Oleh : Nida Azumi*
Dakwah adalah kata yang sudah sangat familiar dan tidak aneh lagi di kalangan kaum muslimin, dakwah yang memiliki pengertian secara Bahasa diambil dari Bahasa arab yaitu -- -- berarti mengajak atau menyeru dan memiliki makna secara istilah yaitu mengingatkan sesama manusia untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan menjalankan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam. Dan seperti yang kita ketahui dalam Al-quran dan sunnah sudah banyak sekali ayat dan hadits yang berisi seruan untuk berdakwah dan bagaimana keutamaannya serta ganjaran-ganjaran bagi siapa yang mengamalkannya .
Sebagaimana Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk ". (Qur'an Surat an-Nahl: 125)
Dalam ayat ini banyak sekali yang bis akita ambil sebagai pelajaran seperti makna kata hikmah yang bisa kita artikan sebagai pemahaman yang baik dan juga kebiksanaan dalam ucapan dan juga perbuatan, jadi berdakwah bukan hanya soal ucapan melainkan perbuatan pendakwah juga dapat dilihat dan memberikan pelajaran ataupun contoh bagi orang lain. Kemudia kalimat mauidhoh hasanah yang berarti nasihat yang baik, tentu saja jelas bagi para pendakwah agar selalu berusaha memberi nasihat-nasihat yang baik kapanpun dimanapun yang kelak nasihat itu mungkin akan menyadarkan orang lain.
Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
: .
"Barangsiapa menyeru kepada hidayah, dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka." (HR Muslim).
Dalam sabda lainnya, Nabi Shallallahu'alaihi wasallam mengatakan,
: .
"Sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seseorang melalui tanganmu, hal itu lebih baik daripada unta merah." (Muttafaqunilaihi)
Kemudian pelajaran yang bisa kita ambil dari kedua hadits Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam ini adalah bagaimana seseorang yang menyeru kepada kebaikan dan juga mengajak sesama manusia untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wata'ala serta tidak menyekutukanNya akan mendapat ganjaran terbaik dari Allah Subhanahu wata'ala yang tidak dikurangkan sedikitpun bahkan diibaratkan seperti unta merah yang kala itu unta merah merupakan hewan istimewa dan sangat mahal pula harganya .
Namun tidak luput dari kalimat dakwah itu sendiri pasti memilki strategi yang wajib hukumnya bagi semua da'i untuk mengetahuinya. Dan sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an bahwa yang paling utama dan diutamakan bagi para da'I adalah mengajak keluarga setra kerabat-kerabat terdekatnya terlebih dahulu mengenal islam dengan baik sebelum ia menyentuh dunia yang amat luas .
Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (QS Asy-Syu'araa' (26): 214)
Berdasarkan ayat diatas, munculah pertanyaan mengapa harus dimulai dari kerabat-kerabat terdekat ?
Ya tentu saja pertanyaan ini sangat lumrah sekali, selain pelajaran yang sudah kita ambil dari firman Allah Subhanahu wata'ala diatas bahwa dakwah kepada kerabat-kerabat terdekat adalah perintah Allah Subhanahu wata'ala untuk NabiNya Shallallahu'alaihi wasallam kemudian juga untuk menciptakan lingkungan terdekat menjadi harmonis yang dinaungi oleh payung-payung keislaman, strategi ini juga memudahkan para da'i yang akan terjun ke dunia luar dengan dukungan penuh dari kerabat-kerabat terdekat, bahkan bukan tidak mungkin jika sudah mampu menciptakan sebuah keluarga yang harmonis dalam naungan islam, dakwah akan mudah dilakukan bersama keluarga kita sendiri,
Sebagai salah satu contoh berdakwah kepada kerabat-kerabat terdekat dalam pandangan seorang anak, orang tua kita adalah dua malaikat tanpa sayap yang paling dekat dengan kita, dan tentu saja sebagai anak ingin memberikan yang terbaik bagi orang tuanya dan memimpikan bisa Bersama di surga suatu saat nanti atas izin dan ridho Allah Subhanahu wata'ala dan senantiasa menjauhkan keluarga kita dari perbuatan-perbuatan yang menjerumuskan pada api neraka.
Sebagaiman Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Qur'an Surat at-Tahrim/66:6).
Bisa dibilang seseorang anak berdakwah kepada kedua orang tua adalah hal yang belum pantas dari sebagian keluarga, karena sedari kecil mungkin orang tua kitalah manusia pertama yang mengenalkan kita kepada Rabb yang Maha Esa, serta yang selalu menunjukkan dan mengajarkan kita tentang islam sampai kita paham akan itu dengan baik, namun, seiring berjalannya waktu dan kita sebagai anak yang semakin hari semakin dewasa, pemikiran anakpun kian berkembang, dengan bekal pemahaman agama di sekolahnya atau bahkan jika orang tua kita memasukkan ke pondok pesantren, tentunya seorang anak bisa memahami lingkungan islam dengan lebih baik, dan disinilah kerap timbul perbedaan pemahaman dengan orang tua dan kerabat-kerabat terdekat
Adapun salah satu penyebab adanya beda pemahaman ialah kurangnya ilmu yang masuk kedalam lingkungan keluarga, sehingga hanya seputar ibadah dalam bentuk umum saja yang mereka ketahui seperti shalat lima waktu, puasa, juga zakat. Dan banyak yang belum keluarga kita ketahui, inilah tugas kita untuk mengajak, mencoba membuat mereka lebih mendalami bahwasannya banyak hal-hal dalam islam yang belum diketahui banyak orangtua kita, dan sudah kewajiban kita untuk memberitahu hal-hal tersebut, seperti shalat tepat waktu, membaca dzikir pagi dan petang.
Perbedaan pemahaman ini sebenarnya merupakan tugas bagi seorang anak bagaimana mencoba memahamkan pemahaman yang sebenarnya sesuai madzhab ahli sunnah wal jama'ah kepada keluarganya. Ya inilah dakwah. Bisa kita ambil satu contoh dari sekian banyak pemahaman orang tua yang kadang berbeda dengan apa yang kita pahami, contohnya : cadar .
Sebagian orangtua melarang anaknya memakai cadar atau berpakaian terlalu ekstrim, seperti serba hitam dan berhijab ukuran sangat besar hingga ke lutut, apalagi sedang marak-maraknya wanita berpakaian serba hitam dan bercadar disebut teroris, mungkin itu pula alasan orang tua melarang anaknya memakai cadar. Dalam hal ini bagaimana menyikapi dan mengambil strategi sehingga kita bisa membuat orang tua kita merubah sudut pandang mereka terhadap cadar . memang cadar bukanlah sesuatu yang diwajibkan dalam islam, namun bagi siapa yang memakainya merekalah perempuan terbaik atau disebut al-afdholiyyah
{ } .
Semoga Allah Subhanahu wata'ala merahmati kaum wanita dari kalangan muhajirin generasi awal. Ketika Allah Subhanahu wata'ala menurunkan ayat :
"Dan hendaknya mereka -para wanita- menjulurkan penutup kepala mereka ke arah dada mereka!" (An Nur: 31)). Lalu mereka merobek kain-kain mereka dan menutupi wajah-wajah mereka dengan kain itu"
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, "Ucapan Aisyah radhiallahu anha , muruth adalah jamak dari murth, maknanya izar atau sarung atau kain. Ucapan Aisyah radhiyallahu anha maksudnya mereka menutupi wajah mereka (dengan potongan muruth)."(Fathul Bari,8/490)
Maka tentunya setiap wanita ingin menjaga perhiasan mereka yang begitu indah, dan tidak ingin memberikan secara gratis orang-orang yang tidak berhak melihatnya. Jika sudah mantap dalam diri seorang wanita. Disini yang paling utama tentunya seorang da'i haruslah mempunyai sikap yang sabar, tenang, tawadhu' dan tidak boleh egois dalam menyampaikan dakwahnya.
Cobalah untuk mendapatkan hati mereka terlebih dahulu, melakukan kebaikan-kebaikan yang dianjurkan agama, kebaikan-kebaikan yang disukai orang tua. berlemah lembut kepada mereka ketika berbicara, mendampingi mereka dalam berbagai kesempatan, membantu pekerjaannya, melaksanakan perintahnya selama itu baik meski kita waktu itu sedang malas, singkirkan malas itu, keraherahkan daya upaya maupun harta untuk membahagiakan mereka. Karena inilah yang diperintahkan agama kita, bahkan dengan semua itu kita belum bisa membalas segala kebaikkan yang mereka lakukan kepada kita, seperti dalam kisah salah satu shohabah
: : : " : " : : " .
"Mengatakan kepadaku Adam, mengatakan kepadaku Syu'bah, mengatakan kepadaku Sa'id bin Abi Burdah ia berkata, aku mendengar ayahku berkata bahwasanya beliau melihat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma sedang di sana ada seorang lelaki dari negri Yaman tawaf mengelilingi ka'bah sambil menggendong ibunya di atas punggunya sembari bersyair :
Sesungguhnya aku adalah onta hina yang sangat patuh bagi ibuku.
Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.
Orang itu lalu bertanya kepada Ibnu Umar, "Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi baiknya kepadaku ?".
Ibnu Umar menjawab ; "Belum, engkau belum membalasa budi baiknya meski hanya setarik napas yang keluar dari lisan ibumu ketika melahirkan engkau". (Shahih Adabul Mufrad : 9).
Kemudian pilihlah waktu yang tepat seperti saat semuanya sedang santai dan tidak sedang Lelah, lalu mulailah dengan cara bertanya guna menghormati mereka, bagaimana pendapat mereka tentang hijab yang menutup seluruh tubuh dan cadar, kemudian selingi dengan menceritakan kisah-kisah wanita mulia seperti sayidah aisyah yang menjaga kecantikan wajahnya dengan cadar, gunakan kata-kata yang sopan juga tidak menyinggung hati, semoga dengan usaha yang kita upayakan bisa menyatukan kembali pemahaman orang tua kita dengan kita dan bersama memperdalam agama islam.
Sumber :
satu diakses pada Jum'at, 12 Maret 2021 pukul 17.00 WIB
dua diakses pada Rabu, 10 Maret 2021 pukul 13.52 WIB
tiga diakses pada Rabu, 10 Maret 2021 pukul 13.52 WIB
Hukum Bercadar dari Penjelasan Para Ulama Islam | IHI (islamhariini.com) diakses pada Rabu, 10 Maret 2021 pukul 13.20 WiB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H