Mohon tunggu...
Yuni Astuti
Yuni Astuti Mohon Tunggu... Perawat - Perawat, sedang belajar merawat hati anak dan keluarga

sedang belajar menulis, ibu dari 4 orang anak, perawat, yun.astuti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tempat Kerja Ramah Anak (Sebuah Mimpi)

4 April 2019   11:38 Diperbarui: 4 April 2019   11:39 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Adakah emak yang setiap paginya selalu menangis dalam hati ? atau memang menangis  beneran  sambil berangkat kerja ? Menangis karena saat akan berangkat kerja, hampir selalu memaksa anak untuk ikut dengan pengasuh atau eyang atau tempat penitipan anak. 

Sementara anak menangis dan kepengen selalu nemplok  dengan ibu. Selalu ada perasaan bersalah dengan anak, merasa belum bisa memenuhi kebutuhan anak, bahkan sekedar untuk memeluknya di pagi hari saja serasa sulit.

Menjadi wanita pekerja bukanlah suatu bentuk kesalahan, berbagai faktor melatarbelakangi kenapa wanita harus bekerja dan meninggalkan anak setidaknya setengah hari, mulai pagi hingga sore  hari. Dan kenyataanya banyak wanita bekerja yang tetap bisa memberikan waktunya secara berkualitas dengan buah hatinya.

Aturan di setiap tempat kerja sudah semestinya dilarang membawa anak saat bekerja, khususnya bagi pekerja wanita. Meskipun aturan tersebut tidak tertulis dalam suatu kontrak kerja. Sudah bisa ditebak, bagaimana kinerja seorang karyawan sebuah lembaga kerja jika harus membawa anak. Tentunya kurang maksimal hasilnya. 

Ini masih merupakan mimpi, apakah mungkin instansi tempat kerja yang memperbolehkan membawa anak ? 

Saya, sebagai salah satu ibu pekerja yang masih mempunyai balita. Jangan tanya kenapa saya masih tetap saja bekerja, sementara saya sering sedih meninggalkan mereka (anak-anak). 

Karena masing-masing ibu punya pilihan, dengan segala konsekuensinya. Demikian sebaliknya, banyak ibu yang memilih di rumah untuk tidak bekerja demi anak-anak dan itu jauh lebih bagus. 

Pernah suatu kali, saya mengajak anak ke tempat kerja, tentunya juga dengan berbagai perasaan. Rasa kasihan terhadap anak, rasa pekewuh dengan pimpinan dan teman kerja. 

Itupun dengan sangat-sangat terpaksa, karena pengasuh tidak bisa datang. Masih beruntung, di tempat kerja saya memang ada semacam laborat semacam mini hospital yang memang ada salah satu ruangan yang di setting layaknya ruang bermain anak. Jadi, saya masih bisa bekerja sambil mengawasi anak bermain. 

Kok bisa  sih..? Ya,  pasti akan muncul pertanyaan semacam ini. Tetapi, antara tanggung jawab pekerjaan dan tanggung jawab mengasuh anak saat itu, benar-benar sesuatu yang tidak bisa saya pecahkan. Dan saya type ibu yang tidak tega menitipkan anak di penitipan anak. Sementara eyangnya sudah terlalu sepuh  jika harus mengasuh mereka. 

Seandainya saja, semua tempat kerja memberikan akses yang mudah bagi ibu pekerja untuk bisa sambil mengawasi buah hatinya tentunya ini akan menjadi hal yang menggembirakan bagi semua ibu pekerja. 

Jangankan tempat  untuk bermain anak, ruang untuk menyusui atau memerah ASI (Air Susu Ibu ) saja, tidak  semua tempat kerja  menyediakan. Lalu bagaimana anak-anak bisa tumbuh sehat jika kebutuhan ASI nya harus terputus ketika ibu kembali bekerja.

Menjadi wanita pekerja bukan berarti melupakan kodratnya sebagai seorang ibu dan melupakan kewajibannya. Apa salahnya jika dua-duanya bisa berjalan bersamaan? 

Tentunya kita juga masih ingat Licia Ronzulli, politisi perempuan asal Italia ini membawa bayinya  berusia 6 minggu ketika sedang melakukan voting dalam parlemen Eropa tentang usulan peningkatan hak karyawan perempuan. Peristiwa ini langsung menghebohkan seisi parlemen dan mengundang reaksi media.

Demikian juga Larissa Waters, anggota senat Australia yang  sedang menyusui bayinya di tengah rapat anggota parlemen. Peristiwa ini menggemparkan media internasional pada bulan Mei 2017  karena walaupun politisi telah diberikan izin untuk menyusui sejak 2003 oleh Senat, nyatanya masih banyak kritik-kritik yang dilontarkan pada ibu-ibu politisi apabila menyusui bayinya ketika bekerja. 

Dan faktanya, banyak kritikan-kritikan dan bisik-bisik tidak sedap ketika seorang ibu bekerja sambil membawa serta anak. Mestinya, justru si ibu ini mendapat apresiasi karena tetap masih bisa menjalankan tugas pekerjaannya meskipun sambil mengasuh anak. 

Semoga ke depan, ibu bekerja yang masih mempunyai anak balita, batita ataupun bayi, mempunyai ruang gerak yang lebih fleksibel karena ada tempat bekerja yang lebih ramah terhadap anak. Baik adanya ruang menyusui, ruang  bermain atau semacam tempat penitipan anak untuk setiap instansi tempat kerja.

 Semoga mimpi para ibu bekerja bisa terwujud, amiin.

  • Sumber bacaan :
  • haibunda.com
  • linisehat.com
  • merdeka.com

BERITA TERKAIT

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun