Mohon tunggu...
Noval Kurniadi
Noval Kurniadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Speaking makes words, writing makes wor(l)ds

Passion is the fashion for ur ACTION. Passion without action is NO MENTION! | Kontributor wikipedia | www.valandstories.com | Novalku@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Kuwait, Satu-satunya Negara yang "Dihukum" di Asian Games 2018

24 Mei 2018   22:35 Diperbarui: 25 Mei 2018   14:43 7123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampilan Kuwait di upacara pembukaan Olimpiade London 2012 (dok. www.pastemagazine.com)

Sebagai orang Indonesia saya merasa bangga. Karena akhirnya semua mata Asia kembali tertuju pada Indonesia setelah terakhir terjadi kali pada 1962. Sebentar lagi negeri ini akan menjadi tuan rumah pesta olah raga terbesar se-Asia untuk kedua kalinya. Wohooo! 

Asian Games tahun ini tidak hanya menarik diikuti dari segi kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah, namun juga dari bagaimana negara-negara Asia ikut serta. Salah satu sorotan yang perlu kita ketahui dari Asian Games 2018 adalah soal status negara peserta. 

Ternyata tidak semua negara Asia beruntung saat berkompetisi di Asian Games 2018. Kuwait adalah contohnya. Faktanya, dari 45 negara yang berpartisipasi, Kuwait adalah satu-satunya negara yang harus berkompetisi dengan status sebagai Independent Olympic Athletes (IOA) atau disebut juga Independent Asian Athlete (IAA).

Dengan demikian, Kuwait mencatat sejarah buruk di kancah pagelaran olahraga Asia ini. Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah Asian Games 2018 baru Kuwait  yang bertanding dengan status "dihukum" oleh Komite Olimpiade Internasional. Ini juga menjadi kali kedua Kuwait berstatus sebagai IOA setelah pertama kali mereka harus menanggungnya pada 2010-2012.

Apa itu IOA?

Di dunia olah raga dikenal dengan istilah Independent Olympic Athlete (IOA). IOA adalah status yang diberikan oleh Komite Olimpiade Internasional kepada para atlet atau suatu negara  saat berkompetisi dalam sebuah ajang olahraga internasional karena beberapa hal, seperti faktor politik, pelanggaran atau sebagai bentuk  dukungan. 

Pemberlakuan status ini pertama kali terjadi pada Olimpiade Moskow 1980. IOA juga memiliki nama lain yang lebih sempit, tergantung pada cakupan ajang olahraga yang diadakan. Misalnya IOA menjadi Independent Asian Athletes (IAA) pada Asian Games.

Dalam arti positif, IOA bisa berarti sebagai bentuk empati kepada atlet yang ingin berkompetisi namun terhambat karena masalah politik yang terjadi pada saat itu. Misalnya adalah keterlibatan Timor Leste dalam Olimpiade 2000. Berhubung Timor Leste masih dalam masa transisi kemerdekaan dari referendum Indonesia, maka mereka tidak dapat bertanding di Olimpiade atas nama bendera negara mereka sendiri. Sebagai solusinya, mereka dapat berpartisipasi namun dengan status sebagai IOA.

Dalam arti negatif, IOA bisa berarti sebagai suatu sanksi atau hukuman karena ada negara yang "bandel" karena melanggar atau melakukan hal yang tidak semestinya dilakukan. Nah, Kuwait adalah salah satu negara yang sedang menyandang status ini.   

Kuwait sendiri mendapatkan status sebagai IOA sejak 27 Oktober 2015. Hal itu dikarenakan Komite Olimpiade Kuwait gagal dalam mengubah UU tentang olahraga yang disengketakan. Padahal Komite Olimpiade Internasional telah menetapkan tenggat waktu untuk menyelesaikan masalah tersebut, namun Kuwait tidak mematuhinya.

Logo Komite Olimpiade Asia (dok. asiangames2018.id)
Logo Komite Olimpiade Asia (dok. asiangames2018.id)
Akibatnya, negeri Timur Tengah tersebut "dihukum" dengan status IOA. Mereka dilarang untuk terlibat dengan kegiatan apapun yang berhubungan dengan Gerakan Olimpiade atau kegiatan apapun yang berhubungan dengan itu (seperti Asian Games) dalam jangka waktu tertentu. Alhasil, berbagai kerugian ketika berkompetisi, termasuk pada penyelenggaraan Asian Games 2018 nanti mereka dapatkan.

Pertama, atlet-atlet Kuwait tidak dapat menggunakan bendera saat perkenalan negara peserta pada upacara pembukaan Asian Games 2018. Saat atlet dari negara lain dapat berdadah-dadah ria dengan diiringi bendera dari negara masing-masing, atlet Kuwait justru tidak bisa melakukannya. Alih-alih menggunakan bendera Kuwait, bendera mereka telah digantikan dengan bendera Olimpiade tingkat Asia. 

Hal yang serupa juga terjadi jika ada salah satu dari mereka yang berhasil meraih medali. Sebagaimana tradisi perhelatan olahraga multievent pada umumnya, bendera peraih medali akan ditampilkan. Namun karena Kuwait berstatus IOA, maka mereka tidak dapat menyaksikan bendera mereka berkibar saat penyerahan medali karena telah digantikan dengan bendera Olimpiade.

Semakin nyesek adalah ketika salah satu dari mereka meraih medali emas. Setiap atlet pasti berharap dapat mendengar lagu kebangsaan mereka diputar saat mendapatkan emas. Namun karena sedang "dihukum", maka mereka tidak dapat mendengarkan lagu kebangsaan mereka dan digantikan dengan himne Olimpiade. Begitu pun ketika meraih medali, yang dicatat dalam sejarah adalah bukan medali untuk Kuwait melainkan medali untuk IOA.

Intinya, ketika suatu negara berstatus sebagai IOA, mereka dilarang atau tidak boleh menampilkan berbagai identitas mereka seperti bendera dan lagu kebangsaan. Sebagai gantinya, mereka bertanding di bawah nama atlet independen alias IOA. Kendati ada penjelasan bahwa IOA bersangkutan berasal dari negara tertentu, misalnya, Kuwait tetap saja ketika menjalani hukuman, identitas negara dikaburkan dalam ajang olahraga resmi yang diselenggarakan oleh komite Olimpiade dunia.

Melihat hal ini saya turut prihatin. Asian Games adalah momen bersejarah yang hanya berlangsung setiap empat tahun sekali. Tentu saja ini adalah kesempatan langka bagi setiap atlet di seluruh Asia untuk unjuk gigi. Sayangnya, karena kenakalan di masa lampau, atlet-atlet Kuwait harus menanggung imbasnya. Mereka membawa nama negara, namun seolah tidak melakukannya.

Dalam pelaksanaan Asian Games di Jakarta dan Palembang nanti, kita tentu berharap bahwa Asian Games 2018 dapat berjalan dengan lancar dan menjadi pemicu kepada para atlet kita untuk mengukir prestasi lewat pundi-pundi medali. Itu baik, namun sebenarnya ada tugas yang lebih besar daripada itu. 

Bergulirnya Asian Games nanti sebenarnya juga harapan, khususnya kepada Komite Olahraga Nasional dan pemerintah terkait untuk tetap dan bahu-membahu dalam mempertahankan nama baik Indonesia di kancah dunia.

Jangan hanya karena tidak mengikuti aturan atau melanggar sesuatu, para atlet dan warganya harus menanggung pula hukumannya. Dengan begitu kita akan terus mengharumkan nama bangsa di bawah bendera merah putih tercinta dan status IOA atau IAA pun menjadi fana belaka.

Referensi:

1. "Independent Asian Athlete"
2. "IOC suspends Kuwait's national Olympic committee"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun