Mohon tunggu...
Nizwar Syafaat
Nizwar Syafaat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pejabat Publik Tidak Berpikir Publik

11 Mei 2018   19:00 Diperbarui: 11 Mei 2018   19:11 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: kompas.com/Estu Suryowati)

Kita hanya jadi penonton derunya bunyi mesin pabriknya.  Pembangunan ekonomi untuk sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia bukan rakya negara asing.

Pejabat Publik Tidak Berpikir Publik 

Luhut mengatakan: "Kami mohon jangan ribut terus soal TKA, jangan belajar jadi bangsa pembohong. Karena kenyataannya ya memang butuh TKA". 

Kalau pernyataan Luhut tersebut dilihat dari pikiran pedagang itu benar, tapi kalau dilihat dari sudut pikiran publik (kepentingan umum) perlu diperdebatkan. Dengan demikian, pikiran Luhut sebagai pejabat publik mengikuti alur pikiran pedang atau pengusaha China itu. Kalau Luhut berpikir publik, maka akan beda tindakannya.    

Marilah kita bedah faktanya dengan logika ekonomi sederhana.  Seorang pengusaha mau investasi untuk sampai siap mulai pembangunan smilter mungkin dibutuhkan kira-kira 12 bulan.  Mengurus izin, mencari lahannya dan studi kelayakannya dan lainnya.  Selama 12 itulah itu seharusnya pemerintah meminta pengusaha untuk mempersiapkan tenaga kerja level menengah ke bawah yang dibutuhkan.

Karena pengusaha Cina ada interest untuk mempekerjakan tenaga kerja China (baca hasil riset LIPI di detik.com), maka pengusaha Cina pakai modus mengajukan kebutuhan tenaga kerja pada saat mendesak.  Alasannya macem-macem mulai dari kompetensi sampai tidak mau kerja di tempat terpencil.  Kok PT Freeport 95% tenaga kerja lokal yang mengoperasionalkan pabriknya!!.

Saya cuma mengingatkan untuk direnungkan oleh pejabat publik bahwa tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu pabrik atau industri adalah tenaga kerja yang loyal bukan yang kreatif  karena industri mementingkan homogeneity (keseragaman), bukan heterogeneity (keberagaman).  Dalam pembangunan dan operasional suatu pabrik, SOP-nya sudah jelas tidak butuh tenaga kerja yang kreatif tapi yang loyal melaksanakan sesuai SOP. 

Oleh karena itu, bukanlah hal yang sulit untuk mencari tenaga kerja pabrik yang dibutuhkan asalkan dilatih dulu sesuai dengan karakter pabriknya.  Kalau pengusaha China minta tenaga kerja lokal sesuai dengan kebutuhan pabriknya ya tentu tidak ada, tapi kalau dilatih pasti ada. Banyak sarjana kita yang menganggur.

Banyak pabrik canggih dari Luar China bisa dioperasikan oleh tenaga lokal dan tidak ribut-ribut seperti sekarang. Pabrik otomotif Jepang dan industri kimia dan lainnya.  

Kebutuhan tenaga kerja dari lembaga pendidikan tidak mungkin matching 100% dengan kebutuhan industri, walaupun itu pendidikan vokasi. Sarjana yang telah dihasilkan Perguruan Tinggi sesungguhnya telah siap pakai dengan sedikit pelatihan sesuai dengan karakter industrinya.

Investasi Asing adalah Instrumen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun