Dikutip dari berbagai sumber, Desa Bubohu merupakan termpat perundingan bersejarah antara dua kerajaan kuno nusantara, yaitu Kerajaan Ternate dan Kerajaan Bubohu. Perundingan tersebut membahas pembagian wilayah di antara dua kerajaan tersebut. Sebagai penanda keberhasilan perundingan, konon Raja Bubohu membuat hamparan kebun kelapa yang menjadi sumber penghidupan bagi masyarakatnya.
Jangan malu bertanya arah pada warga sekitar, mengingat gerbang masuk Desa Adat Bubohu berukuran kecil. Lahan parkirnya pun tidak terlalu luas, hanya cukup untuk empat atau lima mobil. Untuk masuk ke Desa Adat Bubohu, Anda akan melewati jalan tanah berkerikil khas perkampungan nusantara.
"Seikhlasnya saja Pak," jelas sang penjaga selepas Saya menanyakan harga tiket masuknya. Diliputi rasa penasaran, Saya melirik kembali kotak amal tersebut. Ternyata, lembaran Rupiah berwarna merah dan biru terlihat dominan dari balik kotak kacanya.
Jika diberi tarif seikhlasnya, ternyata suatu objek wisata bisa lebih menguntungkan, gumam Saya.
Di dalam, Anda akan menemui empat gubuk adat khas Gorontalo yang berjajar rapi di depan kolam berwarna hijau lumut. Warga Gorontalo menyebutnya dengan nama Wambohe. Taman kecil di samping Wambohe yang dihiasi rumput hijau dan batu kali menambah keindahannya. Tunggu apa lagi, segera siapkan kamera Anda.
Setelah puas mengelilingi lingkungan desa, Anda dapat beristirahat di saung dekat pintu masuk. Ada menu makanan dan minuman ringan yang dapat Anda beli untuk mengisi tenaga. Selain itu, jangan lewatkan pula kesempatan untuk membeli kaos bertema Desa Adat Bubohu untuk oleh-oleh keluarga tercinta di rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H