Mohon tunggu...
Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Author | Analyst

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Meneropong Masa Depan Banten dari Balik Tanjung Lesung

11 Desember 2018   22:03 Diperbarui: 11 Desember 2018   22:07 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Tanjung Lesung di Pandeglang, Banten | Foto: kompas.com

"Kalau tidak kita ambil, pasti diambil negara lain. Kalau tidak kita tarik, pasti akan ditarik negara lain."

~ Presiden Joko Widodo saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung di Pandeglang, Banten, 23 Februari 2015.

Optimisme warga Banten sontak membumbung tinggi saat Presiden menyampaikan pidatonya kala itu.  Betapa tidak? Setelah 24 tahun tertunda, akhirnya pembangunan KEK pariwisata tersebut kembali dibuka.

Berjuta asa pun lahir dari sudut pantai berpasir putih ini. Pasalnya, Presiden memberikan janji akan melakukan berbagai langkah percepatan pembangunan di area seluas 1.500 Ha ini. Di antaranya adalah pemberian insentif fiskal dan kemudahan perizinan untuk menarik minat investor.

Tidak berhenti sampai di sana, rentetan rencana percepatan pembangunan infrastruktur penunjang juga turut diikrarkan. Ada hotel berkelas internasional, pelabuhan, pusat studi kemaritiman, taman hiburan, dan fasilitas olahraga air. Tidak kurang dari Rp 1,7 Triliun diinvestasikan untuk menyulap Tanjung Lesung menjadi kawasan pariwisata berkelas internasional.

Namun itu semua belumlah seberapa. Ada beberapa mahakarya lagi yang dinanti-nanti. Bukan hanya oleh warga Banten, namun juga seluruh penduduk Indonesia. Yaitu pembangunan Bandara Banten Selatan, Jalan Tol Panimbang-Serang (Panser), dan Jembatan Selat Sunda. Berbagai pengembang kelas kakap dirangkul agar agenda besar tersebut mampu diselesaikan dalam beberapa tahun mendatang.

Presiden berharap pembangunan KEK Tanjung Lesung dapat menghadirkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi perekonomian Banten dan nasional. Di atas kertas, hitung-hitungan ekonomi segera dirancang untuk menghitung dampak yang diciptakan. Hasilnya, pembangunan KEK pariwisata ini diproyeksikan setidaknya akan meningkatkan perekonomian nasional hingga Rp 26,4 Triliun serta menyerap tidak kurang dari 85.000 tenaga kerja.

Jangan Sampai Kembali Tertunda

Kini sudah tiga tahun berlalu sejak KEK Tanjung Lesung diresmikan. Namun, hingga saat ini pembangunannya belum berjalan sesuai harapan. Berbagai rintangan datang silih berganti. Setidaknya, ada dua faktor utama yang menjadi penghambat proses pembangunan KEK Tanjung Lesung.

Pertama, kurangnya promosi dalam skala besar. Hal ini diamini oleh para pengembang. Menurut mereka, publikasi yang dilakukan oleh pemerintah belumlah maksimal. Sehingga, investor yang digadang-gadang berdatangan layaknya semut mengerubungi gula, terlihat masih enggan. Ini yang menyebabkan aliran modal ke KEK Tanjung Lesung menjadi tersendat.

Kedua, kondisi ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian. Normalisasi ekonomi Amerika Serikat (AS) menyebabkan Dollar AS semakin perkasa, dan Rupiah semakin terpuruk. Belum lagi ketegangan perang dagang antara AS dan Tiongkok yang membuat jantung negara penonton ketar-ketir, termasuk Indonesia. Dua fenomena tadi, memicu pelebaran defisit transaksi berjalan hingga 3,37% Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2018.

Mau tidak mau pemerintah harus menahan laju impor dengan menunda beberapa proyek strategis nasional. Ironisnya, beberapa proyek yang ditunda merupakan proyek infrastruktur penopang KEK Tanjung Lesung, yakni Bandara Banten Selatan, Jalan Tol Panser, dan Jembatan Selat Sunda.

Pengembang jelas makin geram dan ogah-ogahan. Tanpa promosi optimal dan infrastruktur penunjang, target mendatangkan 1 juta wisatawan mancanegara semakin sulit didapatkan. Arus kas wisatawan lokal---yang datang karena penasaran---belum cukup untuk memenuhi tingginya biaya operasional dan investasi yang telah ditanam.

Banten kini berada di ujung persimpangan. Maju tak kuasa, berdiam diri semakin sengsara. Pengembang menuntut pembangunan jalan penunjang harus diutamakan. Sedangkan pemerintah menginginkan pembangunan kawasan wisata harus tuntas terlebih dahulu.

Pertanyaan klasik, "Lebih dulu mana, ayam atau telur?" harus segera dipecahkan demi masa depan Banten yang lebih baik.

Memanfaatkan Momentum

"Secepatnya, kami akan melakukan pengajuan (pembangunan Bandara Banten Selatan) kepada Pemerintah Pusat."

~ Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy saat membuka Festival Tanjung Lesung 2018 di Pandeglang, Banten, 28 September 2018.

Festival Tanjung Lesung 2018 seakan menjadi titik balik pembangunan KEK Tanjung Lesung. Wakil Gubernur berjanji akan mengajukan kembali proposal pembangunan Bandara Banten Selatan yang sempat dihapus dari daftar proyek strategis nasional oleh Pemerintah Pusat.

Momentum untuk kembali mendorong pembangunan KEK Tanjung Lesung terus mengemuka. Pertemuan Tahunan Bank Dunia-Dana Moneter Internasional 2018 di Bali beberapa bulan lalu, menjadi salah satunya. Hajatan ekonomi terbesar dunia tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi, salah satunya adalah pengembangan destinasi wisata terintegrasi sebagai sebuah solusi permasalahan ekonomi.

Dukungan dunia juga kepada Indonesia juga terus berdatangan. Peringkat Indonesia dalam World's Travel & Tourism Competitive Index (TTCI) yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF) meningkat pesat. Dari semula ke-50 pada tahun 2016, menjadi ke-42 dalam waktu satu tahun saja.

Berbagai momentum tadi dapat dimanfaatkan untuk segera menyelesaikan pembangunan KEK Tanjung Lesung. Oleh karena itu, ada beberapa langkah yang patut segera diambil.

Pertama, perlunya promosi berkelas dunia. Banten Expo 2018 bisa menjadi sarananya. Gelaran bertajuk Hajat Ageng yang dibuka mulai tanggal 21 November 2018 harus dimanfaatkan sebagai sarana promosi investasi KEK Tanjung Lesung kepada para investor dunia.

Kedua, meneruskan pembangunan infrastruktur yang tertunda. Tidak bisa tidak, pariwisata membutuhkan infrastruktur penunjang. Minimal, pembangunan Jalan Tol Panser sepanjang 83,67 kilometer harus terus dikerjakan. Pasalnya, Jalan Tol ini akan mempersingkat waktu tempuh wisatawan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Tanjung Lesung, dari semula 3,5 jam menjadi 2 jam saja.

Pentingnya keberadaan akses tol tersebut, diamini oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya, saat menghadiri Festival Tanjung Lesung 2018. Ia mengatakan, saat ini pembebasan lahan terus dilakukan oleh Kementerian PUPR. Progresnya telah mencapai 45%, dan diprediksi akan selesai pada tahun 2020. Syukur-syukur apabila pembangunan Bandara Banten Selatan jadi dilanjutkan.

Terakhir, pengembangan kawasan berbasis pengalaman (experience based). Destinasi wisata yang hanya mengandalkan keindahan alam akan tertinggal. Dewasa ini, wisatawan ingin terlibat secara emosional dengan objek wisata yang didatanginya.

Bila ingin mendulang minat pelancong dalam negeri, khususnya kaum millennial, perlu juga dibangun sarana yang ikonik dan fotogenik. Sebab, viral di media sosial bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan.

Dengan ketiga langkah tadi, kita yakin prospek KEK Tanjung Lesung di masa depan akan seindah pasir putihnya. Tidak perlu jauh-jauh ke Bali. Cukup datang ke Banten, seluruh keindahan surgawi ala destinasi wisata bahari telah tersedia. Semoga. []

***

Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Karya Untuk Banten 2018 yang diselenggarakan oleh Pemprov Banten dan berhasil meraih Juara ke-2.

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun