Siapakah Ratu Ageng ?
Banyak yang tidak tahu sosok ini.
Ratu ageng berada dipusaran penting bangsawan Keraton Jogjakarta, sekaligus ulama perempuan dimasa awal berdirinya kasultanan Yogyakarta. Umum diketahui beliau adalalah permaisuri Hamengkubuwono I.
Suatu hari Ratu Ageng ini ditemui oleh cucu menantunya, Raden Ayu Mangkorowati. Kehadirannya mengantarkan jabang bayi merah yang bernama Raden Mas Mustahar.
Sejak saat itu sibayi hidup dalam rengkuhan nenek buyutnya yang luar biasa. Dibawah asuhannya, bayi ini tumbuh menjadi priyayi jawa yang tangguh. Diponegoro, sang arsitek perang Jawa.
Dibalik seorang lelaki hebat, ada perempuan hebat pula yang berada dibelakangnya. Meskipun tidak dikenal banyak orang, namun Ratu Ageng ini lah sosok yang ada dibelakang Diponegoro muda.
Sepeninggal Hamengkubuwono I, Ratu Ageng memutuskan untuk tinggal diluar keraton dengan membuka lahan pertanian yang dikenal sebagai Tegalrejo. Diponegoro ikut juga dalam bersama keluar keraton.
Sejak usia tujuh tahun, Diponegoro muda hidup di lahan pertanian bersama nenek buyutnya. Di sinilah karakter kepemimpinan Diponegoro yang deket dengan para ulama dan  mulai terbentuk kedekatan dengan masyarakat kalangan bawah.
Keluarnya Ratu Ageng dari keraton disebut Carey, karena adanya konflik dengan putra tertuanya, Raden Mas sundoro yang menjadi raja Hamengkubuwono II.
Alasanya karena elit elit istana, termasuk putranya terlalu mengikuti gaya hidup kolonial yang eropa sentris dan mulai me jauh dari masjid dan nilai nilai agamanya.
*
Ratu Ageng putri Ki Ageng Derpoyudo, seorang tokoh agama yang terkenal di Sragen yang makamnya ada di Majangjati. Sekarang Dukuh Majan, Kecamatan Kerjo, Karanganyar.
Kakek Ratu Ageng menjadi Bekel di daerah Batu Jamus, Kiai Ageng Datuk Sulaiman. Jika dirunut leluhur Ratu Ageng dari garis kakeknya ini akan sampai kepada leluhur Ratu Ageng yang menjadi raja raja Bima. (Carey 2008).
Disebut ulama karena Ratu Ageng ini pengikut Tharikat Shatariyah dan memiliki keahlian dalam membaca kitab-kitab klasik.
Tegalrejo yang sempat menjadi pusat pengkajian agama tak lepas dari peran Ratu Ageng. Beliau mendorong para kaum dan ulama dilingkar istana Kasultanan untuk hadir dan bermukim di Tegalrejo.
Suasana seperti itulah yang menempa Diponegoro muda.
*
Menjelang wafatnya, Ratu Ageng membisikkan kepada anak Laki lakinya, Sultan Hamengku Buwono II ;
".....meskipun sekarang engkau seorang raja, sesudah kematianmu engkau tak lebih daripada seorang kuli (batur). Jadi Hiduplah wajar !"
Ratu Ageng wafat 17 Oktober 1803 dimakamkan di Imogiri dengan diantar Pangeran Diponegoro.
#MencatatUntukMengingat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H