Mumut si semut hitam merasa kecewa. Ia merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Nilai-nilai ulangan harian di sekolahnya lagi-lagi jelek. Beberapa minggu lagi ada ujian kenaikan kelas. Ia harus memperbaiki nilainya. Ia bisa tinggal kelas jika bermalas-malasan.
Ia menyadari bahwa banyak teman sekolahnya yang berprestasi. Mereka sering mendapatkan nilai baik dan bahkan peringkat di sekolah. Ia pun berpikir, "Jika teman-temanku bisa menjadi serangga yang cerdas dan berprestasi, mengapa tidak denganku? Jika mereka cerdas, harusnya aku juga bisa!"
Ia lalu memutuskan untuk mengunjungi beberapa rumah temannya yang erdas di sekolahnya. Ia ingin menanyakan kepada mereka tentang apa yang telah mereka lakukan untuk mendapatkan nilai baik di sekolah.
Pider si laba-laba adalah serangga yang pertama kali ia kunjungi karena jago dalam pelajaran IPA dan Bahasa Inggris. Rumahnya terletak di bawah pohon jambu. Setibanya di sana, Mumut langsung menyampaikan maksudnya.
"Kalau kamu ingin nilai-nilaimu bagus, kamu harus bergelantungan dari satu jaring ke jaring lain secara rutin. Dengan melakukan itu otakmu akan terasah sehingga berpengaruh pada kecerdasanmu di sekolah. Itulah yang kulakukan setiap hari. Hasilnya aku mendapatkan nilai-nilai baik di sekolah, khususnya pada mata pelajaran IPA dan Bahasa Inggris." Jawab Pider.
Mumut senang bukan main. Segera Mumut mempraktekkan apa yang Pider sarankan. Ia memanfaatkan jaring laba-laba yang ada di rumah Pider.
Mulanya Pider mencontohkan cara bergelantung pada jaring yang ia buat. Ia menapakkan kakinya pada jaring. Kemudian ia bergelantung menggunakan kaki-kakinya sambil menjelaskan bagaimana caranya. Ia berhasil. Tak lama setelah itu Pider turun dari atas jaring.
Kini giliran Mumut. Pertama ia menginjakkan kakinya pada jaring Pider. Namun sayang, ia tidak bisa mengangkat badan dan kaki-kakinya untuk bergelantungan. Jaring Pider terlalu lengket bagi Mumut seperti tertempel pada lem yang amat kuat.
Mumut tampak kesulitan. Jangankan untuk mengeluarkan jaring, untuk melepaskan kakinya dari jaring Pider pun sulit. Beruntung Pider membantunya. Kaki Mumut akhirnya berhasil terlepas dari jaring. Mumut bersyukur kakinya dapat terlepas dari jaring. Ia kemudian sadar bahwa ia tak bisa mencontoh apa yang Pider lakukan.
***
Mumut tak menyerah. Ia terus berusaha untuk mencari tahu cara agar menjadi sukses di sekolah. Kini ia mendatangi rumah Bella si belalang yang terletak di dekat sawah. Bella adalah salah satu serangga terpintar yang ada di kelasnya, khususnya dalam pelajaran matematika. Bella juga sering mendapatkan peringkat 1.
Setibanya di sana, Bella mengajak Mumut pergi ke suatu tempat. Mumut mengikutinya dari belakang sambil bertanya-tanya dalam hati. Tak lama kemudian mereka tiba di atas sebuah daun. Seketika Mumut bertanya-tanya. "Apa yang ingin kita lakukan Bel?"
Hap!
Tiba-tiba Bella melompat ke dahan lain.
"Ikuti aku!" Katanya begitu berhasil mendarat.
"Maksudmu aku harus melompat juga?"
"Ya, inilah cara yang kulakukan setiap hari agar menjadi sukses di sekolah. Aku melompat dari satu dahan ke dahan lain sembari menghitung perkalian dan menceritakan ulang apa saja yang dibahas di sekolah. Cara ini membantuku untuk mendapatkan prestasi di sekolah."
Mumut diam.
"Ayo Mut, tunggu apalagi! Ayo lompat!"
Mumut tampak ragu. Ia belum pernah melompat sebelumnya. Ia mulai berkeringat. Mulanya ia takut melompat. Namun karena Bella terus membujuknya, Mumut akhirnya memberanikan diri.
Mumut mundur beberapa langkah. Sembari menghitung mundur, ia kemudian berusaha melompat dari dahan tempat ia berdiri ke dahan yang ada di depannya. Namun sayang, ia malah kehilangan keseimbangan. Mumut terjatuh ke atas tanah.
***
Mumut merasa sedih. Ia tidak bisa melakukan cara yang dikatakan oleh Bella. Meski begitu, Mumut tak ingin berlarut dalam kesedihan. Ia pun bertanya kepada temannya yang lain, yakni Uli si lalat.
Uli si lalat adalah serangga yang pendiam namun terbilang cerdas. Uli memang tidak pernah mendapatkan peringkat di kelas namun ia juga tidak pernah mendapatkan nilai buruk. Keahliannya menonjol pada bidang kesenian.
"Uli, apa sih yang kamu lakukan agar berhasil di sekolah? Aku juga ingin jadi anak yang berhasil dan membanggakan di sekolah seperti kamu."
"Tunggu sebentar!"
Uli terbang meninggalkan Mumut. Tak lama kemudian ia kembali membawa sesuatu.
 "Apa ini?"
 "Itu adalah cemilan kotoran sapi Mut. Aku mendapatkannya dari sawah. Kamu ingin berhasil kan di sekolah? Nah, makan itu saja, niscaya kamu akan cerdas! Itu cara yang kaum lalat lakukan agar bisa berhasil. Aku telah melakukannya selama bertahun-tahun dan hasilnya semenjak aku mengonsumsi itu terbukti konsentrasi belajarku jadi lebih baik. Ayo, ulurkan tanganmu! Ambillah! Tak usah malu-malu."
Uli menyodorkan kotoran itu kepada Mumut. Mulanya Mumut enggan untuk mendekatinya. Namun lantaran merasa tidak enak, Mumut pun mengendusnya.
"Bagaimana Mut, baunya enak bukan?"
Tiba-tiba Mumut pingsan.
***
Mumut menyerah. Ia sudah menemui 3 ekor temannya dan bertanya kepada mereka tentang cara apa yang mereka lakukan agar berhasil di sekolah. Mereka memang memberikan solusi, namun tak ada satu pun yang bisa dilakukannya.
Mumut tidak bisa bergelantungan di jaring, melompat dari dahan ke dahan dan juga memakan kotoran sapi. Sejak saat itu Mumut menjalani hari-hari dengan murung. Setiap kali pulang sekolah ia selalu menundukkan kepalanya.
Mumut sempat pasrah dengan nilai-nilainya. Namun suatu kejadian mengubah pikirannya. Suatu hari di saat ia sedang pulang sekolah tiba-tiba hujan turun. Mulanya rintik-rintik, namun kian lama hujan yang turun kian deras. Di saat itulah ia pun berteduh di bawah pohon pisang dan terpaksa harus menunggu hujan reda.
Setelah hujan reda, Mumut bergegas pulang ke rumah. Di tengah perjalanan ia melihat beberapa kubangan air yang muncul akibat hujan turun. Iseng-iseng ia menghampiri salah satu kubangan air tersebut lalu meminumnya. Tiba-tiba ia melihat sebuah penampakan di sana. Ia mengamatinya dengan saksama. Kemudian ia bertanya pada wajah di dalam cermin, "Hei teman kecil, siapa gerangan dirimu?"
Mumut menunjukkan giginya pada kubangan air. Ia juga mengangkat salah satu kakinya. Ia takjub. Ternyata sosok yang ada di dalam kubangan air juga melakukan hal yang sama seperti apa yang ia lakukan. Kemudian ia mengubah gerakan. Kali ini ia meraba wajahnya dengan salah satu kakinya. Lagi-lagi sosok yang ada di dalam kubangan air meniru apa yang ia lakukan. Seketika ia terheran-heran.
"Hei! Mengapa kau selalu mengikuti apa yang kulakukan?" Kata Mumut sembari mengubah-ubah gerakannya. Ia berharap sosok yang ada di hadapannya tidak bisa menirunya namun faktanya semut dalam kubangan selalu berhasil melakukannya.
Mumut menganggap kubangan air yang ditemuinya sebagai hal menyenangkan. Maka ia kemudian membuat berbagai ekspresi di depan kubangan. Ia membuka mulut, tertawa, cemberut dan melakukan ekspresi apapun. Ia berharap sosok yang ada di hadapannya juga melakukan apa yang ia lakukan. Ia menganggap betapa konyol dan lucunya sosok yang ada di kubangan air.
"Hahaha... Ini tampak lucu! Teman kecil yang ada di hadapanku selalu mengikuti apa yang kulakukan!"
 Jleb! Tiba-tiba Mumut teringat sesuatu. Sembari bercermin di kubangan, ia tersenyum.
"Aku rasa aku tahu jawabannya! Aku tahu sekarang! Aku adalah aku. Aku bukan Pider si laba-laba, Bella si belalang apalagi Uli si lalat. Laba-laba, belalang dan lalat punya caranya sendiri agar berhasil. Begitu pun dengan semut. Kurasa semut juga punya cara sendiri untuk menjadi berprestasi di sekolah!"
Mumut girang bukan main. Tak lama kemudian Mumut pergi ke rumah Kakek Sandi. Setibanya di sana ia menceritakan pengalamannya kepada Kakek Sandi.
"Cucuku yang manis, setiap serangga punya caranya masing-masing untuk bisa berhasil dan mendapatkan prestasi. Kamu tidak perlu membandingkan kemampuan antara seekor semut dan belalang atau semut dan lalat atau belalang. Itu karena kemampuan masing-masing serangga itu berbeda. Semut tidak bisa melompat tinggi seperti belalang. Belalang juga tidak bisa masuk ke lubang kecil seperti semut. Begitu pun dengan kemampuan laba-laba atau lalat. Nah, kalau kamu mau menjadi semut yang berhasil, kamu harus bercermin . Kamu harus mengetahui apa kelebihanmu untuk melakukan apa yang semut lakukan"
"Lalu apa yang semut lakukan kek supaya bisa sukses?" tanya Mumut.
"Semut harus bisa menggali lubang pada tanah serta rutin merayap ke pohon yang tinggi. Itulah cara yang dilakukan oleh para semut agar menjadi berhasil." Kata Kakek Sandi.
Mumut takjub. Tanpa pikir panjang, ia lalu meminta kepada kakek untuk diajarkan cara menggali lubang pada tanah dan merayap ke pohon yang tinggi. Kakek Sandi lalu mengajarkannya.
Sejak itu Mumut belajar menggali lubang tanah dan merayap ke pohon yang tinggi. Ia melakukannya setiap hari dengan bimbingan dari kakek. Di sela-sela menggali lubang pada tanah dan merayap, ia mengingat-ingat kembali apa saja yang telah dipelajarinya di sekolah. Mulai dari pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, matematika, IPA dan sebagainya.
Waktu terus berjalan. Kini Mumut telah mahir dalam menggali lubang dan merayap pada pohon tinggi. Meski begitu ia tetap rutin melakukannya agar tidak lupa. Tak disangka, Â kemampuan Mumut dalam menggali lubang dan merayap pada pohon tinggi ternyata membantunya dalam menyerap ilmu pengetahuan di sekolah. Ia kini lebih mudah dalam menjawab soal-soal yang telah diberikan atau pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Beberapa minggu kemudian Ujian Kenaikan Kelas diadakan. Mumut bersyukur karena ia dapat mengerjakannya dengan baik. Begitu pun dengan teman-temannya yang lain seperti Pider, Bella dan Uli. Saat pengambilan rapor, Mumut dinyatakan naik kelas dengan nilai rata-rata 80. Ia bahkan meraih peringkat 5. Orang tua Mumut bangga mendengarnya. Mumut kini menjadi serangga yang berprestasi di sekolah.
Dari pengalaman itu Mumut belajar bahwa ia tidak harus mengikuti cara serangga lain untuk meraih kesuksesan. Ia tidak bisa membandingkan antara satu serangga dengan serangga lain karena setiap serangga itu berbeda. Setiap serangga punya caranya masing-masing. Kini Mumut berjanji untuk menjadi dirinya sendiri dan terus berjuang menjadi seekor semut yang hebat di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H