Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Seorang Guru Memiliki Strategi dalam Membantu Siswa Autis dalam Mengendalikan Emosi

13 Maret 2023   16:40 Diperbarui: 13 Maret 2023   16:54 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu faktor yang membuat Siswa khusus (ABK) AUTIS, kesulitan dalam proses belajar dan memiliki fokus perhatian didalam kelas adalah kesulitan mereka dalam mengendalikan emosi. Siswa dengan kebutuhan khusus (ABK) seperti Autis contohnya, sulit untuk bisa mengungkapkan apa yang mereka rasakan terhadap sesuatu yang mengganggu hatinya. Mereka akan bereaksi dengan cara yang tidak terduga seperti sedih dan mengoceh, menangis tersedu-sedu atau bahkan meledak-ledak secara tiba-tiba dan yang lebih ekstrem berteriak dan mengamuk melompat-lompat serta melempar barang.

Pengalaman menangani anak dengan autism spektrum disorder pertama kali sempat merasa aneh dan bingung dengan apa yang terjadi karena mendapati mereka menangis dengan tersedu-sedu dan teramat sangat sedih seperti sedang mengalami kedukaan panjang. Meski telah dibujuk namun sikap emosional pada mereka belum juga perlahan-lahan hilang. Perlu kesabaran ekstra dalam membujuk mereka sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama sementara ada banyak kegiatan lain yang juga membutuhkan penanganan selain menangani mereka saat itu. 

Malah kadang kala bisa sepanjang pembelajaran mereka akan menangis sedih, meratap, dan nelangsa tanpa sebab pasti meski mereka telah memberikan alasannya. Apa yang disampaikan oleh mereka sebagai penyebab kesedihan dan amukan kadangkala hanyalah sebuah permasalahan sepele yang bagi sebagian anak akan dengan segera sembuh dan membaik seperti sarapan yang terlambat, sarapan dengan menu yang tidak sesuai, atau telat mandi karena menonton televisi.

Mengendalikan emosi Siswa dengan kebutuhan khusus (ABK) terutama autis yang meledak-ledak, memang membutuhkan ekstra kesabaran yang lebih dalam menanganinya. Tak jarang Siswa dengan kebutuhan khusus (ABK) autis teramplifikasi ketika ada hal-hal yang agak berubah dari rencana atau rutinitas yang dilakoninya sehari-hari seperti ketika lupa membawa buku PR atau perlengkapan sekolah lainnya yang akan menyebabkan mereka bisa meraung-raung di sekolah. 

Hal ini karena Siswa dengan kebutuhan khusus (ABK) autis sering mengalami kesulitan mengendalikan emosi atau memiliki respons berlebih ketika sebuah peristiwa terjadi tidak sesuai dengan rencana. Hal inilah yang memicu mereka menjadi emosional bahkan tantrum.

Anak dengan autis sebenarnya mampu berjuang untuk mengatasi emosi mereka tetapi juga sekaligus dapat dengan mudah mengalami kehancuran atau kesedihan mendalam saat mereka sedang merasakan sesuatu namun kesulitan untuk mengungkapkannya atau berdamai dengan apa yang dialaminya. Bahkan  dalam situasi yang kita anggap tidak terlalu atau sedikit rumit hal ini tidak berlaku bagi mereka. Sebagai Guru disekolah tentu saja tidak mudah untuk menenangkan mereka ketika mereka sedang dalam kondisi seperti ini.

Lalu apa yang sebenarnya menjadi penyebab anak dengan autis kesulitan dalam mengendalikan emosi mereka? Ada beberapa alasan mengapa anak dengan autis mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi mereka. Salah satu diantaranya adalah kemungkinan bahwa hal ini disebabkan karena adanya kelebihan sensorik atau mengekspresikan kemarahan, kecemasan atau frustasi. Anak dengan autis kurang mampu mengendalikan emosinya dibandingkan anak lain dan hal ini dapat menjadi penyebab ledakan emosinya. 

Namun ada beberapa tehnik yang bisa disampaikan disini yang mungkin dapat membantu guru ataupun orang tua yang menangani anak-anak dengan autis merasa lebih dapat mengendalikan perasaan mereka.

1. Tetap tenang

Untuk membantu Siswa dengan kebutuhan khusus (ABK) autis, tentu saja kita harus bersikap tenang. Cobalah untuk menghindari supaya sikap emosional bisa muncul dengan melakukan banyak cara seperti membujuk atau mengalihkan perhatiannya meski hal ini tidak akan berlangsung lama. Semakin banyak kita menemukan tentang pemicu emosional yang mereka rasakan, maka akan semakin baik dalam melengkapi diri kita terhadap perubahan emosional yang anak autis rasakan secara tidak terduga. Kita dapat membantu mereka mengendalikan diri mereka sendiri dengan banyak memberikan mereka mainan yang ramah sensori seperti bola karet untuk diremas-remas, cerita-cerita lucu yang menyenangkan sambil terus membujuknya, lalu jika mereka tetap merasakan sensorik yang berlebihan, letakkan bantalan beban di pundak mereka agar mereka dapat teralihkan fokusnya dan mengenali sekitarnya. 

Usahakan pula untuk tidak terlalu terlibat secara emosional dengan mereka dengan cara memberi ruang kepada mereka untuk merasakan kesedihannya sendiri sampai mereka bisa mengendalikan dirinya perlahan-lahan. Bahasa kerennya 'cuekin aja' jika memang kita sudah memahami apa yang dirasakannya. Yang terpenting, ajari anak-anak dengan autis bagaimana menenangkan diri mereka sendiri dengan menarik nafas yang panjang atau bernafas dalam-dalam dan menghitung sampai hitungan tertentu. Hal in kelak akan membantu emosinya saat ia tidak bersama dengan kita namun muncul emosi yang seharusnya mereka bisa latih untuk meredakannya sendiri.

2. Kenali pola perilaku mereka dan ciptakan lingkungan yang aman.

Umumnya anak dengan autis untuk menunjukkan tanda-tanda kesusahan sebelum kehancurannya. Mereka akan merasa putus asa dengan terlihat dari tindakan-tindakan dan gerak geriknya yang menunjukkan akan terjadi keputus asaan sebelum akhirnya benar-benar menunjukkan ketantrumannya. Tanyakan kepada mereka apa yang membuat mereka kesal dan cobalah untuk menciptakan lingkungannya yang lebih aman dan lebih lancar agar mereka merasa tenang. Terkadang bahkan perubahan terkecil pun dapat membuat perbedaan besar. 

Selain itu periksa apakah ada perubahan dilingkungan mereka seperti volume suara, kecerahan lampu dan lain-lain. Pernah ada salah satu siswa yang sangat takut sekali terhadap balon warna warni. Ketika ada salah satu temannya yang berulang tahun dan membawakan balon, segeralah terjadi kehebohan yang tercipta yang diakibatkan banyaknya balon didalam kelas. Sebagai guru, kita harus bisa mengantisipasi hal ini. Apabila telah terjadi sebelum kita mengetahuinya maka segeralah mencari solusi dari kondisi yang terjadi. Ciptakan ruang yang aman bagi mereka untuk tenang tanpa menyakiti kita sebagai gurunya atau diri mereka sendiri lebih -- lebih kepada teman-temannya di dalam kelas.

3. Bersikap positif

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tetap tenang. Mungkin terasa klise dan teori, namun inilah yang dibutuhkan sebagai bagian dari keikhlasan kita dalam mengajar di kelas yang terdapat siswa dengan kebutuhan khusus. Jika sebagai guru saja kita merasa kewalahan, anak-anak dengan autis terutama juga dapat merasakannya. Karena persaan mereka sangat halus sekali. Rasa itu bisa membuat mereka merasa lebih tidak stabil. 

Jika Siswa dengan kebutuhan khusus (ABK) autis mengamuk, jangan mempermalukan mereka dengan menghardiknya, memarahinya dengan keras meski kita harus bersikap tegas, dan hindari pertengkaran bersama mereka dan pertahankan mereka disisi kita sebagai guru atau orang tuanya sampai mereka menerangkannya dengan cukup baik dan tertangkap maksudnya oleh kita.

Nah itu saja yang bisa disampaikan dalam menghadapi anak autis ketika mereka sedang dalam keadaan emosional. Semoga dapat membantu bapak ibu guru disekolah serta ayah dan bunda dirumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun