Seperti yang telah kita ketahui bersama, makanan terbaik bagi bayi adalah ASI (Air Susu Ibu). Dan akan lebih baik lagi jika diberikan selama 6 bulan pertama usia bayi, tanpa makanan tambahan apapun termasuk susu formula. Inilah yang disebut dengan ASI eksklusif. Setelah 6 bulan, barulah bayi boleh diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Salah satu metode pemberian MPASI adalah dengan BLW (Baby-Led Weaning).
Baby-Led Weaning masih tergolong sesuatu yang baru di Indonesia, belum banyak ibu yang mengenalnya. Akan tetapi sudah tidak asing bagi ibu-ibu khususnya yang sedang memiliki bayi dan menginginkan anaknya lebih mandiri, ketangkasan motorik mudah berkembang, memilih jenis makanannya sendiri, mengenalkan beragam jenis makanan, serta tidak pilih-pilih makanan.
Apa itu Baby-Led Weaning ?
Baby-Led Weaning adalah tidak memberikan makanan kepada bayi mulai usia 6 bulan dalam bentuk bubur, puree ( makanan yang dihaluskan) baik dengan blender, menekan-nekan atau dengan cara disaring. Metode BLW ini memberikan makanan kepada bayi dalam bentuk finger food, dan bayi dibiarkan mengambil makanannya sendiri dan memasukkannya ke dalam mulut tanpa dibantu disuap.
Tepatkah membiarkan anak makan sendiri ?
Belajar makan makanan padat merupakan tahapan yang alami. Sama halnya ketika anak belajar berjalan, apabila kita memberikan kepercayaan pada bayi untuk berjalan sendiri maka kita semestinya bisa memberikan kepercayaan yang sama dalam hal makan.
Apa keuntungan Baby-Led Weaning ?
BLW memberikan kesempatan kepada bayi untuk mengeksplor makanannya sendiri. Dengan demikian anak akan lebih mudah menerima berbagai jenis tekstur makanan. Meskipun belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai metode BLW ini. Akan tetapi, dari hasil pengalaman ibu-ibu yang menerapkan BLW membuktikan bahwa anak mereka hampir tidak pernah menolak makan apapun yang disediakan.
Metode BLW ini juga meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Dengan mencoba meraih makanan dan memasukkan sendiri ke dalam mulut, maka ini akan melatih otot-otot tangan dan koordinasi antara mata dengan tangan.
Dengan menggunakan metode BLW ini kita akan menghargai anak untuk memilih makanannya sendiri, karena hakekatnya kita bukan "memberi" makanan akan tetapi kita "menawarkan" makanan. Jadi kita tidak memaksakan anak untuk makan makanan yang kita tawarkan, terserah anak mau makan, menghisap saja atau hanya untuk sekedar bermain-main untuk mengeksplorasi berbagai jenis makanan.
Karena sifatnya menawarkan, anak akan menentukan sendiri waktu laparnya. Jika memang benar-benar merasa lapar dan tertarik dengan yang kita tawarkan anak dengan sendirinya akan makan makanan yang kita tawarkan. Tanpa harus kita paksa-paksa. Dengan demikian secara tidak langsung kita mengajarkan mengenalkan kapan sebaiknya waktu kita makan. Dan anak akan bisa mengenali sensasi lapar dan kenyang. Dan inilah yang membuat anak yang diberikan MPASI dengan metode BLW terhindar dari obesitas.
Anak yang diberikan MPASI dengan BLW akan lebih mudah menyesuaikan menu makanan keluarga. Sehingga ibu tidak harus repot membuat masakan tersendiri bagi anak. Sehingga lebih hemat waktu dan tenaga. Dari berbagai cerita ibu yang menerapkan BLW, anak bisa bebas makan apa saja dan di mana saja. Anak bisa saja makan soto, opor, gulai, bahkan sate yang menggunakan tusuk. Tentu saja disesuaikan dengan kemampuan anak dalam memegang tusuknya, serta dalam pengawasan orang tua. Jadi dalam acara apapun orang tua tidak akan bingung menentukan menu bagi anak BLW.
Anak BLW cenderung lebih mandiri dalam hal makan dan minum. Mereka justru tidak mau jika pada jam-jam makan dibantu disuap atau dibantu menyendok (mengambil makanan sendiri dengan sendok). Bahkan bisa-bisa anak malah rewel dan mogok makan jika kita memaksanya menyuap. Karena anak BLW "merasa" bisa melakukan sendiri untuk mengambil makanannya.
Jenis makanan apa yang bisa diberikan saat BLW?
Semua jenis makanan padat bisa diberikan kepada bayi dengan metode BLW, kecuali jika ada riwayat alergi pada makanan tertentu, maka sebaiknya dihindari. Makanan bisa diberikan dalam bentuk buah, sayur, kentang wortel, ayam, daging atau bahkan mie dan sphageti. Makanan sebaiknya dipotong-potong seukuran jari, sehingga mudah dipegang dan digenggam oleh bayi. Jadi ukurannya jangan terlalu kecil ataupun terlalu besar.
Untuk 2 (dua) minggu pertama saat usia 6 bulan, kenalkan makanan satu jenis makanan dalam sekali makan. Ini yang disebut dengan menu tunggal. Jangan dicampur atau dikombinasikan terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar si anak mengenal rasa asli dari makanan. Jika saja sehari diberikan 2 kali dalam sehari maka dalam waktu 12 hari anak sudah mengenal setidaknya 24 jenis makanan.
Bahan makanan bisa dikukus, dipanggang atau digoreng. Apabila digoreng usahakan tidak menggunakan minyak sembarangan. Bisa menggunakan minyak zaitun atau unsalted butter(mentega tawar). Hindarkan makanan yang bisa mengakibatkan bahaya tercekik, misalnya kacang utuh, ikan bertulang atau tulang rawan dari daging dan buah yang berbiji.
Jika belum berusia 1 (satu) tahun berikan makanan tanpa gula dan garam terlebih dahulu. Karena ginjal bayi belum siap untuk mengolah garam dalam tubuh, sehingga bisa menimbulkan masalah kesehatan. Asupan garam harian bayi tidak boleh melebihi 370 miligram per hari.
Demikian juga tentang asupan gula, jika terlalu berlebihan memicu resiko diabetes dan bisa merusak gigi. Asupan gula seharusnya hanya sekitar 100 kalori setiap hari, dan kebutuhan ini sudah terpenuhi oelh ASI atau bahan makanan alami.
Mungkin bagi kita, jika makanan tanpa garam akan terasa hambar di lidah. Akan tetapi sebenarnya bayi belum membutuhkan preferensi untuk selera asin. Jadi untuk bisa memberikan rasa, makanan bisa dimasak dengan menambahkan bumbu dapur misalnya daun jeruk, bawang putih dan rempah-rempah. Jika menghendaki rasa manis bisa diganti dengan gula alami dari buah, madu atau kurma.
Bukankah makanan yang dihaluskan lebih mudah dicerna ?
Apapun yang ada di dunia ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Makanan yang dihaluskan bisa jadi lebih mudah dicerna oleh dibandingkan makanan padat. Namun, bukankah mulut kita sejak bayi dirancang untuk melembutkan makanan atau membuatnya menjadi bubur dengan cara mengunyah makanan? Makanan yang benar-benar dikunyah akan lebih gampang ditangani oleh pencernaan dibandingkan dengan makanan yang dihaluskan dengan blender. Karena percampuran air liur dengan makanan merupakan awal proses pencernaan, khususnya dalam mencerna makanan yang mengandung tepung.
Bagaimana dengan bayi yang belum tumbuh gigi ?
Meskipun belum tumbuh gigi, bayi mampu menggigit dan mengunyah makanan dengan gusi. Sementara bayi yang memiliki satu atau lebih saat awal MPASI usia 6 bulan, gigi belum berfungsi sepenuhnya.
Pergerakan otot mulut berfungsi untuk memisahkan dan meludahkan biji buah-buahan, melepaskan tulang ayam atau daging yang masuk ke dalam mulut. Keterampilan ini bisa semakin terasah dengan memberikan bermacam-macam tekstur makanan.
 Apakah bayi akan tersedak?
Bisa dipastikan bahwa ibu akan khawatir bayinya tersedak, karena belum sempurna dalam mengunyah makanan apalagi belum tumbuh gigi. Untuk menghindari hal tersebut, usahakan bayi duduk tegak di kursi bayi atau dalam pangkuan ibu. Jika anak mengalami tersedak, usahakan jangan panik. Tetap rilek dan tepuk-tepuk pelan punggung bayi, maka makanan akan bisa keluar. Biasanya ini terjadi pada awal-awal menjalani BLW, karena otot-otot mulut serta lidah belum bisa berkoordinasi dengan baik. Lama-kelamaan bayi akan bisa dengan sendirinya "mengelola" makanan yang ada di dalam mulut.Â
 Apa kekurangan BLW ?
Karena bayi dibiarkan makan sendiri, bisa dipastikan bahwa makanan akan tercecer ke mana-mana. Banyak makanan yang terbuang, karena tidak semua makanan bisa masuk ke dalam mulut bayi. Bahkan makanan biasa digunakan sebagai shampoo atau masker muka. Belum lagi, setelah acara makan ibu pasti repot bersih-bersih kursi makan bayi, mengepel lantai dan tentu saja mencuci baju bayi yang selalu berlepotan dengan warna makanan. Sehingga dibutuhkan kesabaran yang tinggi untuk menjalankan metode BLW ini.Â
 Ada beberapa ibu yang menggabungkan metode BLW dengan spoon feeding. Jadi jika sekiranya asupan makanan dirasa terlalu sedikit dengan metode BLW, maka ibu melakukan pemberian MPASI dengan membantu menyuapkan makanan ke dalam mulut bayi. Atau mungkin, ibu yang membantu menyendok akan tetapi anak dibiarkan sendiri memasukkan sendok ke dalam mulutnya.Â
 Tidakkah anak kekurangan Gizi dengan metode BLW?
Pada prinsipnya jenis makanan dan kandungan nutrisi yang diberikan kepada anak dengan metode BLW adalah sama dengan pemberian MPASI pada umumnya. Justru dengan metode BLW ini, ibu akan lebih mudah mengolah makanan tanpa membedakan mana menu anak dan mana menu keluarga. Dan yang terpenting di dalam menyiapkan menu makanan dalam metode ini adalah cukup kandungan kalori, protein, lemak dan juga tentunya garam-garam mineral yang diperluka tubuh.
 Di dalam pemberian MPASI dikenal dengan istilah "4 bintang", hal ini merupakan panduan pemberian MPASI menurut WHO, yaitu meliputi bahan makanan yang mengandung 4 komponen utama yakni karbohidrat, protein hewani, protein nabati serta buah dan sayur. Pada awal pemberian MPASI untuk 2 (dua ) minggu pertama, anak bisa diberikan menu tunggal menggunakan bahan yang berbeda, bisa diberikan pagi dan sore.  Untuk selanjutnya bisa dibuatkan jenis masakan yang merupakan kombinasi dari 4 bintang tersebut. Untuk kebutuhan lemak, selain didapatkan dari berbagai jenis lauk bisa juga menambahkan minyak zaitun ke dalam makanan atau pada saat mengolah makanan. Misalnya saat menumis bumbu atau menambahkan minyak saat membuat pasta. Dengan demikian pemberian MPASI dengan metode BLW kecukupan gizi akan terpenuhi. Akan tetapi bukan berarti ibu tidak perlu memantau tumbuh kembang anak ketika sudah menerapkan metode ini. Apapun metodenya, ibu wajib memperhatikan tumbuh kembang anak apakah sudah sesuai dengan standar yang sudah ditentukan atau belum.
Â
Â
Sumber :
Baby led-Weaning, Gill Rapley & Tracey Murkett.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H