Mohon tunggu...
Panji Saputra
Panji Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Makelar Kopi

Sunyi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Narasi Kolonial Tetap Saja Terawat

10 April 2020   23:50 Diperbarui: 10 April 2020   23:45 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Bukan ladang kami

Dan itu persis dengan apa yang mbak Pram ucapkan dengan sangat frontal:

"Jangan tuan percaya pada pendidikan sekolah, seorang guru yang baik masih bisa melahirkan bandit-bandit yang sejahat-jahatnya, yang sama sekali tidak mengenal prinsip, apalagi kalau guru itu sama banditnya pula pada dasarnya."

Tapi, kenapa itu tetap saja terawat dan subur? Tidak mudah untuk menjawab itu. Akan ada beberapa generasi yang harus dibentuk untuk menghapuskan Narasi kolonial 300 tahun silam dan menguburnya dalam-dalam.

Dalam hal ini, saya akan lebih condong pada salah satu tokoh sosiolog Peter L. Berger (1967) yang berujar, bahwa manusia adalah produk dari ciptaannya sendiri. 

Maksudnya apa? Begini cara sederhana memahaminya. Meskipun ini agak mirip dengan konsepsinya Marx tentang manusia, tapi saya tidak ingin membahasnya disini. 

Bagi Berger, manusia adalah bentukan dari masyarakat yang di mana ia menjalankan aktivitas sosialnya sehari-hari. Sedangkan masyarakat adalah hasil ciptaan manusia itu sendiri. Dengan kata lain, manusia adalah hasil produksi dari ciptaannya sendiri.

Jadi, narasi kolonial 300 tahun silam yang terawat dan subur itu bukanlah rentetan peristiwa yang kebetulan. Ia adalah bentukan umat manusia di mana satu generasi berdiri di atas pundak generasi yang satunya, yang kemudian oleh Habermas menyebutnya dengan istilah "kegiatan transendental".

Tapi, apakah itu menjawab pertanyaan? Saya tidak yakin. 

Sekiranya, sebagai mahasiswa semester banyak yang dibuat menganggur oleh coronavirus, untuk sekarang itu yang dapat saya lakukan. Mengamati dan memberikan tanggapan semaunya. 

Anda kurang puas? Maaf, saya bukan pemuas.Wahahaha

#stayethome

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun