Mumut menyerah. Ia sudah menemui 3 ekor temannya dan bertanya kepada mereka tentang cara apa yang mereka lakukan agar berhasil di sekolah. Mereka memang memberikan solusi, namun tak ada satu pun yang bisa dilakukannya.
Mumut tidak bisa bergelantungan di jaring, melompat dari dahan ke dahan dan juga memakan kotoran sapi. Sejak saat itu Mumut menjalani hari-hari dengan murung. Setiap kali pulang sekolah ia selalu menundukkan kepalanya.
Mumut sempat pasrah dengan nilai-nilainya. Namun suatu kejadian mengubah pikirannya. Suatu hari di saat ia sedang pulang sekolah tiba-tiba hujan turun. Mulanya rintik-rintik, namun kian lama hujan yang turun kian deras. Di saat itulah ia pun berteduh di bawah pohon pisang dan terpaksa harus menunggu hujan reda.
Setelah hujan reda, Mumut bergegas pulang ke rumah. Di tengah perjalanan ia melihat beberapa kubangan air yang muncul akibat hujan turun. Iseng-iseng ia menghampiri salah satu kubangan air tersebut lalu meminumnya. Tiba-tiba ia melihat sebuah penampakan di sana. Ia mengamatinya dengan saksama. Kemudian ia bertanya pada wajah di dalam cermin, "Hei teman kecil, siapa gerangan dirimu?"
Mumut menunjukkan giginya pada kubangan air. Ia juga mengangkat salah satu kakinya. Ia takjub. Ternyata sosok yang ada di dalam kubangan air juga melakukan hal yang sama seperti apa yang ia lakukan. Kemudian ia mengubah gerakan. Kali ini ia meraba wajahnya dengan salah satu kakinya. Lagi-lagi sosok yang ada di dalam kubangan air meniru apa yang ia lakukan. Seketika ia terheran-heran.
"Hei! Mengapa kau selalu mengikuti apa yang kulakukan?" Kata Mumut sembari mengubah-ubah gerakannya. Ia berharap sosok yang ada di hadapannya tidak bisa menirunya namun faktanya semut dalam kubangan selalu berhasil melakukannya.
Mumut menganggap kubangan air yang ditemuinya sebagai hal menyenangkan. Maka ia kemudian membuat berbagai ekspresi di depan kubangan. Ia membuka mulut, tertawa, cemberut dan melakukan ekspresi apapun. Ia berharap sosok yang ada di hadapannya juga melakukan apa yang ia lakukan. Ia menganggap betapa konyol dan lucunya sosok yang ada di kubangan air.
"Hahaha... Ini tampak lucu! Teman kecil yang ada di hadapanku selalu mengikuti apa yang kulakukan!"
 Jleb! Tiba-tiba Mumut teringat sesuatu. Sembari bercermin di kubangan, ia tersenyum.
"Aku rasa aku tahu jawabannya! Aku tahu sekarang! Aku adalah aku. Aku bukan Pider si laba-laba, Bella si belalang apalagi Uli si lalat. Laba-laba, belalang dan lalat punya caranya sendiri agar berhasil. Begitu pun dengan semut. Kurasa semut juga punya cara sendiri untuk menjadi berprestasi di sekolah!"
Mumut girang bukan main. Tak lama kemudian Mumut pergi ke rumah Kakek Sandi. Setibanya di sana ia menceritakan pengalamannya kepada Kakek Sandi.