Mohon tunggu...
Noval Kurniadi
Noval Kurniadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Speaking makes words, writing makes wor(l)ds

Passion is the fashion for ur ACTION. Passion without action is NO MENTION! | Kontributor wikipedia | www.valandstories.com | Novalku@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Jadi Ketua ASEAN 2023, Saatnya Indonesia Unjuk Gigi sebagai Si Paling Nontunai di Asia Tenggara!

20 Juni 2023   23:59 Diperbarui: 7 April 2024   12:08 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia sebagai ketua ASEAN 2023 (dok. Sekretariat Kabinet)

Transaksi nontunai di Indonesia terus mengalami perkembangan yang pesat. Berdasarkan Studi Visa Consumer Payment Attitudes, survei tahunan yang berfokus pada pertumbuhan konsumen yang melek digital dan pergeseran cara pembayaran di kawasan Asia Tenggara pada 2020, masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang paling banyak mengurangi penggunaan uang tunai selama era kenormalan baru di Asia Tenggara.

Sementara itu, data dari UOB ASEAN Consumer Sentiment Study 2020 mengungkap bahwa Indonesia menempati peringkat pertama dalam pangsa pasar layanan pembayaran nirsentuh atau sebesar 74%. Hasil tersebut kemudian diikuti oleh Singapura (70%), Vietnam (67%), Malaysia (63%) dan Thailand (50%).

Sebagai masyarakat Indonesia, kita patut berbangga. Tak dapat dipungkiri, capaian tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara si paling nontunai di Asia Tenggara.

Tahun 2023, Momen yang Tepat Indonesia Unjuk Gigi sebagai Si Paling Nontunai di ASEAN

Tahun 2023 adalah momentum bersejarah bagi Indonesia  di kawasan ASEAN. Pada tahun ini, Indonesia menjabat sebagai ketua ASEAN selama setahun, menggantikan Kamboja. "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" menjadi tema yang diangkat dalam keketuaan Indonesia kali ini. 

Sebagai pemegang tahta tertinggi di ASEAN, Indonesia berperan penting dalam menahkodai negara-negara Asia Tenggara dalam meraih pertumbuhan ekonomi secara bersama.  Dengan PDB mencapai USD3.36 T pada 2021, pemerintah Indonesia pun optimis bahwa ASEAN kompeten untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia.

Untuk mewujudkannya, tentu tidak mudah. Oleh karenanya, Indonesia telah menetapkan 16 Priority Economic Deliverables (PED) yang terbagi dalam 3 Strategic Thrust yaitu Recovery-Rebuilding, Digital Economy dan Sustainability. Sebagai negara yang paling nontunai di ASEAN, Indonesia pun menerapkan strategi melalui kerja sama Regional Payment Connectivity yang dilakukan oleh Bank Indonesia. 

Melalui kerja sama ini, masyarakat ASEAN dapat menikmati transaksi lewat QRIS antarnegara. QRIS antarnegara sendiri adalah sistem pembayaran lintas negara (cross-border payment) berbasis kode QR yang dapat digunakan untuk transaksi lintas negara. 

Jadi, orang Indonesia dapat melakukan transaksi secara nontunai via QR Code ketika berada di negara-negara ASEAN. Pun, sebaliknya, orang dari negara-negara ASEAN juga dapat melakukan transaksi nontunai via QRIS yang tersedia di Indonesia.

Saat ini QRIS dapat digunakan sebagai metode pembayaran di 4 negara kawasan Asia Tenggara (ASEAN). BI telah sepakat menjalin kerja sama dengan empat bank sentral negara lain, yakni Bank Negara Malaysia (BNM), Monetary Authority of Singapore (Singapura), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), dan Bank of Thailand (BOT).

Hadirnya terobosan ini menurut saya memberikan kemudahan sekali karena memungkinkan saya untuk menukarkan uang dalam jumlah yang lebih sedikit saat berpergian ke negara ASEAN.

Seketika saya jadi teringat dengan pengalaman saat melancong bersama teman ke Thailand, Malaysia dan Singapura beberapa waktu lalu. Setiap kali melakukan transaksi, saya sering merasa ribet karena metode pembayarannya selalu dilakukan secara tunai.

Hal itu dikarenakan saya harus membuka dompet berisikan mata uang asing yang telah ditukarkan. Sebagai orang asing yang belum familiar dengan desain dan warna pada mata uang yang digunakan, saya lalu harus teliti saat memberikan uang kepada pihak penjual atau penyedia jasa. Saya harus memastikan apakah lembaran uang yang dimaksud sesuai jumlah transaksi, terlebih kursnya berbeda dengan uang rupiah.

Jika transaksi yang dilakukan memiliki uang kembalian, saya juga harus teliti dalam menghitungnya. Saya harus memastikan bahwa jumlahnya pas dan sesuai. Jangan sampai kurang apalagi sampai ditipu.

Kegiatan transaksi mulai dari menyiapkan uang untuk membayar hingga menerima uang kembalian di negeri orang mungkin tampak biasa saja. Namun dengan status kita sebagai orang asing yang belum terbiasa dengan mata uang negara lain, transaksi yang harus selalu dilakukan secara tunai memiliki kekurangannya tersendiri. Selain memakan waktu lebih lama sehingga bakal terasa kurang praktis, transaksi secara tunai di luar negeri juga rawan dengan penipuan dan pencurian.

Saya berharap transaksi QRIS antarnegara ini diperluas sehingga saya dapat lebih mudah dalam melakukan transaksi saat berpergian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun