Kesiapan seorang anak yang memperoleh adik baru dengan selisih usia yang berdekatan ternyata dapat menjadi penyebab ketidak akuran diantara anak loh ayah-bunda. Hal ini bisa saja terjadi karena asupan kasih sayang yang diharapkannya belum sepenuhnya terpuaskan pada masa dan usianya ketika kemudian adik baru lahir kedunia dan mulai merebut perhatian dari semua keluarga. Dan biasanya sebagai orang tua, ketika adik baru lahir, hal yang kita harapkan kepada kakaknya adalah segera dapat menjadi kakak yang baik bagi adiknya yang dapat memberi kasih sayang, perhatian dan pengasuhan pula.Â
Dan ini dianggap dapat meringankan tugas orang tua dirumah. Padahal sebagai seorang anak, kakaknya masih menyimpan harapan dan membutuhkan limpahan kasih sayang dan perhatian yang hanya sepenuhnya untuknya. Namun semua itu kini tidak lagi dirasakan dan ianya harus dapat berbagi diusianya.Â
Dan yang terjadi adalah alam bawah sadarnya selalu menganggap bahwa adiknya sebagai saingannya selamanya. Dan ia akan terus menyalahkan dan menjadikan adiknya sebagai tameng atas semua perbuatannya. Meski hal ini tidak terjadi pada setiap anak yang mengalami sundulan atau kelahiran dengan jarak yang berdekatan. Bergantung kepada bagaimana ayah-bunda memperlakukannya dan membagi perhatian dan kasih sayang.
Beberapa kali menghadapi orang tua siswa yang anaknya bermasalah di sekolah baik itu secara akademik maupun perilaku, padahal dalam  test potensi akademik diperoleh IQ yang baik dan sangat baik malah namun nilai akademis dan perilakunya cukup dianggap menyimpang dan berbeda sehingga dianggap siswa bermasalah. Setelah dilakukan observasi, ternyata sumbernya adalah kurangnya perhatian dari orang tua yang sibuk dan selalu meminta anaknya dapat mengasuh adik-adiknya.Â
Anak --anak yang tidak siap dalam memperoleh adik baru dirumah, akan melakukan sesuatu yang tidak baik kepada adiknya. Dan jika itu terjadi maka biasanya justru reaksi orang tuanya langsung adalah dengan menghukum, meremehkan, mempermalukan, dan mengoreksi tindakan yang telah dilakukanya. Karena menganggap tidak akan membiarkan kakaknya menjadi tidak baik pada adiknya. Penggunaan Bahasa yang tepat yang kadang kala sering kurang diperhatikan oleh ayah-bunda juga akan semakin memperburuk bagaimana sang kakak bereaksi atas setiap kejadian yang mengharuskannya bertindak dan bersikap.Â
Misalnya saja perintah untuk selalu mengalah pada adiknya, membolehkan dan memberi kebebasan kepada adiknya untuk bersama ayah-bunda ketika kakaknya malah tidak diijinkan. Dalam melindungi adiknya, tak jarang maka orang tua akan mengasingkan kakaknya. Keterasingan ini justru mulai menyebabkan anak tertua / kakaknya menggunakan perilaku yang lebih tidak baik, karena dia ingin 'mendapatkan kembali perhatian orang tua dan tetap bersama saudaranya' untuk mengetahui apa yang dilakukan orang tuanya kepada adiknya yang masih dibutuhkan olehnya.Â
Jika hal ini terus dibiarkan dan berlarut tanpa adanya perubahan dalam pola pengasuhan, maka kelak sampai besar keduanya akan selalu berselisih paham yang disebabkan perasaan ketidak adilan yang dirasakan sejak kecil di alam bawah sadar mereka.
Ketidakbaikan yang dibuat oleh anak sulung atau kakaknya sikecil akan berubah menjadi agresi dan hal ini pasti juga akan dibarengi dengan kekerasan dari ayah bunda yang juga tumbuh untuk melindungi sang adik. Sebuah tindakan Intervensi dan koreksi dari ayah-bunda yang tenang berubah menjadi lebih menghukum dan kejam. Ayah-bunda akan melindungi adik baru dengan segala cara. Dan Ini semakin memperkuat paradigma victim-villain / penjahat korban. Seseorang yang nampaknya tidak berdaya namun harus melakukan sesuatu yang bertentangan.
Lalu bagaimanakah solusinya ketika sang kakak memperoleh adik baru? Tentunya hal pertama yang harus dilakukan adalah memberikan kesiapan mental kepada sang kakak ketika bunda mulai mengandung sikecil calon adik baru. Sampaikan kepada sang kakak bahwa sang kakak akan memiliki adik yang kelak harus selalu ia sayangi dan berikan perlindungan.Â
Mintalah selalu tangannya untuk diulurkan keperut bunda untuk semakin mendekatkan mereka secara psikologis dan merasakan kehadiran adik baru. Hal ini kelihatannya sangat sepele namun ternyata sangat krusial dan penting untuk dilakukan dalam menumbuhkan ikatan diantara keduanya sekaligus kesiapan mentalnya.
Lalu bagaimana jika sekarang sang kakak sudah memilik adik dan menunjukkan perilaku yang selalu berhadapan dengan sang adik atau sering kali menunjukkan sikap permusuhan? Segeralah ayah-bunda memperbaiki pola komunikasi yang lebih baik kepadanya.Â
Penggunaan kata 'Jangan' yang terlalu sering kepadanya tentunya akan dianggap selalu sebagai larangan baginya tanpa penjelasan logis mengapa demikian. Juga penggunaan kata-kata perintah kepadanya haruslah juga dibarengi dengan penjelasan logis yang dapat dimengertinya sehingga tidak dianggap sebagai tindakan menentang segala keinginannya. Kepadanya cobalah akan mengoreksi adiknya di setiap kesempatan pula. Mencermati setiap gerakannya dan menceritakan bagaimana dia sepanjang waktu tentunya akan memberikan gambaran dan ketenangan baginya tentang tindakan -tindakannya.Â
Ketika ayah-bunda melakukan ini maka ayah-bunda akan melihat dan mendengarkan, dan ayah-bunda dapat melihat diri ayah-bunda pada sang kakak, mendengar kata-kata ayah-bunda sendiri yang keluar dari mulutnya ketika dia mulai menggertak dan mencoba mengendalikan adiknya.Â
Ayah-bunda dapat menghentikan ini semua, yakni menggunakan kekerasan yang ayah-bunda lakukan untuk melindungi adiknya dari sang kakak. Alih-alih melindungi adiknya, ayah-bunda tentunya ingin juga terhubung dengan Ananda sebagai kakak dari sang adik. Ini adalah cara terbaik untuk melindungi adiknya. Semakin diatur, sang kakak bisa menjadi lebih baik ketika ianya bisa datang ke adiknya dengan sikap yang jauh lebih damai.
(Pengalaman pribadi konselling Ananda Jessica dan Jennifer, Jemi dan adik-adiknya, Gloria dan Jonathan dan kisah pribadi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H