"Orang ini," Aku menunjuk seseorang yang ada dalam gambarku, menoleh ke arah Celline yang butuh penjelasan.
"Sedih, soalnya dia merasa tertinggal dari orang lain. Dia sedih karena meski banyak usaha yang sudah dilakukan, dia tidak bisa meraih apa yang orang lain dapatkan dengan mudah. Dia sedih karena merasa semua temannya sudah berjalan jauh di depannya, sementara ia masih di anak tangga yang sama dalam waktu yang lama."
Kulihat senyum itu luntur, Celline terlihat meneguk ludah beberapa kali sebelum meluruskan pandangannya ke depan, menatap kosong kereta yang datang dan pergi dengan cepat.
"Kamu lihat gak, di sana," Celline bersuara, ia menunjuk orang-orang yang tengah berdiri di peron, menunggu kedatangan kereta selanjutnya atau baru saja turun dari kereta yang berhenti dan bersiap melanjutkan perjalanan karena tujuan mereka sudah sampai.
Aku  tetap diam, menunggu gadis itu melanjutkan kalimatnya, jika ada.
"Beberapa orang memulai perjalannya dari stasiun ini, beberapa orang sudah berada di dalam kereta sebelum sampai di sini, berarti mereka memulai perjalanan dari stasiun yang berbeda. Kemudian, apakah mereka akan turun di stasiun yang sama? ga tuh, buktinya beberapa orang memilih turun di stasiun ini karena tujuan mereka ada di sini, bukan di akhir rute keretanya. Begitupun sisanya, mereka memiliki tujuan yang pasti beragam. Bahkan, ada yang harus berganti rute hingga transportasi karena tujuan yang ingin mereka datangi tidak bisa dicapai dengan kereta yang ini."
Aku termangu, hanya diam mendengarkan Celline yang terus berbicara.
"Maksudku, garis start setiap orang tidak pernah sama, begitupun tujuan mereka. Jadi, apa yang harus mereka lalui untuk mencapai tujuan itu juga pasti berbeda-beda. Sebagian orang dengan mudah mencapai tujuannya yang begitu jauh karena privilege yang mereka miliki, sebagian yang lain harus bersusah payah meskipun tujuannya dekat. Kamu, ga selalu bisa membandingkan dirimu dengan orang lain, yang waktu mulai, kemampuan, hingga tujuannya berbeda. Karena kamu pun mungkin ga tahu apa yang mereka lalui, berapa kali mereka harus ganti rute, berapa kali mereka salah jalan dulu untuk bisa sampai di tujuannya. Kita cuma menonton saat mereka mencapai garis finishnya aja." Â
Napasku tercekat, kalimat panjangnya barusan terasa memukulku telak, entah menyadarkanku atau meloloskan perasaan denial yang selama ini menggerogoti hatiku.
"Lagian, apa sih sebenarnya yang kamu cari di hidup ini? Menurutku, setiap orang pasti memiliki definisi finish dan sukses yang berbeda dalam hidupnya. Mungkin ketika kita lihat dia sudah mencapai sesuatu, menurutnya itu baru tangga pertama yang berhasil ia capai, atau bahkan ga ada lima persen dari kesuksesan yang ia damba. Kemudian, saat kita merasa diri kita belum mencapai apa-apa, belum beranjak juga dari titik yang sama. Ternyata, kalau kita belajar mensyukuri dan  menikmatinya, belajar tidak selalu mematok tujuan yang sama dengan orang lain. Kita akan sadar kalau kita pun sudah melalui dan meraih banyak hal hebat di dalam hidup ini. Bisa tetap hidup dengan waras aja udah pencapaian, kan?"
Celline menoleh, raut wajahnya terlihat menelisik ekspresiku yang kini sulit digambarkan. Aku sendiri hanya terdiam, mencerna kata demi kata yang diucapkan gadis asing ini.