Kedua, meneruskan pembangunan infrastruktur yang tertunda. Tidak bisa tidak, pariwisata membutuhkan infrastruktur penunjang. Minimal, pembangunan Jalan Tol Panser sepanjang 83,67 kilometer harus terus dikerjakan. Pasalnya, Jalan Tol ini akan mempersingkat waktu tempuh wisatawan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Tanjung Lesung, dari semula 3,5 jam menjadi 2 jam saja.
Pentingnya keberadaan akses tol tersebut, diamini oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya, saat menghadiri Festival Tanjung Lesung 2018. Ia mengatakan, saat ini pembebasan lahan terus dilakukan oleh Kementerian PUPR. Progresnya telah mencapai 45%, dan diprediksi akan selesai pada tahun 2020. Syukur-syukur apabila pembangunan Bandara Banten Selatan jadi dilanjutkan.
Terakhir, pengembangan kawasan berbasis pengalaman (experience based). Destinasi wisata yang hanya mengandalkan keindahan alam akan tertinggal. Dewasa ini, wisatawan ingin terlibat secara emosional dengan objek wisata yang didatanginya.
Bila ingin mendulang minat pelancong dalam negeri, khususnya kaum millennial, perlu juga dibangun sarana yang ikonik dan fotogenik. Sebab, viral di media sosial bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan.
Dengan ketiga langkah tadi, kita yakin prospek KEK Tanjung Lesung di masa depan akan seindah pasir putihnya. Tidak perlu jauh-jauh ke Bali. Cukup datang ke Banten, seluruh keindahan surgawi ala destinasi wisata bahari telah tersedia. Semoga. []
***
Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Karya Untuk Banten 2018 yang diselenggarakan oleh Pemprov Banten dan berhasil meraih Juara ke-2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H