Akhirnya!
Aku bersorak gembira seraya berlari ke kamar mandi. Buru-buru kugosok gigi, ganti baju, lalu masuk ke kamar. Tidur lebih awal. Supaya bisa bangun jam tiga. Supaya bisa sahur keliling kompleks bersama teman-teman sebaya.
Sahur Keliling
Perasaanku selalu diliputi rasa senang saat Ramadan. Apalagi kalau ingat-ingat masa kecil dulu. Sahur keliling menjadi aktivitas favoritku. Selain bisa bermain bersama teman sepantaran pagi hari buta, aku juga bisa membangunkan orang-orang untuk bersahur.
Pembaca yang budiman. Ada satu rahasia. Aku beri tahu sekarang. Tapi, jangan bilang-bilang Ibuku, ya!
Sebenarnya jarak bermainku bukan hanya sebatas pos ronda. Daya jelajahku saat sahur keliling bisa lebih jauh dari itu. Tepatnya sampai kampung sebelah.
Bukan apa-apa. Teman-teman sekelasku dulu banyak yang tinggal di kampung sebelah. Sementara aku tinggal di kompleks. Saking ngebetnya aku bermain, jalan kaki dua kilometer ke kampung sebelah pun berani kujabani.
O, ya. Ada satu hal lagi yang membuatku demen sahur keliling. Aku bisa jajan di kedai Mang Juna yang buka dua puluh empat jam. Mang Juna juga selalu sedia lemper. Para pemuda tanggung dan penjaga pos ronda biasanya sahur di sana.
Keren betul, pikirku.
Namanya juga anak-anak. Melihat orang dewasa bisa keluyuran tengah malam sesukanya, bagiku itu keren. Tidak seperti aku yang harus minta izin tiap kali hendak melangkahkan kaki keluar dari rumah sendiri.
Saking senengnya keluar rumah, terkadang aku lupa waktu. Pernah suatu saat aku keasyikan main kentongan di depan pos ronda. Sampai-sampai lupa, waktu imsak tinggal lima menit lagi. Hingga akhirnya disadarkan oleh Pak Budi, yang baru saja menyelesaikan sahurnya.