Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Ketika Mengasuh Anak Terasa Begitu Menantang dan Sulit: Tips Apa Saja yang Bisa Kita Jadikan Pengingatnya?

20 Maret 2023   21:03 Diperbarui: 22 Maret 2023   00:56 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh memang bukan suatu hal yang mudah dalam melakukan kegiatan pengasuhan anak. Ada banyak celah munculnya tekanan atau stress yang bisa jadi datang dari diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Apalagi ketika lingkungan bukannya alih-alih membantu memberikan solusi malah justru sering terkesan mengkoreksi, menyalahkan dan membuat bingung kita sebagai orang tua yang sedang membutuhkan langkah pengasuhan yang tepat kepada anak.

Ketika anak-anak yang sedang kita asuh menunjukkan perilaku buruk, akan ada banyak kritikan dan hujatan yang datang kepada kita. Namun tidak sebaliknya ketika anak-anak menunjukkan perilaku yang tidak dominan. Bahkan tetap saja bagi lingkungan akan dianggap aneh dan tidak sesuai.

Sebagai orang tua, tentunya kita harus bisa bermental baja untuk tidak selalu mendengarkan apa yang orang lain / lingkungan sampaikan. Tidak semua hal perlu disikapi dan diberi perhatian karena sebagai orang tua apalagi seorang ibu, tentunya adalah orang yang paling paham tentang anak yang diasuhnya dibandingkan lingkungan yang hanya sekilas melihat apa yang dilakukan.

Dalam tulisan ini, penulis ingin mengajak kepada semua orang tua yang mengalami tantangan pengasuhan anak yang begitu rumit untuk selalu bersemangat bahwa tidak ada yang pernah salah dari semua yang telah kita lakukan. Kalaupun belum baik, kita masih bisa terus belajar dan belajar tentang bagaimanan pengasuhan yang baik. 

Yakinkanlah dalam diri kita bahwa 'Hari ini, saya akan terhibur mengetahui bahwa sering kali 'perilaku buruk' anak saya bukanlah cerminan dari 'pengasuhan yang buruk'. Ini adalah indikasi di mana mereka saat ini berada dalam perkembangan mereka sendiri, dan itu juga memberi tahu kita sebagai orangtuanya bagaimana perasaan mereka saat ini yang dirasakan oleh mereka sebagai anak-anak.

Beberapa orang mungkin cepat berasumsi bahwa sebagai orang tua, ketika mengambil perspektif ini adalah cara untuk menutupi 'kekurangan orang tua', meskipun hal itu tidak benar. Hanya ayah-bunda yang tahu sebagai orang tuanya betapa kerasnya ayah-bunda berusaha untuk membimbing dan mengajar anak dengan cara yang dapat mereka pelajari. 

Hanya orang tua yang tahu betapa Ayah-bunda bersedia melakukan apa pun yang Ayah-bunda bisa untuk mendukung mereka untuk benar-benar belajar dan tumbuh. Hanya orang tua yang tahu seberapa terbukanya untuk menerima dan mengelola bimbingan dan dukungan dari mereka yang masukan informasinya beresonansi jauh di dalam diri ayah-bunda sebagai orang tua. Hanya orang tua yang tahu apa artinya menjadi orang tua bagi Ananda dirumah yang unik dan mencintai mereka dengan cara ayah-bunda sebagai orang tuanya.

Paling tidak ada 5 pengingat yang bisa digunakan, Ketika mengasuh anak terasa menantang. Cobalah ayah-bunda ingatkan dalam diri ayah-bunda tentang 5 hal ini yang mudah-mudahan bisa jadi panduan ayah-bunda.

1. Tidak apa-apa untuk mengatakan "Tidak, Terima kasih".

Ingat, mengatakan 'tidak' untuk sesuatu yang tidak menguntungkan kita sebagai orangtuanya yang memahami anak-anak, memungkinkan ayah-bunda untuk mengatakan "YA" untuk sesuatu yang bermanfaat. Ayah-bunda tidak harus bertanggung jawab atas perasaan orang lain. So ketika ada masukan dari orang lain yang menurut ayah-bunda bukanlah cara ayah-bunda, ayah -- bunda tidak harus merasa bersalah untuk menolaknya.

2. Pegang batasan yang sudah ayah-bunda buat sendiri.

Menetapkan batasan yang sehat adalah cara untuk menghormati kebutuhan ayah-bunda sehingga ayah-bunda merasa aman dan dihormati. Hanya ayah-bunda sebagai orang tua dari anak-anaknya yang tahu apa yang terbaik untuk mereka dan apa yang tidak.

3. Beri diri ayah-bunda untuk take a break/ istirahat.

Perhatikan self talk ayah-bunda. Apakah itu kasar dan kritis atau baik dan penuh kasih? Ketika stres atau emosi besar mengambil alih, tanyakan pada diri ayah-bunda apa yang akan ayah-bunda katakan kepada seorang teman tersayang yang merasa stres, kewalahan, atau apa pun yang mungkin ayah-bunda rasakan? 

Apakah ayah-bunda akan mengatakan kepada mereka untuk 'menghadapinya saja?' ATAU apakah ayah-bunda akan menekankan dan mendukung mereka dalam memberi diri mereka istirahat- memberi tahu mereka bahwa mereka tidak sendirian dan sedang melakukan yang terbaik. Mengatakan kepada diri sendiri apa yang akan ayah-bunda ceritakan kepada teman adalah cara ayah-bunda melatih welas asih.

4. Ketika segala sesuatunya terasa sulit, dengan percaya diri dan penuh kasih katakan pada diri sendiri:

"Saya melakukan yang terbaik yang saya bisa. Saya orang tua/pasangan/teman/rekan kerja yang baik yang mengalami masa sulit. Saya cukup dan akan melewati ini"

5. Tenangkan diri dan Muhasabah. Check in dengan diri ayah-bunda sendiri (pikiran dan tubuh). Perhatikan bagaimana perasaan ayah-bunda secara mental dan fisik. Jika tingkat stres dan kewalahan ayah-bunda terasa tinggi, izinkan diri ayah-bunda untuk memperlambat segalanya dan istirahat. Melakukan hal itu membantu ayah-bunda menjadi lebih hadir, membumi, dan terhubung. Intinya bahwa ayah-bunda  tidak harus melakukan semuanya.

Dan berikut ini penulis ingin memberikan pula 7 (Tujuh) kata- kata pengingat yang kuat yang dibutuhkan oleh setiap orang tua untuk membesarkan ananda dengan aman dan saling terhubung.

1. Cara Ayah-bunda berhubungan dengan anak Ayah-bunda akan membentuk pemahaman mereka tentang bagaimana mereka pantas diperlakukan. Semakin ayah-bunda berusaha menjadi teman dekat Ananda maka semakin besar kemungkinan Ananda akan selalu menjadikan ayah-bunda tempat terbaiknya dalam menghadapi berbagai hal dalam hidupnya.

2. Ayah-bunda tidak mengendalikan siapa anak Ayah-bunda, tetapi Ayah-bunda memiliki pengaruh yang luar biasa atas perasaan mereka tentang siapa mereka. Mulailah selalu untuk memberikan penguatan kepada Ananda dalam segala hal namun bukan mendikte mereka. Memberikan nasihat dan pandangan dalam pola obrolan santai akan menjadi pengingat yang lebih baik ketimbang menunjukkan kemarahan saat mereka melakukan kesalahan.

3. Anak-anak Ayah-bunda tidak membutuhkan Ayah-bunda untuk menjadi sempurna. Tetapi mereka membutuhkan Ayah-bunda untuk mencontohkan kerendahan hati, akuntabilitas, dan proses perbaikan.

4. Hal paling protektif yang dapat Ayah-bunda lakukan sebagai orang tua adalah mengembangkan hubungan di mana anak-anak Ayah-bunda mempercayai Ayah-bunda untuk siap sedia dan mendukung saat mereka membutuhkan Ayah-bunda.

5. Koneksi lebih kuat daripada kontrol. Dibutuhkan lebih banyak kreativitas dan waktu, tetapi juga lebih dalam dan bertahan lebih lama. Jadi bukan masalah seringnya bersama namun tanpa makna, namun bersama dengan selalu memanfaatkan waktu bersama sekecil apapun untuk berbincang dan saling menguatkan dalam segala hal

6. Tugas Ayah-bunda adalah mengajar, bukan menghukum. Ketika kita menyakiti anak-anak kita dengan sengaja, kita juga menimbulkan ketidakpercayaan dalam hubungan kita dengan mereka.

7. Cara Ayah-bunda berbicara tentang anak Ayah-bunda dan menafsirkan tindakan mereka, akan menjadi identitas yang memengaruhi cara mereka bertindak di masa depan.

 Semoga tulisan ini akan menjadi pengingat semua hal --hal yang terkait dengan pengasuhan bahwa ayah-bunda merasa diberdayakan untuk terus maju saat Ayah bunda ingin menyelaraskan kembali niat ayah-bunda untuk bertemu dengan ananda di mana mereka berada secara emosional dan berkembang, dengan cara terbaik yang bisa dilakukan oleh  ayah-bunda sebagai orang tuanya.

Sekarang, tutup mata Ayah-bunda, tarik napas, dan tetapkan niat ini jika selaras dengan Ayah-bunda. Kembalilah ke pengingat ini sesering Ayah-bunda tertarik tentang bagaimana pengasuhan yang baik. Dengan kesadaran, pengulangan, dan hati yang rela, tindakan harus dimulai selaras dengan niat tulus. Semoga bermanfaat yaa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun