People pleaser adalah seseorang yang memiliki kecenderungan kuat untuk selalu ingin menyenangkan orang lain dan mendapatkan persetujuan dari mereka. Orang yang cenderung menjadi people pleaser akan mengorbankan kebutuhan, keinginan, dan batasan pribadi mereka demi membuat orang lain bahagia atau puas. Mereka sering kali sangat sensitif terhadap reaksi dan harapan orang lain, dan cenderung menghindari konflik atau ketidaksetujuan.
Walaupun memiliki sifat people pleaser tidak selalu negatif, terlalu mengorbankan diri sendiri demi kepuasan orang lain dapat berdampak negatif pada kesejahteraan dan kebahagiaan pribadi. Penting bagi seseorang yang memiliki kecenderungan ini untuk memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan keinginan orang lain, serta untuk belajar menetapkan batasan yang sehat dalam hubungan mereka dengan orang lain.
Namun, apakah menjadi people pleaser akan tetap bahagia walau dirinya sendiri tidak diproritaskan?
Orang yang menjadi people pleaser tidak selalu merasa bahagia secara konsisten. Meskipun mereka mungkin mendapatkan kepuasan singkat dari menyenangkan orang lain, kebahagiaan yang sejati sering kali terkait dengan kepuasan diri dan kepuasan pribadi. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kebahagiaan seseorang yang menjadi people pleaser:
1.Kehilangan Kepuasan Diri
Fokus yang berlebihan pada menyenangkan orang lain seringkali berarti mengabaikan kebutuhan dan keinginan pribadi. Jika seseorang terus-menerus mengorbankan kebutuhan diri mereka sendiri demi kepuasan orang lain, mereka mungkin merasa tidak puas dan kehilangan kebahagiaan pribadi.
2.Rendahnya Penghargaan Diri
People pleaser sering mencari validasi dan persetujuan dari orang lain sebagai sumber penghargaan diri. Namun, ketika kebahagiaan dan penghargaan diri bergantung sepenuhnya pada orang lain, mereka mungkin mengalami tingkat penghargaan diri yang rendah saat tidak mendapatkan persetujuan atau penerimaan yang mereka cari.
3.Ketergantungan pada Opini Orang Lain
People pleaser cenderung sangat memperhatikan opini dan harapan orang lain. Jika mereka terlalu bergantung pada persetujuan orang lain untuk merasa bahagia, mereka bisa merasa tidak stabil dan cemas ketika tidak mendapatkan dukungan atau pujian yang mereka harapkan.
4.Kehilangan Identitas Pribadi
Terlalu fokus pada kepuasan orang lain dapat menyebabkan kehilangan identitas pribadi. Jika seseorang tidak menghargai dan memenuhi kebutuhan diri mereka sendiri, mereka mungkin merasa kebingungan atau merasa seperti "hidup untuk orang lain". Ini dapat mengurangi tingkat kebahagiaan jangka panjang.
5.Ketidakseimbangan dalam Hubungan
People pleaser sering kali menarik hubungan yang tidak seimbang, di mana mereka memberikan lebih dari yang mereka terima. Hal ini dapat menghasilkan rasa ketidakpuasan dan frustrasi, yang berdampak negatif pada kebahagiaan mereka.
Namun, penting untuk dicatat bahwa setiap orang dan mempunyai situasi dan indikasi kebahagiaan yang unik. Beberapa people pleaser mungkin merasa bahagia dengan peran mereka dalam memberikan kepuasan kepada orang lain, terutama jika itu sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan hidup mereka. Tapi, untuk mencapai kebahagiaan yang sejati, penting bagi seseorang yang menjadi people pleaser untuk menemukan keseimbangan antara menyenangkan orang lain dan memperhatikan kebutuhan dan kebahagiaan pribadi mereka sendiri.
Terus gimanasih caranya biar kita gak terus-terusan jadi people pleaser?
Yang pertama, luangkan waktu untuk reconnect kembali diri kalian sendiri, entah dengan melakukan me-time atau konsultasi dengan pihak yang memang expert di bidang ini, nah dari langkah ini kalian bakal tahu dan atur ulang batasan buat diri kita dan orang lain, karena kita sudah tau batasan diri, kita bisa mulai action dengan berpikir bahwa menolak orang itu bukan perbuatan yang jahat, serta belajar untuk menahan diri dari meminta maaf berlebihan saat kita tidak bisa melakukan sesuatu hal yang memang tidak bisa kita lakukan.
Meskipun perubahan ini mungkin tidak terjadi secara instan, dengan latihan dan kesadaran yang konsisten, kalian dapat membangun pola pikir dan perilaku yang lebih seimbang dan memperkuat kemampuan kalian untuk menetapkan batasan dan memprioritaskan kebutuhan pribadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI