Kakek Ratu Ageng menjadi Bekel di daerah Batu Jamus, Kiai Ageng Datuk Sulaiman. Jika dirunut leluhur Ratu Ageng dari garis kakeknya ini akan sampai kepada leluhur Ratu Ageng yang menjadi raja raja Bima. (Carey 2008).
Disebut ulama karena Ratu Ageng ini pengikut Tharikat Shatariyah dan memiliki keahlian dalam membaca kitab-kitab klasik.
Tegalrejo yang sempat menjadi pusat pengkajian agama tak lepas dari peran Ratu Ageng. Beliau mendorong para kaum dan ulama dilingkar istana Kasultanan untuk hadir dan bermukim di Tegalrejo.
Suasana seperti itulah yang menempa Diponegoro muda.
*
Menjelang wafatnya, Ratu Ageng membisikkan kepada anak Laki lakinya, Sultan Hamengku Buwono II ;
".....meskipun sekarang engkau seorang raja, sesudah kematianmu engkau tak lebih daripada seorang kuli (batur). Jadi Hiduplah wajar !"
Ratu Ageng wafat 17 Oktober 1803 dimakamkan di Imogiri dengan diantar Pangeran Diponegoro.
#MencatatUntukMengingat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H