Mohon tunggu...
Nyak OemarAyri
Nyak OemarAyri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak berbakat di bidang menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tapak Jejak

3 Agustus 2020   10:38 Diperbarui: 11 Agustus 2020   21:41 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by insidepontianak.com

Cipt. Nyak Oemar Ayri

Aspal jalanan panas berdebu rusak tapak rusak jejak

Pagi buta manusia berselimut manja, kau berbeda

Telusuri jalan demi masa yang mengancam nyata

Semua abaikan saja, banyak jiwa yang ditanggungnya

Jika raja ditakdirkan indah atas tahta kemuliaan

Kau tertipu dalam pandangan, itu fatamorgana

Aku berulang kali menyimak derai kasih cerita

Jarang terdengar berita kasih ia yang tersembunyi

Panas mentari menyiksa, bukan alasan berputus asa

Menghapus rasa sakit yang ia ingat hanya anak-anaknya

Terus usaha pada jalan kebenaran, doanya membelah lidah

Tangan kotor nan kasar, jadikan api enggan membakar

Tapak yang berikan jejak kembali tika larut malam tiba

Tak sempat bercanda menabur kasih pada buah cintanya

Bukan benci apa tak sayang pada si kecil menyejukkan mata

Sejengkal di bawah dada menuntut paksa diisi setiap masa

Ayah... Tapakmu yang kering, kotor, pecah cukup jadi bukti

Ayah... Jejak yang kau tinggalkan jadi harapan jauh ke depan

Meski surga tak disuratkan pada telapak kaki kau Ayah

Tapi aku yakin, Tuhan menghitung setiap langkah yang kau buat

Berperang melawan kejamnya hidup, memberi secercah senyum

Langkahmu adalah nyawa dalam roda hidup keluarga

Jika masa tiba sayapmu patah kaki tak lagi melangkah

Jangan risau Ayah... Anakmu sudah terdidik dan kau panutannya

Tak usah merasa kesal, jangan menyesal rasa-rasa tak berguna

Tapak jejak kau buat, ku ambil sebagai warisan mahal tak ternilai harga

Jika saja kau melepaskan, tak bersedia pada aku bagian darimu

Mustahil ku tahu tanggung rasa, kuat usaha tidak berputus asa

Tapak jejakmu pelajaran berharga,

Terima kasih Ayah....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun