Mengapa saya merekomendasikan gado-gado? Alasannya sederhana: mudah diperoleh dan didapatkan warga +62. Kendati dulu sebenarnya berasal dari Batavia dan Jawa Timur pada era kolonial Belanda, kini gado-gado telah menjadi menu khas Nusantara.
Sekarang, pedagang kaki lima yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia lazim menjajakan gado-gado sebagai menu andalannya. Sajian tanpa nasi berisi sayur, tahu, tempe, telur, dan kerupuk ini juga dikenal sebagai saladnya Nusantara.
Berbagai penelitian juga menempatkan gado-gado sebagai makanan sehat lagi tinggi serat. Gado-gado mengandung banyak vitamin dan mineral, seperti A, C, dan K. Di samping itu, gado-gado juga memuat berbagi nutrisi yang diperlukan tubuh seperti kalium dan serat.
Kandungan serat dalam gado-gado umumnya berasal dari sayuran. Jenis sayuran yang umum digunakan untuk membuat gado-gado adalah kubis, kol, tauge, kangkung, timun, labu siam, dan kacang panjang.
Serat yang berasal dari sayuran inilah yang membantu meningkatkan kualitas pencernaan, menjaga kesehatan usus, dan mengurangi risiko sembelit. Jika dikonsumsi saat sahur, dijamin akan menjaga daya tahan tubuhmu selama berpuasa.
Kelebihan lainnya, gado-gado bisa dikreasikan dengan mudah. Cukup membeli berbagai sayuran segar saat berbelanja di pasar dan disimpan di kulkas. Jangan lupa, beli juga kacang tanah atau bumbu pecel instan untuk topping saus kacang.
Jika sibuk dan tidak sempat berbelanja di pasar, kamu juga bisa membeli gado-gado di pasar takjil saat menjelang buka puasa. Saya jamin paling tidak ada ada satu stan yang menjual gado-gado.
Yang perlu diingat, kalau membeli dari pedagang kaki lima, pastikan saus kacangnya dipisah. Jangan dicampur. Supaya ketika dikonsumsi pas waktu sahur nanti, kondisinya masih awet, tidak berbau, dan tidak cepat busuk.
Harga gado-gado juga terbilang terjangkau. Di daerah saya, seporsi gado-gado dibanderol mulai dari Rp15.000 hingga Rp25.000. Murah, kan? Sudah hemat, tinggi serat pula!