Pertama, atlet-atlet Kuwait tidak dapat menggunakan bendera saat perkenalan negara peserta pada upacara pembukaan Asian Games 2018. Saat atlet dari negara lain dapat berdadah-dadah ria dengan diiringi bendera dari negara masing-masing, atlet Kuwait justru tidak bisa melakukannya. Alih-alih menggunakan bendera Kuwait, bendera mereka telah digantikan dengan bendera Olimpiade tingkat Asia.Â
Hal yang serupa juga terjadi jika ada salah satu dari mereka yang berhasil meraih medali. Sebagaimana tradisi perhelatan olahraga multievent pada umumnya, bendera peraih medali akan ditampilkan. Namun karena Kuwait berstatus IOA, maka mereka tidak dapat menyaksikan bendera mereka berkibar saat penyerahan medali karena telah digantikan dengan bendera Olimpiade.
Semakin nyesek adalah ketika salah satu dari mereka meraih medali emas. Setiap atlet pasti berharap dapat mendengar lagu kebangsaan mereka diputar saat mendapatkan emas. Namun karena sedang "dihukum", maka mereka tidak dapat mendengarkan lagu kebangsaan mereka dan digantikan dengan himne Olimpiade. Begitu pun ketika meraih medali, yang dicatat dalam sejarah adalah bukan medali untuk Kuwait melainkan medali untuk IOA.
Intinya, ketika suatu negara berstatus sebagai IOA, mereka dilarang atau tidak boleh menampilkan berbagai identitas mereka seperti bendera dan lagu kebangsaan. Sebagai gantinya, mereka bertanding di bawah nama atlet independen alias IOA. Kendati ada penjelasan bahwa IOA bersangkutan berasal dari negara tertentu, misalnya, Kuwait tetap saja ketika menjalani hukuman, identitas negara dikaburkan dalam ajang olahraga resmi yang diselenggarakan oleh komite Olimpiade dunia.
Melihat hal ini saya turut prihatin. Asian Games adalah momen bersejarah yang hanya berlangsung setiap empat tahun sekali. Tentu saja ini adalah kesempatan langka bagi setiap atlet di seluruh Asia untuk unjuk gigi. Sayangnya, karena kenakalan di masa lampau, atlet-atlet Kuwait harus menanggung imbasnya. Mereka membawa nama negara, namun seolah tidak melakukannya.
Dalam pelaksanaan Asian Games di Jakarta dan Palembang nanti, kita tentu berharap bahwa Asian Games 2018 dapat berjalan dengan lancar dan menjadi pemicu kepada para atlet kita untuk mengukir prestasi lewat pundi-pundi medali. Itu baik, namun sebenarnya ada tugas yang lebih besar daripada itu.Â
Bergulirnya Asian Games nanti sebenarnya juga harapan, khususnya kepada Komite Olahraga Nasional dan pemerintah terkait untuk tetap dan bahu-membahu dalam mempertahankan nama baik Indonesia di kancah dunia.
Jangan hanya karena tidak mengikuti aturan atau melanggar sesuatu, para atlet dan warganya harus menanggung pula hukumannya. Dengan begitu kita akan terus mengharumkan nama bangsa di bawah bendera merah putih tercinta dan status IOA atau IAA pun menjadi fana belaka.
Referensi:
1. "Independent Asian Athlete"
2. "IOC suspends Kuwait's national Olympic committee"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H