Mohon tunggu...
Nobuhiro Komatsuda
Nobuhiro Komatsuda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kolese Kanisius

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menguasai atau Menjaga? Dilema Superioritas Manusia dan Pelestarian Lingkungan

8 November 2024   16:13 Diperbarui: 8 November 2024   16:19 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Homo sapiens berpikir bahwa mereka spesial dan berhak untuk mendominasi lingkungannya, terjadilah kerusakan lingkungan. Pada dasarnya, Homo sapiens tidak bisa mengendalikan dirinya dan akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dikehendakinya, termasuk sumber daya alam. Sikap ini tentu akan mengarah pada kerusakan lingkungan.

Pendukung dari antroposentrisme mungkin akan mengatakan bahwa tugas dari Homo sapiens adalah untuk “menjaga dan melindungi lingkungannya”. Oleh sebab itu, antroposentrisme sendiri tidak akan mengarah pada kerusakan lingkungan. Sebaliknya, paham antroposentrisme akan mengarah pada keharmonisan ekosistem. 

Akan tetapi, kita harus menyadari bahwa fakta bukanlah demikian. Banyak perusahaan dan negara di dunia ini mengorbankan ekosistemnya demi keuntungan, kemajuan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakatnya. Apakah kita benar-benar harus mengorbankan lingkungan kita untuk semuanya itu?

Jika Homo sapiens benar-benar tidak spesial, kita juga harus memikirkan implikasinya terhadap hak asasi manusia dan hak asasi hewan. Jika Homo sapiens itu sama “spesialnya” dengan spesies-spesies lain, bukankah hak asasi hewan juga harus ditegakkan sama halnya dengan hak asasi manusia? Namun, tentu kenyataan bukanlah demikian.

Hak asasi hewan menjadi isu yang kompleks dan menjadinya persoalannya yang sendiri. Namun, jika kita menganggap bahwa Homo sapiens dan hewan sama “spesialnya”, Homo sapiens kini sedang menerapkan rezim apartheid terhadap hewan-hewan nonmanusia. Mendukung antroposentrisme atau tidak, harus ada solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang disebabkan antroposentrisme tadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun