Sebaliknya, ayah-bunda di sini untuk memenuhi kebutuhan ananda dan melakukan yang terbaik untuk mereka.
9. Ini bisa menjadi ruang penahan kemarahan ananda saat kemarahan ayah-bunda tidak terproses.Â
Ayah-bunda memperhatikan perasaan marah pada diri sendiri dan bagaimana kesalahan ayah-bunda adalah menekan dan menekannya. Sementara kemarahan ananda mendorong ayah-bunda untuk memiliki milik ayah-bunda, itu juga bisa membuat frustrasi mencoba memberi ruang bagi kemarahan mereka ketika tidak ada yang pernah menciptakan ruang untuk kemarahan ayah-bunda.
Pengaturan emosi dan peran ayah-bunda
Bayangkan ada wadah di dalam diri kita yang menampung emosi. Ketika emosi terlalu besar, terlalu kuat, terlalu meluap-luap, emosi akan memenuhi wadah dan meluap. Kita dapat menganggap 'tumpah' itu sebagai berteriak, memiliki reaksi besar atau kehilangan kendali atas diri sendiri dalam beberapa cara.
Membangun keterampilan mengatur emosi seperti menumbuhkan wadah metaforis di dalam diri kita sehingga dapat 'menahan' lebih banyak emosi sebelum terasa naik dan meluap. Atau bahkan mungkin menahan semua emosi agar tidak meluap sama sekali.Â
Mengatur emosi bukanlah tentang TIDAK merasakan emosi sama sekali. Ini bukan tentang menekan, menekan, meminimalkan, menyangkal atau melepaskan diri dari emosi diri sendiri.Â
Mengatur emosi adalah tentang belajar mengenali, merasakan, mengakui, menerima, dan mengelola melalui emosi yang dimiliki.Â
Belajar menampungnya sehingga dapat mengaturnya dan mengekspresikannya dengan cara yang lebih produktif.