" Iya nak, ibu juga punya telur, tetapi telurnya ada di dalam perut"
"Kalau telur ayam bisa menetas karena ada ayam jago yang menikahinya (maksud dia mengawini). Ayam jago juga punya telur juga khan bu..?. Kemudian telur ayam jago dan ayam betina bertemu, dan telur menetas jadi anak ayam"Â Anak saya kelas 5 SD, dia sudah sedikit mengerti tentang proses pembuahan pada binatang. Kemudian dia bertanya lagi, ini pertanyaan yang sulit saya jawab.
" Ibu khan punya telor, bapak juga punya telur. Terus, cara mempertemukannya bagaimana?" Wuaduh...! gimana ya...? karena saya bingung maka saya jawab saja begini " dengan cara disuntikkan, nak"
"Masa sih bu...? lha kapan menyuntikkannya, saya kok gak pernah lihat..?" ya iya lah...kamu memang gak boleh lihat , pikir saya dalam hati. " Suntiknya ketika ibu datang ke ibu bidan, jadi mbak Andin gak lihat'. itu jawaban saya, karena sudah mentok.
[caption id="attachment_374215" align="aligncenter" width="300" caption="acara yang manfaat banget (foto:yuni)"]
Menurut pakar tentang psikologi anak Ibu Adelina Anastasia A, S.Si., S.PSi. yang berkecimpung dalam bidang  jasa pelayanan psikologi keluarga dan perlindungan anak, ternyata jawaban saya yang seperti itu salah. Karena semakin membuat anak penasaran dan tidak menemukan jawaban pasti. Ya..karena saya belum punya ilmu untuk menjawab.
[caption id="attachment_374230" align="aligncenter" width="300" caption="narsis dulu bareng Ibu Adel dan Ibu Kepala Sekolah (foto : yuni)"]
Ibu Adel hadir sebagai pembicara dalam sebuah acara Parenting Education di sekolah SD Islam Baitunnur Blora, tempat anak saya sekolah, dengan tema "Siap & Bijak Mendampingi Anak Menuju Remaja/Pubertas". Saya termotivasi hadir dalam acara tersebut karena saya harus belajar untuk bisa memberikan jawaban yang tepat, kalau-kalau mendapat pertanyaan yang lebih sulit lagi dari anak saya, nantinya.
Akan lebih bijak jika kita menjelaskan dengan gambar atau mungkin tayangan video anak yang menjelaskan tentang proses pembuahan dan tanpa ada unsur pornografi. Dan ketika kita memberikan penjelasan, ekspresi wajah kita jangan sambil "cengengesan" atau sambil senyam-senyum, jelasnya. Ekspresi wajah kita biasa sajalah, kita gak usah heboh dan panik jika mendapatkan pertanyaan-pertanyaan sejenis. Hal ini akan membuat anak akan lebih bertanya-tanya lagi, ada apa...? Anak semakin penasaran.
Dan ternyata rasa penasaran anak tidak akan habis, jika belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Akan lebih bahaya lagi jika anak mencari jawaban lewat media yang hanya berupa gambar dan film tanpa ada penjelasan apapun. Anak bahkan mungkin akan meniru begitu saja sesuai apa yang dilihatnya. Karena anak tidak pernah mendapat informasi mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.
Bunda, mungkin sudah saatnya kita untuk terbuka dan belajar tentang pentingnya pendidikan seks pada anak. Pendidikan seks bukan berarti kita ngajari mereka untuk melakukan aktifitas seksual. Jangan anggap tabu sex education, justru dengan bekal inilaj anak kita akan lebih aman.