"Kebanyakan orang memiliki pola pikir yang salah. Lho, kok salah? Ingat, ada satu perbedaan mendasar antara orang kaya dengan orang miskin," lanjut Tung. "Orang kaya suka memakai kata 'dan', sedangkan orang miskin sering menggunakan kata 'atau'," ujar Tung mencoba menyadarkan penontonnya.
"Baik, saya ulangi lagi. Pilih mana uang seratus ribu atau lima ribu?" pancing Tung kembali. "Benar, anda dapat memilih keduanya. Kalau semuanya menguntungkan, anda dapat memilih uang seratus ribu dan lima ribu."
"Terakhir, saya ulangi lagi. Pilih mana, miskin tapi bahagia, atau kaya tapi sengsara?" Tung mengulang pertanyaan pertama.
"Saya pilih kaya dan bahagia," jawab salah seorang penonton. Kini raut wajah sebagian besar penonton semakin berseri layaknya baru mendapat rejeki.
"Benar sekali! Anda dapat memilh kaya dan bahagia." ujar Tung sambil tersenyum sumringah.
Mata saya terbelalak, telinga saya menjadi tajam. Benar juga. Saya baru menyadari ternyata kunci kesuksesan bermula dari pola pikir. Terkadang kita tidak berani berbuat sesuatu hanya karena dibatasi oleh pikiran sendiri. Tanpa pola pikir yang benar, kita akan kesulitan untuk meraih impian.
Kita sering berpikir, biarlah miskin yang penting bahagia. Atau, tidak usah mencari penghasilan tambahan karena kita sudah jadi karyawan. Ini yang salah.
Siapa yang tidak ingin menjadi kaya dan bahagia? Siapa yang tidak ingin menjadi karyawan dan memiliki usaha yang menghasilkan keuntungan? Jika bisa mendapatkan kedua-duanya, kenapa tidak?
Kebanyakan orang mengeluarkan uang untuk life style (gaya hidup seperti orang kaya), ketimbang wealth style (gaya hidup orang yang benar-benar kaya). Misalnya, seorang karyawan ketika baru diterima kerja, ia membeli motor. Setelah promosi, ia mengganti motornya untuk mencicil mobil. Kemudian ketika sudah menjadi direktur---karena gengsi---ia mengganti mobilnya dengan yang lebih mewah. Begitu seterusnya.
Tentu sah-sah saja memiliki mobil mewah. Tapi kebanyakan caranya salah. Ingat, semakin banyak punya mobil mewah, biaya yang akan dikeluarkan akan semakin banyak pula. Cicilan bulanannya, biaya bahan bakarnya, biaya perawatannya, pajaknya, dan lain sebagainya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!