Usahakan pula untuk tidak terlalu terlibat secara emosional dengan mereka dengan cara memberi ruang kepada mereka untuk merasakan kesedihannya sendiri sampai mereka bisa mengendalikan dirinya perlahan-lahan. Bahasa kerennya 'cuekin aja' jika memang kita sudah memahami apa yang dirasakannya. Yang terpenting, ajari anak-anak dengan autis bagaimana menenangkan diri mereka sendiri dengan menarik nafas yang panjang atau bernafas dalam-dalam dan menghitung sampai hitungan tertentu. Hal in kelak akan membantu emosinya saat ia tidak bersama dengan kita namun muncul emosi yang seharusnya mereka bisa latih untuk meredakannya sendiri.
2. Kenali pola perilaku mereka dan ciptakan lingkungan yang aman.
Umumnya anak dengan autis untuk menunjukkan tanda-tanda kesusahan sebelum kehancurannya. Mereka akan merasa putus asa dengan terlihat dari tindakan-tindakan dan gerak geriknya yang menunjukkan akan terjadi keputus asaan sebelum akhirnya benar-benar menunjukkan ketantrumannya. Tanyakan kepada mereka apa yang membuat mereka kesal dan cobalah untuk menciptakan lingkungannya yang lebih aman dan lebih lancar agar mereka merasa tenang. Terkadang bahkan perubahan terkecil pun dapat membuat perbedaan besar.Â
Selain itu periksa apakah ada perubahan dilingkungan mereka seperti volume suara, kecerahan lampu dan lain-lain. Pernah ada salah satu siswa yang sangat takut sekali terhadap balon warna warni. Ketika ada salah satu temannya yang berulang tahun dan membawakan balon, segeralah terjadi kehebohan yang tercipta yang diakibatkan banyaknya balon didalam kelas. Sebagai guru, kita harus bisa mengantisipasi hal ini. Apabila telah terjadi sebelum kita mengetahuinya maka segeralah mencari solusi dari kondisi yang terjadi. Ciptakan ruang yang aman bagi mereka untuk tenang tanpa menyakiti kita sebagai gurunya atau diri mereka sendiri lebih -- lebih kepada teman-temannya di dalam kelas.
3. Bersikap positif
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tetap tenang. Mungkin terasa klise dan teori, namun inilah yang dibutuhkan sebagai bagian dari keikhlasan kita dalam mengajar di kelas yang terdapat siswa dengan kebutuhan khusus. Jika sebagai guru saja kita merasa kewalahan, anak-anak dengan autis terutama juga dapat merasakannya. Karena persaan mereka sangat halus sekali. Rasa itu bisa membuat mereka merasa lebih tidak stabil.Â
Jika Siswa dengan kebutuhan khusus (ABK) autis mengamuk, jangan mempermalukan mereka dengan menghardiknya, memarahinya dengan keras meski kita harus bersikap tegas, dan hindari pertengkaran bersama mereka dan pertahankan mereka disisi kita sebagai guru atau orang tuanya sampai mereka menerangkannya dengan cukup baik dan tertangkap maksudnya oleh kita.
Nah itu saja yang bisa disampaikan dalam menghadapi anak autis ketika mereka sedang dalam keadaan emosional. Semoga dapat membantu bapak ibu guru disekolah serta ayah dan bunda dirumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H