Mohon tunggu...
Nyak OemarAyri
Nyak OemarAyri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak berbakat di bidang menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Receh

4 September 2020   21:19 Diperbarui: 11 September 2020   01:14 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by mediakonsumen.com

Terseok tapak pecah berdarah...

Mengiris derita dalam dekap tembok batas

Menatap dalam arah mata buta tak berkelopak

Renta letih jerat pedih jerit serapah

Aku tunduk pada Tuhan yang beri aku makan

Aku hanya sembah Tuhan yang beri aku minum

Nafas tak sampai jengkal, waktu tak beri jeda

Berpacu dengan jarum terkutuk tak berhenti berputar

Turun jalan kau kan lihat pemungut receh bersaing

Bukan mereka tak berbudi, tapi perut tak bisa toleransi

Turun jalan jangan bungkus mata mu dengan sutra

Keping receh yang kau anggap sial itu penyambung nyawa

Hingga malam tiba mata terkunci dalam mimpi angan tinggi

Tak peduli pada nyata dunia terus bersolek megah  

Isi kepalanya terbang jauh pada pertanyaan pedih

Apakah esok bisa makan? Jangan lupa jatahku Tuhan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun