Jika kita mengesampingkan faktor negatif, sejatinya banyak sisi positif dalam bermedia sosial. Utamanya meningkatkan konektivitas sosial. Lewat media sosial, kita jadi terhubung dengan sanak saudara atau anggota keluarga yang jauh dari jangkauan.
Kita juga bisa terhubungan dengan berbagai komunitas yang memiliki minat atau hobi yang sama. Di samping itu, asal jeli dalam memilih dan memilah, media sosial juga berperan sebagai sumber informasi kredibel yang kita butuhkan.
Hanya saja, memang kita perlu membatasi diri. Terlalu banyak scrolling linimasa tidak baik bagi kesehatan tubuh dan mental. Apalagi menjelang tidur. Bisa-bisa kebablasan lantas kelewatan sahur.
Secukup dan seperlunya saja. Jika kamu seorang warganet biasa, ya, ikuti saja akun-akun yang positif untuk kebutuhanmu. Jangan ikuti akun-akun yang bakal membuatmu FOMO dan enggak bisa tidur.
Lain soal jika kamu seorang content creator yang memang mencari cuan di ranah digital. Mana mungkin kamu bisa berpuasa media sosial? Sebaliknya, kamu harus selalu update dengan tren yang diminati warganet agar selalu kekinian.
Selektif di Bulan Ramadan
Bicara soal selektif bermedia sosial, saya rasa kita pasti sepakat bahwa takarannya mesti ditingkatkan selama bulan Ramadan. Dengan kata lain, kita perlu lebih selektif dalam bermedia sosial ketika bulan puasa.
Mengapa demikian?
Alasan utamanya supaya amal ibadah puasamu tidak berkurang. Kan, jadinya enggak lucu jika menonton konten akun reviewer kuliner di siang bolong lantas jadi tergiur untuk ngebatalin puasa saat azan zuhur. Amit-amit, deh!
Di samping itu, jangan pula menonton dan menyebarkan konten berbau fitnah, kebohongan, apalagi pornografi. Bisa-bisa puasamu diterima tapi enggak dapat pahala dari Sang Pencipta.